Binalnya Istriku Dewi 45

POV SUAMI





Saya tidak sadar tertidur, entah sudah berapa lama. Tahu-tahu saya dibangunkan Dewi.

Wife:”Bangun Pah, udah siang” Ucapnya sambil menggoyang-goyangkan badan saya.

Perlahan saya pun membuka mata. Ku lihat istri saya sudah berdiri di depan saya. Dia sudah rapi dibandingkan saat saya datang tadi. Kini dia memakai baju kurung hitam dengan motif bunga-bunga dan kepalanya terbungkus jilbab warna biru muda.



Saya pun melihat jam tangan saya, ternyata sudah pukul setengah 11 siang. Sudah sangat lama saya tertidur.

Wife:”Maaf Pah, mamah bangunin, udah siang, kalau papah mau makan? Ucap Istri saya.

Saya:”Aku gak laper” ucapku dengan nada sedikit tinggi, aku kembali ingat apa yang terakhir aku lihat di sms istriku tadi.



Wife:”Hehe, mamah tahu papah marah sama mamah, Papah udah baca sms di ponsel mamah kan? Ucap istri saya begitu tenang seperti tidak terpengaruh apa-apa melihat saya kesal kepadanya, padahal dulu dia begitu takut kalau saya kesal sedikit saja, ekpresinya akan terlihat gelisah, ini bukan Dewi yang dulu lagi, kini dia benar-benar sudah berubah.

Saya:”Ia, Papah gak nyangka mamah berani tanpa izin ke papah dulu” Ucap saya sambil bangkit dan duduk di kursi, aku menatap wajah istriku, tapi entah kenapa dia terlihat semakin cantik meski perutnya sedikit membuncit.



Istri saya pun duduk di samping saya.

Wife:”Nanti dech kita bicarakannya Pah, mending papah makan dulu, pasti capek dan laper”

Saya:”Aku udah gak selera makan” ucap saya sambil memegangi kepala dan menarik-narik rambut saya sendiri.

Istri saya terdengar menarik nafas panjang. Dia lalu berdiri dan mengambil ponselnya dari atas meja.Dia pun kembali duduk di sebelah saya. Lalu di menunjukan sebuah Photo dari ponselnya. Seorang perempuan memakai jilbab, photo hanya dari wajah sampai sedikit di bawah leher, tampak masih sangat muda, mungkin 20 ke bawah. Wajahnya cantik meski kulitnya tidak putih-putih amat, sepertinya sich karena hanya melihat dari photo.



Saya:”Siapa itu? Tanya saya, suara saya sudah kembali pelan. Istri saya tampak tersenyum.

Wife:”Tadi pagi Bu Heti bilang ke mamah, sudah dapat perempuan yang mau jual keperawanannya, yaitu tadi yang mamah tunjukan photonya sama papah tadi” Ucap istri saya. Jadi perempuan yang photonya ada di ponsel istri saya itu adalah perempuan yang masih perawan yang akan diberikan oleh istri saya buat saya seperti yang pernah saya minta sebelumnya.

Wife:”Kenapa Papah diem, gak suka?

Saya:”Su..suka sich, tapi apa aslinya seperti kelihatannya?

Istri saya tampak tersenyum, lalu menyenderkan badannya di kursi.



Wife:”Nanti lihat sendiri Pah, mungkin sore ini orangnya nyampe ke rumah kita”

Saya:”Hah, hari ini dia mau ke sini?

Wife:”Ia, kenapa, papah capek, ya gak perlu malam ini juga kali memperawaninnya, mamah tahu pasti papah tadi malam main habis-habisan sama Heni kan, sampai tidak pulang”

Saya:”Ia, tapi cewek itu siapanya Bu Heti? Tanya saya.



Wife:”Nanti mamah ceritanya dech, mending kita maem dulu yuk, udah mamah masakin, udah siang ini sekalian para tukang kita suruh istirahat makan siang juga”
Saya:”Ya udah ayo” ucap Saya , sampai lupa bahwa tadi saya marah dengan Dewi.

Istri saya pun segera berdiri dan saya mengikutinya dari belakang, kami segera menuju meja makan. Tak terlihat Revan dan juga Intan.



Saya:”Mana anak-anak mah?

Wife:”Anak-anak sudah makan Pah, lagi pada maen di luar sama Bu Heti, papah tunggu bentar, mamah ke belakang dulu mau nyuruh para tukang makan”

Saya:”Memang sudah di siapkan?

Wife:”Udah sama bu Heti tadi” ucap istri saya dan segera pergi ke belakang di mana kami membuat kolam renang.



Tak lama istri saya balik lagi dan segera duduk di samping saya.

Saya:”Cepet banget, ini kan baru jam sebelas mah”

Wife:”Gpp Pah, biar mereka makan, terus istirahat, terus kerja lagi”

Saya:”Terus kemaren siapa yang ngawasin, kamu pergi melacur, Bu Heti jaga anak-anak”

Wife:”Hehe Papah, mulai lagi, masih kesel, kan ada mandornya juga, gak diawasin gpp juga”

Saya:”Ya udah kita makan dulu”



Saya dan istri pun segera saja makan, kebetulan saya sudah lapar lagi. Tak lama kami pun selesai makan. Istri saya pun segera membereskan piring bekas makanan kami.

Istri saya pun kembali duduk di samping saya.

Wife:”Papah masih cemberut aza, papah masih marah karena mamah melacurkan diri tanpa izin papah?

Saya tidak menjawab tapi membuang muka melihat ke arah lain, saya memang kembali merasa kesal terhadap istri saya.



Istri saya tampak menarik nafas panjang.

Wife:”Pah, kan mamah udah menyiapkan perawan buat papah, mudah2an cocok”

Saya:”Ia, tapi bukan berarti menghapus kesalahan mamah, kan perjanjiannya tidak seperti itu”

Wife:”Ia memang tidak seperti itu, tapi kan udah mamah siapkan sekarang tinggal tunggu waktunya aza”

Kali ini giliran saya yang menarik nafas panjang.



