Binalnya Istriku Dewi 44

Ternyata sudah cukup larut, hampir setengah sepuluh. Sesampainya di mobil kami pun segera masuk. Saya pun segera memacu kendaraan saya menuju rumah Heni, padahal kalau mau pulang ke rumah sendiri lebih dekat.
Di dalam Mobil ku lihat Fani terkapar di belakang.
Heni:”Neng, gimana keadaan kamu sekarang? Ucap Heni sambil menoleh ke belakang, sepertinya dia khawatar dengan kondisi anaknya.
Fani:”Lemes mah, sama memek Fani masih sakit, ngilu dan perih”
Heni:”Ya itu resikonya, pakai mau nyobain ngentot segala, kamu gak usah masuk sekolah dulu dech, ntar orang curiga”
Fani:”Asyik, tapi gimana dengan si papah?
Heni:”Denger boleh gak masuk sekolah dulu langsung girang, kalau masalah papah kamu Bilang aza lagi datang bulan dan sakit memek kamu”

Setelah itu kami tak banyak lagi berbicara, kebetulan dari tadi saya memang diam saja, saya malah sedikit khawatir kenapa Dewi tidak ada menanyakan kabar saya.
Tak terasa akhirnya kami pun sampai juga, dengan berbagai manuver di jalan saya dapat sedikit mempersingkat waktu tempuh.
Saya pun memarkir mobil saya di tempat biasa, tampak ada tiga mobil di sana, ditambah mobil saya menjadi empat. Heni yang tampak akrab dengan si penjaga parkir tampak berbisik-bisik bahkan saat Heni pergi si tukang parker sempat-sempatnya meremas dan menepuk pantat semok Heni, Heni pun hanya tertawa saja. Kami pun lalu berjalan menuju gang rumah Heni. Heni masih memapah Fani.

Sampai di depan rumah, kami pun segera masuk dengan membuka pintu pagar. Tampak banyak sekali motor di depan halaman rumah Heni, sepertinya lagi ramai. Kami pun segera masuk ke dalam rumah.
Heni:”Aa,tunggu di sini dulu ya, aku mau ngomong sama laki aku dulu”
Saya pun duduk sendiri di depan meja tamu yang tidak ada penunggunya. Heni dan Fani pun segera meninggalkan saya.
Tak terlihat suami Heni. Saya pun menunggu beberapa saat. Mungkin lima belas menitan Heni baru muncul. Cuma memakai handuk saja, paha dan bagian atas susunya terekpos.

Heni:”Aa, tunggu di kamar aza yuk, Teteh mau mandi dulu”
Saya:”Aduh, di sini saja dulu, gak enak sama suami teteh”
Heni:”Suami teteh ternyata gak ada di rumah, lagi nonton bola bareng di rumah temannya, tapi teteh sudah kasih tahu aa mau nginep, tenang aza”
Saya:”Gimana kalau pas teteh mandi, suaminya datang”
Heni:”Alah, nyantai bae atuh, si aa mah, borangan pisan waninya di tukangen ngewein istrinya(penakut banget, beraninya di belakang) ”

Saya pun berdiri dan Heni pun tersenyum dan berjalan lebih dulu, pantatnya begitu bulat, perlahan saya merasakan si otong bangun lagi. Heni pun segera membuka pintuk kamar dan masuk ke dalam, saya pun mengikutinya.
Heni:”Aw, nah beraninya di belakang, mentang-mentang gak ada suami aku, bool aku maen remes aza” ucapnya sambil tersenyum setelah saya meremas pantatnya.
Saya:”Abis punya bool gede banget”
Heni:”Haha, bisa aza” ucapnya sambil segera masuk ke dalam kamar mandi.

Saya pun karena lelah segera naik ke atas ranjang dan tiduran. Saya pun ketiduran dan terbangun ketika terdengar pintu kamar mandi di buka, tampak Heni keluar masih dengan memakai handuk yang dipakainya tadi dengan rambut basah terurai.
Heni:”Kirain aa tidur?
Saya:”Memang tadi ketiduran, denger pintu dibuka ke bangun, kirain suami teteh datang”
Heni:”Eh bentar, handphone aku bunyi” ucap Heni yang berjalan menuju meja rias mengambil hpnya.