Istri saya segera bangkit lalu tiba-tiba duduk di pangkuan saya.

Wife:”Yuk, obrolinnya di kasur aza Pah, sambil ngewe” ucapnya setengah berbisik di telinga saya.

Tangan istri saya segera melingkar di leher saya, dia pun memasang wajah memelas. Saya pun akhirnya luluh dan menggendong istri saya menuju kamar.

Saya:”Tapi masa siang-siang gini?

Wife:”Bukannya sering kita ngewe siang-siang pah?

Saya:”Ia, tapi di belakang banyak tukang, ada di belakang kamar kita juga, nanti ketahuan”

Wife:”Kalau ketahuan gpp, kita ajakin aza, biar mamah digangbang hehe”

Saya pun tidak komentar lagi, segera masuk kamar dan merebahkan istri saya di kasur pelan-pelan.



Istri saya segera menarik saya agar berbaring di samping dia. Segera dia melumat bibir saya.

Saya masih sedikit pasif karena perasaan saya masih sedikit kesal.

Wife:”Pah, jangan marah lagi dong, bayangkan istrimu ini begitu nakal, perut buncit datang ke hotel untuk jadi pelacur, nakal bangetkan sayang” ucapnya lalu kembali melumat bibir saya.



Kali ini saya membalas ciumannya. Tangan istri saya sudah masuk ke dalam celana saya dan meremas-remas kontol daribalik celana dalam saya.

Wife:”Pah, gak di Tanya, mamah bisa muaskan orang yang booking mamah gak, harusnya papah bangga, istrimu bisa memuaskan orang itu, sampai dia sms kan, papah udah baca” ucap Dewi sambil melumat bibir saya kembali . Posisi kami berdua sudah miring, kini tangan saya pun tak mau kalah, meremas-remas pantat Dewi yang semakin padat dan sedikit bertambah besar.



Wife:”Aaaah, tahu gak Pah, kontol Julian adalah kontol terbesar yang pernah masuk ke heunceut mamah, lebih gede dari punya David, Pak Bob dan papah uugggh” Ucap Dewi berusaha menaikan birahi saya. Saya pun semakin terpancing oleh permainannya.

Wife: Pah…aah” Dewi kemudian membuka baju saya. Mulutnya segera menjilati dada saya dan menghisap pentil saya yang merupakan kelemahan saya. Saya pun beberapa kali menggelinjang dan kontol saya makin keras.



Dewi pun menurunkan celana saya berserta celana dalam saya sekaligus.

Sambil kembali menghisap puting saya tangannya kembali mengocok-ngocok kontol saya.

Wife:”Hayo ngaku, berapa kali kontol ini tadi malam bucat di heunceutnya Heni? Ucapnya sambil menatap saya dengan tatapan binalnya.

Saya:”Dua kali mah”

Wife:”Masa koq Cuma dua kali, pasti semalaman kalian ewean kan? Ucap Dewi sambil sekarang dia duduk dan tetap mengocok kontol saya.



Saya:”Ia dua kali aza”

Wife:”Kasihan Cuma dua kali, biar siang ini dibucatin di heuncuet mamah ya”

Istri saya lalu menunduk dan mulai menjilati kontol saya. Lidahnya dijulurkan menjilati buah zakar saya lalu naik ke batangnya.

Saya:”Aaagh nikmat Mah”

Wife:”Mamah kan jagonya jilat Pah, pelanggan mamah juga puas semua, pokonya papah gak bakal malu istrimu tidak pernah mengecewakan pelanggannya” ucap Dewi semakin menunjukan kebinalannya dan seolah menjadi pembenaran apa yang dilakukannnya.



Istri saya pun kemudian memasukan kontol saya ke dalam mulutnya.

Wife:”kloook..klhooooook…” Kontol saya pun semakin keras saja.

Istri saya kemudian melepas kontol saya dan kembali mengocok-ngocoknya.

Wife:”Pah kalau cocok, nanti Hanum mau langsung papah perawanin?

Saya:”Hanum siapaaah?

Wife:”Oh, belum tak kasih tahu kah namanya. Itu yang photonya mamah tunjukin, namanya Hanum”

Saya:”Ooohh, nanti saja gak usah buru-buru, masa baru datang mau langsung diewe”



Wife:”Hehe, kalau aza, bagusnya papah nyiapkan stamina hehe, biar puas”

Saya:”Ngomong-ngomong berapa papah harus bayar dia?

Wife:’Tenang itu urusan mamah, anggap saja sebagai permintaan maaf mamah” ucap istri saya sambil melepaskan baju panjangnya melalui kepalanya.



Kini istri saya tinggal menyisakan jilbab biru bh hitam dan celana dalam belang-belang hitam putih.

Wife:”Jilatin heunceut mamah, Pah” ucap Dewi sambil mengangkangi wajah saya. Dia menggeser celana dalamnya sedikit dan tampak bibir memeknya yang sekitarnya penuh bulu.

Saya:”sebenarnya gak boleh mah, kamu kan lagi hamil, takut ada bakteri dari mulut, tapi sekali ini gpp”

Saya pun memegang pantat istri saya dan mulai menjulurkan lidah saya menjilati bibir memeknya.

Wife:”Aaah nikmat uuuughh anjiiir, Pah, nanti si Hanum heunceutnya papah jilatin dulu ya, jangan maen ewe aaaahhh”



Lidah saya pun mulai menusuk masuk ke dalam memeknya Dewi.

Wife:”Aaaah Pah enak aaaah” ucap istri saya. Tiba-tiba kami mendengar suara orang ngobrol di luar, sepertinya suara tukang.

Saya:”Mah, stuuuuusssssh” ucap saya sambil menempelkan jari di mulut saya.

Istri saya pun menganggukan kelapalanya.



Wife:’Lanjutkan lagi pah, bikin heunceut mamah basah”

Lidah saya pun kembali menerobos ke dalam memek istri saya.

Wife:”Aaah, masukan lidahnya yang dalem ke heunceut mamah Pah aaaah” istri saya pun teriak, dan saya yakin orang di luar pasti mendengarnya.

Saya:”Mah” ucap saya sambil menghentikan aksi saya.

Wife:”Hehe biarin pah, biar mereka tahu orang yang punya rumah lagi ewean” ucap istri saya.



Saya:”Dasar mamah ini” Istri saya sekarang malah berdiri dan segera pindah menduduki selangkangan saya.

Wife:”Pah, ewean yuk” ucapnya sambil memegang kontol saya dan menggesek-gesekan degan bibir memeknya.

Saya:”Mah, si Hanum itu siapanya Bu Heti?

Wife:”Anak tetangganya Pah, orang Sum**** juga”

Saya:”Oghh, bukan saudaranya”

Wife:’Bukan, tapi dia ngajukan syarat juga Pah”



Saya:”Si Hanum?

Wife:”Bukan ibunya, jadi dia mau jual keperawanan anaknya juga di minta agar dipekerjakan sama kita”

Saya:”Anaknya?

Wife:”Bukan ibunya, eeegh masuk kontolnya Pah” ucap istri saya yang sudah memasukan kontol saya ke heunceutnya.



Istri saya pun mulai naik turun. Terasa memeknya sedikit longgar tapi istri saya punya kelebihan, memeknya terasa menyedot-nyedot.

Wife:”Aaah enak Pah uugggh” terdengar pula obrolan orang samar-samar dari luar sana.

Saya:”Uugh enak mah, empotan heunceut kamu uuughh” ucap saya sambil memegang pantatnya dan saya remas-remas.



Wife:”uuughhh kontoool aaah jadi kamu setuju kan kontol ibunya Hanum kerja sama kita”

Saya:”Ia mah, Lestari kan udah gak di sini, biar satu jadi baby sister satu jadi assistant rumah tangga”

Wife:”ia maksud mamah juga gituuuh, biar bu Heti yang ngasuh anak-anak aaagh”

Plook…plook saya mempercepat sodokan saya dari bawah membuat Dewi mengelinjang dan desahannya makin keras.

Wife:”Aaaaaaaaaaaghh, enak Pah, aaagh ewean jero nikmat anjiiiinggg, ewean sampai ganceet”



Saya yakin suaranya akan terdengar samar-samar dari luar meski terhalang tembok.

Tiba-tiba pintu kamar kami di buka dari luar dan tampak Intan masuk ke dalam kamar.

Kami berdua sedikit terperanjat, tapi setelah tahu Intan yang datang kami melanjutkan kembali aksi kami.



Intan:”mamah sama Papah siang-siang udah kuda-kudaan aza, mana teriak-teriak”

Wife:”Hehe, abis enak sayang, heunceut mamah disumpel kontol papah kamu, eh kamu adaaah apaah”

Intan:”Intan mau bobo siang”

Wife:”Oghh Dedek Revan mana?

Intan:”Sama bibi Mah”

Wife:”Ya udah, kamu tidur di sana” sambil istri saya menunjuk tempat tidur kosong seberang tempat tidur kami yang memang biasa di gunakan Intan walau kadang-kadang dia tidur di kamar sebelah atau sama Heti.



Intan pun segera naik ke ranjang dan terlentang tapi kemudian miring melihat ke kami.

Saya:”Jangan berisik mah”

Wife:”Gpp, Intan udah bisa lihat kita ngentot” ucap istri saya.

Entah kenapa saya jadi khawatir, saya ingat Fani yang sering ngintip orang tuanya ngentot dan dia menjadi penasaran.

Saya:”Mah, apa kita berhenti dulu tunggu Intan tidur”

Wife:”eengg…gak usah aaaah, Intan gpp kan mamah sama papah ewean”



Intan:”gpp Mah”

Wife:”Tuch Intan aza gpp, ayo genjot aaaggh” ucap Dewi sambil kembali naik turun dan saya pun mengimbangi dari bawah.

Wife:”Aaag enak uug ewean jeroooo agggh” teriak istri saya, sepertinya sengaja agar orang di luar dengar.

Saya:”kamu makin nakal aza mah”

Wife:”ia dong, kan sekarang mamah udah jadi pelacur, harus makin nakal dan binal” ucapnya tapi dengan volume suara sedikit pelan.



Istri saya tampak melepas bh dan menarik kedua tangan saya agar meremas-remas susunya. Saya pun segera meremas-remas susu Dewi menggunakan kedua telapak tangan saya. Saya pencet dan pilin puting susu Dewi. Tak terasa air susunya pun keluar dan memancar mengenai muka saya.

Wife:”Aaaagh, enak Pah uuuugh isep Pah….”

Saya pun segera bangkit dan memeluk Dewi. Saya lihat ada bekas cupangan di susunya, pasti perbuatan orang yang bernama Julian. Saya pun segera mencaplok susu Dewi dan menghisap puting susunya.

Wife:”Uuugh isep Pah pentilnya enak aaagghhh”

Memek istri saya terasa makin basah dan lengket, keringat pun mulai membasahi tubuh kami.



Saya pun kembali rebahan setelah puas menyedot asi Dewi.

Wife:”Aaagh mamah gak kuat lagi Pah…uuuh”

Saya:”Barengan mah bentar lagi…”

Wife:”Uuugh cepetin pah, ewe…uggggh gancet kontoooool”

Ploook..ploook…ploook sambil saya menggenjot memek Dewi dari bawah sambil saya pegang erat pantatnya.



Tak lama saya pun menekan kontol saya dalam-dalam diikuti leguhan dari Dewi. Crooot..crooot..crooot.

Wife:”Aaaganjing gancet ahhhh” istri saya pun ikut mengejang. Tak lama dia menjatuhkan badanya di dada saya.