Heni:”Hallo, ia akang,Oh masuk aza neng di kamar” ucapnya entah bicara dengan siapa.
Tak lama pintu kamar dibuka dari luar dan lelaki yang bagian kepalanya seikit botak, biasa tertutup peci masuk ke dalam kamar, yang tak lain Saeful, suaminya Heni.
Saeful langsung menghampiri saya, saya pun kikuk segera duduk di pinggir ranjang.
Safeul:”Apa kabar pak Dendi, udah lama?
Saya:”Baik kang, lumayan” ucap saya masih terasa kaku.

Saeful pun duduk di samping saya. Ku lihat Heni sedang nungging dan pantatnya pun terbuka, ia tampak sedang mengenakan cangcut di bawah tatapan mata kami, dia tampak cuek saja.
Saeful:”Mah, kamu kemana aza, lama amat?
Heni:”Tadi ngeliat tempat yang mau dibuat karaoke kang, di Lengk*ng, terus ke Cihampe*las” ucap Heni sambil melepas handuknya dan Cuma memakai celana dalam berwarna hitam sementara susunya gundal-gandul, meski membelakangi kami dapat melihatnya dari kaca meja rias.

Saeful:”Oh, tapi lama amat”
Heni:”Ia, tadi juga nganter si neng Fani beli baju, dibayarin tuh sama si aa, tapi aku mah Cuma dibeliin ini nich cangcut, ini cangcut yang aku pakai baru kang, dibeliin dan dipilihin sama si aa, agak kekecilan ya” ucap Heni santai dan sempat menghadap kami lalu membelakangi kami lagi.
Saeful:”Oh..gitu” ucapnya Cuma manggut-manggut saja. Sementara saya diam saja masih merasa tidak nyaman.
Heni:”Gak itu aza kang, terus kita karaokean oge, eh aku malah dizinahi sama si aa di ruang karaoke” ucap Heni membuat saya hampir tersedak.

Saeful:”Oh kalau gitu pantes lama” ucapnya santai, padahal bininya baru aza bilang habis aku tidurin.
Heni:”Aku diperkosanya sama si aa di depan si neng anak kita lho Pah”
Saeful:”Hah, koq bisa” ucapnya sambil menoleh melihat saya sejenak. Tenutu saya menjadi semakin kikuk. Sementara Heni santai saja dia tampak sedang memakai kutang.
Heni:”Ia, si neng kan ikut karaokean kang, tapi aku mabok ya jadi dech, terus di suruh keluar si neng gak mau katanya suka nonton mamahnya ewean sama si aa, kang akang tahu si neng juga suka ngintip kalau kita ewean”

Saeful:”Ia, si neng memang anak zaman now, pengen serba tahu sampai urusan kasur” ucap Saeful enteng.
Tampak Heni sedang memakai daster transparan warna putih sehingga pakaian dalamnya menerawang.
Heni pun menghampiri kami dan duduk di samping suaminya.
Heni:”Kang, si aa mau nginep dan bobo bareng kita, boleh kan, tadi juga neng udah telpon akang”
Saeful:”Ia gpp mah, biar kita maen bertiga, akang penasaran gimana rasanya maen bertiga”
Heni:”Ya ini kesempatan akang ngewujudinnya, tapi gpp kan, memek neng tadi udah lebih dulu dimasukin kontolnya si aa”
Saeful:”Gpp, justru akang makin bergairah dengernya.

Heni:”Tuch gpp, santai aza aa, sana mandi dulu biar seger dan bersih”
Saeful:”Ia Pak Dendi mandi dulu aza” ucap Saeful. Saya pun menganggukan kepala dan segera pergi ke kamar mandi.
Saya pun segara mengguyur badan saya dengan air. Terasa begitu segar. Setelah mandi saya pun segera keluar dari kamar.
Saat keluar dari kamar mandi saya pun terkejut, kulihat Heni sudah nyaris telanjang, hanya memakai pakaian dalam saja dan sedang ditindih suaminya yang tinggal memakai celana dalam juga sambil berciuman, mendengar pintu kamar mandi di buka mereka pun reflek melihat saya.