Saya:”Mah, ntar bayinya kegencet”

Wife:”Nggak Pah…” ucapnya sambil ngos-ngosan.

Kami pun terdiam untuk beberapa saat.

.

Wife:”Aaah gancet pah, hehe”

Saya:”YA udah, turun, Intan tuch tidur di ujung” aku lihat Intan ternyata sudah tertidur dan posisinya tepat di bibir ranjang.

Wife:”Ia Pah, tapi kalau gancet beneran gimana ya, entar ketahuan dan di tonton para tukang hehe”

Saya:”Kamu ini nakal banget mah” ucap saya sambil memencet hidung Dewi.

Wife:”Hehe, ya udah mamah bangun” ucap Dewi sambil bangkit dan plooop, kontol saya pun terlepas.



Wife:”Basah cangcut mamah” ucapnya sambil melepas celana dalamnya yang memang tadi hanya di geser saja.

Ku lihat Dewi memakai kembali baju panjangnya tanpa memakai daleman.

Wife:”Pah, mamah ke belakang dulu mau periksa para tukang”

Saya:”Hah, gak pakai daleman”

Wife:’Hehe, biar gerah” ucapnya, sambil mengangkat Intan terlebih dahulu lalu langsung keluar kamar.



Saya pun segera bangun dan mengambil celana pendek dari lemari, saya pun segera berlari keluar mengikuti Dewi.

Ku lihat istri saya segera ke arah dapur dan menemui para tukang yang sedang menyelesaikan pembuatan kolam renang,jadi sekarang pintu dapur langsung terhubung ke arah kolam renang tampak ada bu Heti juga, saya pun segera menghampiri tapi saya diam pas di pintu dapur sekitar 10 meteran dari posisi Dewi dan Bu Heti .

Wife:”Revan mana

Bu Heti:”Tidur di kamar saya bu”

Wife:”Udah pada beres makannya bu?

Bu Heti:”Sudah neng, ini mau ibu beresin”

Wife:”Udah pada selesai makannya”

Suhada(Mandor):”Sudah Bu Makasih” ucapnya sambil menatap ke arah istri saya, dia Nampak memperhatikan istri saya yang nampak agak berkeringat juga jilbabya sedikit acak-acakan.



Wife:’Maaf ya tadi ditinggal, ada urusan Pak Suhada”

Suhada:”Ia gpp, kami ngerti koq bu, hehe”

Wife:”Kedengeran ya, hehe maaf ya, mumpung suami ada di rumah, jadi aku ajakin ngamar” ucap istri saya seperti memang sengaja.

Tampak para tukang melihat ke istri saya dengan tatapan nafsu, sepertinya mereka menyadari Dewi tidak memakai bh, kelihatan putingnya sedikit menonjol.

Istri saya pun segera membantu Bu heti membereskan piring dan gelas, para tukang tampak memperhatikan istri saya, mereka tidak menyadari saya ada di sana juga. Saat istri saya menungging pantat bulatnya tercetak jelas dan saya yakin mereka menyadari istri saya tidak mengenakan celana dalam.

Mereka pun tampak berbisik-bisik.



Istri saya pun tiba-tiba menoleh ke arah mereka, mereka seketika terdiam, tampak istri saya meraba-raba pantatnya sendiri.

Wife:”Hehe maaf, keasikan tadi sampai lupa pakai cangcut” ucap Dewi vulgar.

Suhada:”Hehe gpp Bu, biasa itu”

Sementara Bu heti hanya geleng-geleng kepala, dia tahu Dewi menggoda para tukang. Istri saya dan Heti pun segera membawa piring dan gelas menuju pintu dapur di mana saya berada, saya pun segera meninggalkan dapur.



Saya pun duduk di depan tv sambil menonton. Tak lama istri saya dating ke saya dan segera duduk di samping saya.

Saya:”Kamu nakal banget mah pakai bilang lupa gak pakai cangcut, kalau mereka sange terus mamah digangbang gimana”

Wife:’hehe, gak di bilang juga mereka pasti tahu pah, mamah gak pakai cangcut, ya kalau digangbang mamah ngangkang aza kan enak”

Saya:”dasar kamu nakal banget”

Wife:”Pah, Julian nawarin kerjaan lho buat mamah…”

Saya:”Hah, mamah mau kerja lagi?

Istri saya tampak menyenderkan badannya di sofa dengan menahan menggunakan kedua tangannya tepat di kepala.



Wife:”Buat selingan aza Pah”

Saya:”Kamu kan lagi hamil, masa mau kerja”

Wife:”Hempz, bukan seperti dulu jadi sekertaris Pah, freelance aza, jadi model”

Saya:”Hah…, papah gak salah denger nich? Saya memang sedikit terkejut mendengarnya, model apaan.



Wife:”Memang mamah gak pantes jadi model, jadi tadi pas papah tidur, Julian nelpon mamah, terus nawarin jadi model”

Saya:”Model seperti apa?

Wife:”Ya model, katanya model majalah, agensinya punya si Julian sendiri, tapi sekarang mereka lagi punya kontrak untuk model pakaian dalam”

Saya:”Hah, jadi kamu mau jadi model pakaian dalam mah?

Wife:”Hehe, penasaran Pah, gimana rasanya jadi model”

Saya:”Bisa heboh kalau orang tahu, berarti harus copot jilbab juga”

Wife:”Sepertinya ia, tapi mamah udah siap du bully koq hehe” saya pun segera geleng-geleng kepala.



Melihat saya geleng kepala istri saya malah tertawa.

Wife:”Kenapa geleng-geleng Pah?

Saya:”Mamah udah makin parah, pasti papah kena impact juga, orang-orang kantor ntar tahu, keluarga mamah juga”

Wife:”Ia, kepalang tanggung, daripada melacur terus, tapi melacur jalan terus ah”

Saya:”Hah?

Wife:”Buat tambahan dan pengalaman aza pah, dan pasti ada sensasi gimana gitu, boleh ya?

Saya:”Jadi bener-bener serius kamu mah?

Wife:”Papah kira tadi mamah bercanda? Saya pun kembali geleng-geleng kepala.



Saya:”Tapi resikonya itu berat mah, untuk yang satu ini parah banget, privasi kita kena dampaknya”

Wife:”Cuek aza dech Pah, mamah pun bisa nanganin keluarga mamah”

Saya:”Tapi pasti ortu kamu juga bakal marah ke papah juga”

Wife:’Tenang aza, gak usah khawatir gitu” memang tidak lagi seperti Dewi yang dulu.



Saya:”Gak tahu ah, papah bingung mah”

Wife:”Hehe, pikirkan aza dulu pah, apa papah gak bangga punya istri model”

Saya:”Heh, bukan masalah itu, bangga tapi kan kamu gak ada basic model terus penamplan kamu alim apa gak heboh kalau jadi model pakaian dalam”

Wife:”cuek aza lagi pah, kan ini zaman modern, semua bisa terjadi, paling mereka sirik nanti sama kita”

Saya tidak mengerti jalan pikiran istri saya.



Saya:”ya udah terserah mamah dech kalau sudah siap dengan resikonya, tapi pas pemotretan harus diantar sama papah”

Wife:”Hehe makasih papah, papah pengertian hehe, Cuma selingan aza koq”

Saya pun tidak berbicara lagi, tapi pura-pura memindah-mindahkan channel tv dengan memencet-mencet.

Wife:”Kata Julian nanti memang hari Sabtu pemotretannya sama perjanjian lain-lainnya”



Saya:”Bagus dech kalau sabtu kan aku di rumah” ucap saya.

Wife:”Pah, mamah mandi dulu ya”

Saya tak menjawab hanya menganggukan kepala saja.

Dewi pun segera pergi meninggalkan saya. Tinggallah saya sendiri bengong menonton tv. Saya pun bosan dan mengambil ponsel saya dari dalam kamar. Ku lihat banyak pesan wa masuk, Saya pun membukanya, salah satunya ada pesan dari Fani.

Fani:”Hai om…” “Tidur ya Om” pesan tersebut masuk sekitar jam sepuluh siang.

Saya pun segera membalas pesan Fani tsb.



Saya:”Ya Fan, maaf memang tadi om tertidur”

Langsung muncul balasan.

Fani:”gpp om, pasti kecapekan” ucap Fani dari pesan wa. Saya merasa sedikit tidak nyaman, apa Fani akan minta atau bilang sesuatu, setelaha keperawanannya saya renggut tadi malam.

Saya:”Ada apa Fan, masih sakit gak itunya?

Fani:”Itu apanya Om? Gpp Cuma nyapa aza”

Saya:”Hehe, itunya, yang kemaren om masukin, kalau ada perlu seuatu bilang aza” balas saya lagi.



Fani:”Oh, memek Fani masih sakit om, perih kalau mau pipis”

Saya:”Ogggh, gimana mau bawa ke dokter?

Fani:”Ya nggak lah Om”

Saya:”Tadi belum di jawab, kalau ada perlu apa-apa tinggal bilang om saja”

Fani:”Gak ada om, Cuma kangen aza pengen nyapa” Jiah dia kangen…



Saya:”Kangen om atau kangen KONTOL Om?

Fani:”Ih Om, enak aza, masih perih tahu”

Tiba-tiba saya mendengar pintu kamar di buka, sepertinya Dewi sudah selesai mandi.

Saya:”Fan, nanti di lanjut lagi ya, ada istri Om”

Fani:”Oh Ok Om sip”

Saya pun segera menutup wa dan ponsel saya.



Dewi nampak memakai gaun hamil warna cream panjang sampai mata kaki yang cukup lebar,dan ternyata dia belum memakai jilbab, rambutnya masih basah dan sedang dia lap memakai handuk.

Wife:”Chattingan sama siapa Pah? tanyaDewi sambil melirik ke arah saya.

Saya:”Gak ada, lagi lihat Facebook”

Wife:”Oooh” ucapnya tak ada komentar lagi, sepertinya dia sedikit curiga.



Wife:”Papah gak mandi?

Saya:”Ia ini mau mandi mah” ucap saya sedikit gelagapan. Saya pun segera berdiri meninggalkan istri saya dan masuk ke dalam kamar.

Saya pun segera mandi dan setelah selesai segera memakai baju. Saya lihat Intan sudah tidak ada di ranjang, sepertinya dia sudah terbangun. Saya pun segera keluar dari kamar, tampak di ruang keluarga sudah ada Revan dan Intan.



Revan tampak senang melihata saya dia pun langsung minta gendong.

Saya pun larut dalam kegembiraan anak-anak sampai tiba-tiba Bu Heti datang dan dia menghampiri istri saya yang kini sudah memakai jilbabnya yang berwarna putih, nampak mereka berbisik-bisik.

Bu Heti pun kembali pergi meninggalkan kami. Istri saya pun mendekati saya.



Wife:”Pah, Hanum dan ibunya sudah datang, mereka di ruang tamu” saya pun sedikit terkejut dan memang lupa si Hanum bakal datang hari ini juga.

Wife:”Malah bengong, ayo ikut, biar anak-anak nonton tv di sini” ucap Dewi sambil menarik lengan saya.

Saya pun mengikuti Dewi menuju ruang tamu. Di ruang tamu tampak tiga perempuan berhijab tengah duduk di kursi panjang, yang satunya tentu saja Bu Heti.



Mereka pun segera bergeser melihat kedatangan kami. Saya memilih duduk terpisah d sofa single sedang Dewi duduk bersama mereka di sofa panjang.

Bu Heti:”Ini yang namanya bu Dewi, Bu kenalin ini Anis, ibunya Hanum dan ini Hanum anaknya Anis” ucap Bu Heti sambil memperkenalkan kedua perempuan yang baru datang tersebut. Hanum terlihat masih muda saat itu dia mengenakan baju panjang seperti kemeja tapi dari bahan yang sangat halus berwarna abu-abu dan rok panjang span hitam serta jilbab putih.