Heni:”Eh si aa, teteh mulai duluan ya aa, suami teteh sange dengar teteh tadi diperkosa aa di depan anak teteh” ucap Heni.
Saya pun hanya menaggukan kepala. Kulihat Saeful cuek saja dan segera menjilat kuping istrinya. Sementara saya segera mengambil pakaian saya yang tadi saya beli, tapi kemuadian saya urungkan, saya hanya mengambil cdnya saja dan memakainya. Saya pun mengambil kursi di depan meja rias dan segera mendekat ke ranjang sekitar 2 meter saja jaraknya. Saya menonton sepasang suami istri sedang bergumul di mana si istri sebelumnya sudah saya tidurin beberapa jam yang lalu.

Ku lihat Saeful sambil menindih tubuh istrinya, lidahnya terus menjilati belakang telinga istrinya dan kemudian turun ke leher istrinya, sepertinya dia sangat bergairah sekali. Kemudian Saeful semakin turun ke bawah dan kini mulai menjilati tetek istrinya di mana terdapat beberapa cupangan bekas saya.
Saeful:”Banyak bekas cupangan di nenen kamu mah?
Heni:”Ia, susu neng tadi dicupangin si aa akang, aaaah, isep pentilnya kang, enak” ucap Heni sambil menggeliat. Sudut mata Heni tampak melihat ke arah saya. Saya pun tersenyum dan mengacungkan jempol saya, sementara tangan satunya mulai mengelus-elus selangkangan saya sendiri.

Tampak tangan Heni masuk ke dalam celana dalam suaminya dan mengeluarkan kontol suaminya yang tampak sudah menegang, besarnya mungkin tak jau beda dengan punya saya hanya tampak lebih pendek dan warnanya sangat hitam padahal kulit Saeful tidak hitam-hitam amat.

Tangan Heni mulai mengocok-ngocok kontol suaminya. Sementara Saeful tetap focus menjilati tetek dan puting susu istrinya. Tampak puting susu Heni sudah sangat mengacung membuat Saeful makin bersemangat menghisapnya.
Heni:”Aaaa, ayo gabung, biar kalian berdua aku tetein”
Saeful:”ayo Pak Dendi kita keroyok ini pelacur”
Heni:”Aaaakang mamah bukan pelacur”
Saeful:”Kamu sudah jadi pelacur, pakai gak ngaku, papah gak nyangka istri papah bakal jadi pelacur” ucap Saeful yang lalu bangkit dan mengarahkan kontolnya ke mulut Heni.

Heni pun segera membuka mulutnya dan menyambut kontol Saeful. Saya pun segera berdiri dan melepas celana dalam saya hingga telanjang bulat.
Dari bawah kasur saya pun bersimpuh di samping Heni dan segera kepala saya terbenam di teteknya yang sekarang nganggur. Mulut saya pun segera mencaplok tetek Heni. Puting susunya yang mengacung pun segera saya hisap.

Heni:’Eggggh uuuuh” dia merintih tapi mulutnya tertahan kontol suaminya.
Saeful kemudian mencabut kontolnya dan melumat bibir istrinya. Kemudian dia turun dan berada di samping paha Heni.
Saeful:”Papah copot cangcut kamu ya mah” ucap Saeful dan tanpa menunggu jawaban dari istrinya Saeful menarik celana dalam hitam Heni hingga lepas melalui kedua kakinya dan melemparkan begitu saja ke lantai.

Saeful kemudian berpindah ke tengah-tengah selangkangan Heni. Sementara saya sekarang naik juga ke ranjang dan telungkup di samping Heni. Saya kembali melumat payudara Heni. Dengan sudut mata, saya melihat Saeful sedang menggesek-gesekan kontolnya di memek istrinya.
Heni:”Aaagh, asupkeun (masukan) kontolna kang, Heni udah gak kuat aaaah, sange pisan (banget)”
Ku lihat Saeful perlahan mendorong kontolnya memasuki memek istrinya.
Heni:”Aaaah, beubeuskeun(Jejalin) kanjutnya kang ka momok neng uuuuuhh”

Tampak Saeful mulai memaju mundurkan kontolnya, badan Heni pun menjadi tersentak.
Heni:”Aaah, enak kang, uuuh isep yang kuat aa, kang ewe yang kenceng momok Heni uuuh” Plook…plooook…plooook
Badan Heni beberapa kali terdorong karena Saeful sangat semangat sekali menggenjot istrinya, hal tersebut membuat beberapa kali susu Heni terlepas dari caplokan saya.