Hanum tampak memakai make-up yang cukup tebal, entah kesehariannya begitu atau saat datang ke sini saja sehingga tak terlihat seperti orang desa.

Sedangkan ibunya justru lebih menarik perhatian saya, badanya montok dan dadanya pun menonjol, ibunya Hanum yang tadi disebut bernama Anis sepertinya terlihat masih muda lebih muda dari Bu Heti. Dia memakai baju panjang warna hitam. Karena badanya montok cukup ngepress dan jilbab hitam juga. Kulit mukanya putih bersih dan masih terlihat cantik.



Tampak istri saya bersalaman dengan mereka sambil saling memperlkenalkan diri masing-masing.

Tampak Anis sedikit berbisik-bisik dengan Heti, entah apa yang mereka bicarakan.

Wife:”Kenalkan ini suami saya bu” ucap Dewi kepada Anis yang kebetulan duduk di sampingnya.

Anis pun bangkit dan menyodorkan tangannya kepada saya.

Tampak Anis memang begitu semok, badanya berisi tapi tidak gendut seperti bu Heti.

Anis:”Anis Pak” sambil mengulurkan tangan yang langsung saya terima uluran tangannya

Saya:”Dendi” ucap saya pendek.

Anis pun kemudian duduk kembali.



Wife:”Hanum, kenalkan itu suami saya” ucap Dewi sambil memberi kode dengan tangannya kepada Hanum.

Hanum yang duduk di samping ibunya dan di apit bu Heti pun berdiri. Badannya masih langsing dan kulitnya putih seperti ibunya, tapi kalau ibunya chuby Hanum cenderung tirus.

Hanum pun menyodorkan tangannya tapi matanya menunduk tak berani menatap wajah saya. Pasti dalam hatinya dia berkata inilah orang yang akan memperawani dia.



Saya pun segera menerima jabat tangan dari Hanum.

Tangan Hanum terasa dingin.

Hanum:”Hanum Pak”

Saya:”Dendi, panggil om saja” ucap saya.

Hanum tidak menjawab hanya mengangguk dan menarik tangannya kembali. Hanum pun kemudian duduk kembali.



Wife:”ya udah kalian istirahat saja dulu, bu Heti bisa diantarkan kalau misal mau makan tersedia koq di meja makan, santai aza di sini mah” ucap Dewi.

Bu Heti pun kemudian mengajak Hanum dan Anis pergi. Mereka pun lebih dulu meninggalkan kami yang masih duduk di sofa ruang tamu.

Sepeninggal mereka, istri saya pun mengajak saya mengobrol.



Wife:”Gimana Pah,ok kan atau paling nggak lumayan kan?

Saya:”lumayan mah”

Wife:”Anaknya atau ibunya yang lumayan?

Saya:”Mamah tahu aza, anaknya lumayan, ok sich tapi belum terlalu berisi, mamahnya malah yang ok hehe”

Wife:”Dasar papah ini, eh mamahnya kelihatan muda juga ya, malah kayak kaka adek…?

Saya:”Ia, kelihatan muda, aku kira malah bakal udah tuaan, atau paling nggak seumuran Bu Heti” ucap saya, ternyata Dewi pun merasakan hal sama, melihat Anis terlihat terlalu muda.



Wife:”Mungkin nikah muda kali Pah…”

Saya:”Ia, nanti kita tanyakan saja”

Wife:”Papah naksir sama mamanya Hanum ya?

Saya:”Nggak, naksir semoknya aza”

Wife:’Dasar” saya dan istri pun segera kembali berkumpul bersama anak-anak.



Sorenya istri saya pergi ke dapur untuk membantu Bu Heti masak, termasuk Anis dan Hanum, ku lihat mereka sudah mandi dan mengganti pakaian mereka. Sementara para tukang sudah pulang juga dari jam 5 sore.

Saya pun memandikan anak-anak dan bersiap menunggu makan malam.



Habis Magrib kami pun kumpul dan makan bersama di meja makan sekaligus memperkenalkan Anis dan Hanum dengan anak-anak. Setelah makan Dewi pun mengajak semua berkumpul di ruang keluarga sambil menonton tv dengan terlebih dahulu para perempuan membersihkan piring dan gelas bekas kami makan.



Saya dan anak-anak lebih dahulu berkumpul di depan tv. Mungkin lima belas menitan mereka berempat sudah datang dan berkumpul di ruang keluarga. Karena sofa tidak cukup kami semua duduk di atas karpet.

Istri saya pun membawakan cemilan untuk teman kami ngobrol. Anak-anak cukup cepat akrab dengan Hanum dan Anis. Bahkan Revan duduk dipangkuan Anis. Sekarang Anis kulihat memakai baju kaos lengan pendek wana hitam dan jilbab putih serta celana model training warna abu-abu.



Sementara Hanum memakai baju kaos panjang mirip sweater warna hitam dan rok panjang warna orange serta jilbab warna kuning. Hanum masih tampak canggung, berbeda sekali dengan ibunya yang terlihat santai.

Wife:”Gimana tadi perjalanannya?

Anis:”Pakai bis neng, tapi untung gak banyak penunmpang jadi Alhamdulillah nyaman” ucapnya, dia memanggil Dewi dengan sebutan neng seperti Bu Heti.



Kaos yang dipakai Anis meski tidak berbelahan rendah cukup ketat membuat tokednya membusung ke depan. Beberapa kali saya mencuri pandang ke toked Anis dan beberapa kali Anis memergoki saya juga tapi dia tampak cuek saja.

Wife:”Jadi Kak Hanum ini masih sekolah atau bagaimana? Tanya istri saya dan mulai membahas tentang Hanum.



Anis:”Hanum sudah lulus sma tahun kemaren tapi belum dapat kerja”

Heti:”Temen sekolahnya Jaka neng”

Wife:”Oh temennya Jaka, berarti sekarang berapa umurnya Kak?

Anis:”Sudah sembilan belas neng”

Wife:”Oh, berarti sudah cukup umur buat dipetik hehe” ucapan istri saya yang sedikit vulgar membuat Hanum bersemu merah.



Wife:”Papah mau nanya-nanya gak?

Saya:”Gak, gak ada” ucap saya sedikit tergagap karena sedang memperhatikan toketnya Anis. Sementara Anis tersenyum kepada saya.

Wife:”Eh kak, tadi suami aku nanya, umur kakak berapa? Sementara Hanum tadi udah 19 ya”

Hanum hanya menganggukan kepalanya saja.



Anis:”Umur saya sudah 37 neng, hampir samalah dengan Heti, teman main juga dan temen sekolah, saya sama Heti sama-sama nikah muda, maklum di kampung, umur 17 saya sudah nikah dan tak lama punya anak”

Wife:”Oh, tapi masih kelihatan muda ya, maaf ini malah tadi saya kira masih di bawah umurnya Bu Heti, ternyata samaan”

Anis:”Hehe, yang mungkin bawaan dari sononya neng,kelihatan awet muda” ucap Anis terlihat sedikit bangga.



Saya pun memang tidak menyangka Anis sudah 37, saya pikir mungkin sedikit di atas istri saya saja.

Heti:”Kalau saya karena hidup susah neng dan mikirin suami, jadi kelihatan tuanya hehe”

Anis:”Ah, emang aku gak susah, kamu oge tau sorangan kan Heti” ucap Anis.

Heti:”Ia, tapi mungkin kamu orangnya cuek, gak dibawa pusing jadi masih awet muda” ucap Bu Heti.

Wife:’Ayo sambil di makan cemilannya, kalau kurang nanti saya ambil lagi, ayo Hanum jangan diem aza”

Hanum:”Ia tan” ucap Hanum singkat.



Ku lihat Revan malah sudah tertidur di pangkuan Anis, sementara Intan masih asyik nonton tv sambil dipangku oleh istri saya.

Wife:”Mohon maaf sebelumnya kak, tapi harus kami tanyakan biar ke depannya tidak ada tuntutan”

Anis:”Ia neng, sok (silahkan) aza” sepertinya Anis sudah paham maksud pertanyaan Dewi istri saya.

Istri saya tampak menarik nafas panjang dulu sebelum bertanya, mungkin agak kagok juga.



Wife:”Jadi begini Kak,saya tegesin lagi, Kakak memang yakin mau jual keperawanan anak kakak?

Anis:”Ia neng, sudah mantap koq dan Hanum pun tidak keberatan, jadi teu perlu khawatir, moal aya tuntutan neng”

Istri saya tampak melirik sama Bu heti dan Bu Heti menganggukan kepalanya.

Wife:”Kalau tidak keberatan Kak Anis mau menceritakan tidaK apa alasannya sampai mau menjual keperawanan Hanum?



Kali ini Anis yang menarik nafas panjang, dia sempat menoleh sama Intan.

Wife:”Tenang Bu, Intan masih gak ngerti koq”

Anis:”Saya tidak keberatan koq neng untuk menceritakan alasannya, akan saya ceritakan biar neng dan bapak tenang”

Wife:”Syukurlah Kak”



Anis:”Alasan utamanya ya karena masalah ekonomi neng, kami juga punya hutang yang lumayan besar buat orang seperti kami sama kepala desa” ucap Anis berhenti sejenak dan mengambil minuman di gelas sampai habis.

Anis kembali melanjutkan omongannya.

Anis:”Hutang itu sebenarnya hutang suami saya, dia kerjaannya judi, mabuk dan main perempuan”

Wife:”Terus..? semua jadi kena?

Anis:”Ia, si Kades nagih-nagihnya sama saya, nagih juga si sama suami juga, terus katanya boleh tidak di bayar, tapi Hanum harus mau jadi istri ketiga si Kades”



Wife:”Maaf ini, terus kenapa Hanum tidak mau dan lebih memilih menjual keperawanan?

Anis kembali menarik nafas panjang.

Anis:”Kalau dia jadi istri kades gak menjamin kehidupan dia dan kami juga lebih baik, kenapa memilih menjual keperawanan, terus terang nilai yang neng tawarkan bisa menutupi hutang dan buat modal serta satu lagi saya bisa juga kerja dan menghindari suami saya yang manfaatin saya terus”

Wife:”Jadi menurut kak Anis pilihan sekarang masih lebih baik?

Anis:”Ia”

Sekarang justru istri saya yang menarik nafas panjang.



Wife:”terus suami Kak Anis tahu?

Anis:”Tahu Neng”

Wife:”Dia ok saja?

Anis:”Dia mah ok saja yang penting duit, toh dia juga setuju Hanum nikah sama kades, dia mah gak bener, gak bisa diharapkan lagi, gak bisa kasih nafkah lahir Cuma bisa kasih nafkah bathin doang”

Wife:”Hehe, penting nafkah bathin itu, nafkah lahir juga sich tak kalah penting hihi”



Anis:”Jadi gimana neng, kita deal kan?

Wife:”Saya sich oke saja, tergantung suami saya, toh dia juga yg bakal make, eh maksudnya gimana ya, gitu dech”

Anis:”Gimana Pak? Tanya Anis sambil menatap saya yang kebetulan lagi memperhatikan toketnya yang membusung ke depan.

Saya:”Saya sich ok juga, yang penting Hanum juga udah rela biar gak ada tuntutan atau ganjalan ke depannya”

Anis:”Syukurlah, kalau Hanum gak ada masalah lagi” ucap Anis sambil melirik anaknya yang masih menundukan kepalanya.



Wife:”Jadi kapan Hanum siap diewe eh maksudnya dibelah duren sama Om?