Ranjang pun berderit kencang. Sekilas aku mendengar pintu kamar seperti ada yang buka. Heni dan Saeful tampak tidak mengetahuinya, sementara saya dapat mengetahui seseorang sedang mengintip kami. Sekilas posturnya mirip Fani sehingga membuat saya yakin Fani yang sedang mengintip.

Saya pun berbisik di telinga Heni.
Saya:”Teh, kayaknya Fani sedang ngintip di pintu”
Heni pun tampak melirik kearah pintu sebentar tapi sepertinya dia tidak peduli, dia kembali mengerang-ngerang.
Heni:”aaaah, enak kontol akang, uuuh genjot yang kenceng kang” ucapnya dan tiba-tiba menarik kepala saya dan melumat bibir saya. Saya sedikit lifeel karena mulut Heni habis menghisap kontol suaminya.

Tapi Heni terus melumat bibir saya, lkami pun saling bertukar lidah dan tangan saya sambil meremas-remas susunya Heni.
Sementara tangan Heni berusaha menggapai kontol saya, dan setelah dapat Heni pun segera mengocok kontol saya.
Heni:”Mmmmmpz hhhehh”
Saeful:”Aaaggggh uuuhhh”

Tampak Saeful semakin cepat memaju mundurkan kontolnya, keringat bercucuran dari badannya. Saya pun berpindah dengan duduk di belakang kepala Heni, sengaja agar saya bisa melihat juga kearah pintu. Benar saja tampak kepala Fani sedikit terlihat dari sela-sela pintu.

Sementara Heni berpegangan ke kedua lengan saya sambil digenjot suaminya. Saeful pun kini mendekap badan Heni sambil menyetubuhinya, mulutnya melumat bibir istrinya.
Heni:”Aaah enak banget aa, tolong aa teteh diewe suami teteh uuugh kasar banget”
Saeful:”Pelacur kayak kamu harus dikasarin” Ucap Saeful sambil menarik badan Hani hingga berposisi miring, sambil meremas-remas pantat Heni, Saeful pun menggenjot Heni seperti kesetanan.

Heni:”Aaagh akang, neng gak kuat, mamah gak kuat Pah uuuhhhhg” Heni tampak mengejang lebih dulu pertanda orgasme, tangannya masih memegangi siku saya.
Tak lama Saeful pun mengerang sambil membenamkan kontolnya dalam-dalam ke memek istrinya dan mendekap Heni dengan erat.
Saeful:”Aaaah mah, papah keluar,uuughhhhh”
Terdengarnafas mereka berdua ngos-ngosan. Saya seperti jadi penonton.
Suami Heni tak lama berguling ke samping dan terlentang dan Saeful lalu miring kembali dan memeluk istrinya yg kini terlentang.

Heni:”Kuat banget akang malam ini? Minum obat kuat ya?
Saeful:”enggak” jawabnya singkat.
Heni:”Tapi koq beda dari biasanya? Tanya Heni .
Sementara saya pun pindah duduk kembali di kursi, kontol saya lemas kembali karena dicuekin Heni.
Saeful:”Ia kah? Kembali jawaban pendek dari Saeful, mungkin dia masih capek.

Saya coba menoleh ke pintu, tapi Fani sepertinya sudah pergi, tapi pintu tidak tertutup rapat.
Heni:”Aneh, akang lebih gagah dari biasanya, tuh pejunya juga banyak banget nich sambil luber dari momok neng” ucap Heni yang bangkit dan sambil memperlihatkan memeknya ke saya dan suaminya.
Saeful tampak melihat sebentar tapi tak berkomentar.
Heni:”akang yang kedua kontolnya bucat di memek neng, tadi aa Dendi juga bucat di momok neng”

Saeful tampak sedikit terperanjat.
Saeful:”Tapi kamu minum obat anti hamil kan mah?
Heni:”Tenang aza kang, sebelum berangkat mamah udah minum obat anti hamil koq, mamah sudah jaga-jaga kalau-kalau di jalan bakal dientot aa Dendi hehe” Ucap Heni sambil tertawa dan melihat ke saya.
Saeful kali ini membalik badannya dan terlentang, kontol hitammnya tampak lemas dan mengkilap.
Saeful:”Kasihan Pak Dendi mah, kamu masih kuat layanin dia”
Heni:”Kalau mamah kuat aza pah, tinggal ngangkang aza, terus aa Dendi nusukin kontolnya ke momok mamah, ya udah ewean dech, hihii” ucap Heni sambil tertawa cekikikan.