Anis:”Hanum tuch di Tanya Tante Dewi kapan siap diewe sama Om Dendi? tanya Anis tak kalah vulgarnya dari dari pertanyaan Dewi.

Hanum:”Kalau Hanummah terserah saja, kapan saja”ucap Hanum, dia agak terkaget-kaget dengan pertanyaan vulgar dari Dewi dan Anis.

Anis:”Kapan aza katanya Pak, Hanum siap yang penting gak lagi mens hehe” ucap Anis ditujukan kepada saya.

Wife:”Jadi kapan Pah, malam ini Hanum kamu lagi mens gak?

Hanum menggelengkan kepalanya.



Melihat Hanum yang begitu pasrah saya malah menjadi sedikit kasihan.

Wife:”Mau malam ini kah Pah kamu ngewein Hanumnya?

Saya rasa tidak malam ini, energi saya banyak terkuras.

Saya:”Kayaknya gak malam ini mah, kasihan juga Hanum capek baru dating, mungkin lusa, papah mau ambil cuti dulu”

Wife:”Cie, sampai mau cuti buat wik-wik sama Hanum, tapi betul Pah, kasihan Hanum masih capek, Papah ambil cuti aza, papah toh jarang cuti paling bolos kan ?
Saya:”Besok papah mau ajukan cuti mendadak dulu dech”



Wife:”Ya udah kalau gitu kak, kita sudah deal, kata suami gak malam ini, dia juga masih capek, kalian juga pasti capek, malam ini istirahat saja”

Akhirnya malam ini tidak terjadi apa-apa, kami semua pergi tidur karena semuanya merasa kelelahan. Keesokannya saya tidak biasanya bangun pagi, anak-anak masih tertidur, sementara Dewi sudah tak terlihat, mungkin sudah di dapur. Jam 5 saya sudah bangun dan segera mandi dan selesai mandi saya pun langsung memakai baju buat ke kantor , saya cukup bersemangat karena malamnya saya sudah mengirim pesan ke Pak Hendro bahwa saya mau cuti dan diberikan cuti 1 minggu tapi mulai hari senin nanti. Saya sempat menengok ke depan ternyata si Donatus bukannya jaga malah molor, Sementara Bu Heti lagi menyapu halaman, tapi ya sudah saya biarkan saja.



Saya pun berjalan ke arah dapur dan saya mendapati Anis dan anaknya sedang memasak, tak tampak Dewi istri saya, entah di mana dia. Saya lihat Anis masih mengenakan mukena berwarna putih, ya ternyata dia tidak meninggalkan sholat, berbeda dengan saya, setelah kehidupan yang berantakan ini saya sudah meninggalkan shalat kecuali Jumatan karena sedang di kantor malu sama yang lain. Dewi biarpun melakukan banyak hal buruk sesekali masih terlihat sholat. Tapi yang menarik perhatian mukena yang dikenakan Anis cukup tipis dan sepertinya dia hanya mengenakan pakaian dalam di balik mukenanya. Tampak pantatnya yang membulat dan cetakan celana dalam yang sepertinya berwarna hijau sungguh menggoda saya.



Sementara Hanum memakai kaos lengan panjang warna orange dan rok panjang hitam, rambutnya tergerai dia tak mengenakan jilbabnya. Mereka tidak menyadari kedatangan saya. Hanum asyik mengupas bawang dan Anis sedang menggoreng sesuatu. Saya pun berjalan mengendap menghampirinya.

Saya pun menghampiri Anis dan tepat dibelakangnya, saya pun beberapa kali menelan ludah sampai dikejutkan oleh Hanum yang tampak menyadari kedatangan saya yang sedang menatap pantat bulat ibunya.

Hanum:”Eh Om Dendi” seketika Anis pun berbalik.

Anis:”Pak Dendi, belum selesai saya masaknya Pak” ucap Anis yang mengira saya mengecek sarapan.



Saya:”Oh gpp, saya lagi mencari istri saya”

Anis:”Oh, ibu lagi senam di dekat kolam renang Pak” ucap Anis tanpa menaruh curiga sedikitpun terhadap saya yang tadi mengintip pantatnya yang semok.

Saya:”Oh ya udah, saya ke kolam Nis, Hanum”

Hanum pun manggut, dan saya meninggalkan mereka, dengan sudut mata saya sempat melihat Hanum menunjuk pantat ibunya dan berbisik-bisik, sepertinya dia memberi tahu ibunya bahwa saya tadi habis memelototi pantatnya. Saya pun tak ambil pusing dan keluar dari dapur.



Kulihat istri saya memang sedang senam. Dengan menggunakan celana legging biru yang tipis, kaos hitam lengang panjang kombinasi strip merah dan jilbab merah sedang menungging. Saya pun iseng meraba pantatnya.

Wife:”Ah, kirain siapa…” sambil berdiri dan menoleh ke saya.

Saya:”Rajin amat senam”

Wife:”Biar bayi kita sehat Pah” ucapnya sambil mengelus perutnya yang mulai sedikit membuncit.



Wife:”Ayo ikut senam, biar perut kamu gak ikut hamil juga pah” sambil menunjuk perut saya dan kemudian tertawa. Akhirnya saya pun senam untuk menghilangkan alibi sudah memelototi pantat Anis.

Selesai senam saya pun sarapan dan mengantarkan Intan ke sekolah sekalian saya pergi ke kantor.

Saya pun sudah datang pagi-pagi dan belum terlihat satu pun team saya. Saya segera masuk ke dalam ruangan saya dan menanda tangani dokumen yang sudah menumpuk. Tak lupa saya pun memprint permohonan cuti. Saya lihat di luar anak buah saya sudah berdatangan termasuk si semok Ida yang belakangan sedikit cuek sama saya dan sulit saya mau ngajak bareng karena dia membawa mobil yang saya berikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Seks: Bocah Nyusu Plus Ngentot Efni

Mama Gitu Dehh 1 - 5

Tukang Kebun yang Menggarap Memekku