Heni kemudian menoleh kepada saya.
Heni:”Aa mau maen sekarang?
Saya:”santai saja teh, kamu istirahat dulu”
Heni:”Ia, momok aku juga masih belepotan peju, pasti becek kalau dientot sekarang” Ucap Heni sambil memegang kembali kontol suaminya.

Heni:”akang kuat banget, lama banget tadi ngentotin neng, apa akang nafsu denger neng tadi dientot aa Dendi di ruangan karaoke di depang Fani anak kita, ya pasti itu ya?
Saeful:”Ia akang sange dengernya, terus ngentotin kamu di depan Pak Dendi bikin papah lebih bergairah mah”
Heni:”Berarti kita harus sering-sering undang aa Dendi ke sini Pah, dia bukan siapa-siapa lagi, parther bisnis kita, bisa juga menantu hehe”
Saeful:”Menantu”
Heni:”Ya, kalau dia nikahin Fani kan jadi menantu”
Saeful:”Bisa aza”

Saya pun agak kaget dengan ucapan Heni yang sepertinya sengaja menyindir saya.
Heni:”Aa, teteh ke kamar mandi dulu ya, kang, mamah mau nyuci momok dulu ya, kasihan aa Dendi kalau momok mamah basah sama peju akang”
Saeful:”Ya udah sana” Ucap Saeful sambil menepuk pantat besar istrinya yang sudah berdiri hendak turun dari ranjang.

Heni hanya tersenyum lalu berjalan menuju kamar mandi meninggalkan kami. Saya merasa gak nyaman dan memakai celana dalam saya lagi. Sementara Saeful saya lihat berdiri dan berjalan keluar kamar dengan telanjang bulat.
Tak lama dia kembali membawa sebuah kursi kayu dan mentutup pintu rapat-rapat.
Dia pun menaruh kursi duduk di sebelah saya. Ku lihat dia sudah memegang sebungkus rokok.

Saeful:”Ngerokok pak?
Saya:”Enggak usah pak, saya gak ngerokok”
Saeful:”Maaf ya, Pak Dendi jadi gantung, belum bisa ngentotin istri saya, tadi saya nafsu banget” ucapnya santai dan akrab.
Saya:”Ia gpp” saya pun menjawab agak sedikit grogi, tentu saja harusnya memang gpp, toh dia istrinya.

Saeful:”Pak Dendi gpp kan saya panggil bapak, pak Dendi lebih muda dari saya”
Saya:”Gimana bapak saja dech”
Saeful:”saya panggil aa saja ya, biar sama kayak istri saya”
Saya:”Terserah Pak Saeful saja”
Tampak Saeful sudah mulai menghisap rokoknya dalam-dalam.

Saeful:”Lama amat si mamah nich, ngapain aza di kamar mandi…?
Saya:”Mungkin sekalian mandi Pak” ucap saya karena terdengar guyuran air dari tadi.
Saeful:”Gimana momok bini saya masih enak kan pak, gak kalah sama punya istri bapak di rumah” ucap Saeful dengan enteng, membuat saya sedikit kikuk tentu saja.

Saya:”Mantap Pak, apalagi teh Heni semok banget”
Saeful:”Syukur dech, mudah2an kita juga langgeng jadi rekan bisnis”
Saya:”Oh pasti itu pak”
Tak lama kudengar pintu kamar mandi dibuka, kami berdua spontan melihat kebelakang dan Heni keluar dalam kondisi basah dan telanjang bulat.

Saeful:”Kamu mandi mah?
Heni:”Ia Pah, tadinya Cuma mau nyuci momok aza, tapi tanggung sekalian mandi eh lupa bawa handuk” ucap Heni sambil menuju ke meja rias dan mengambil handuk dari gantungan.
Heni pun segera mengelap badannya dengan handuk. Saya masih memperhatikan Heni sementara Saeful sudah kembali ke posisi semula sambil menghisap rokonya.

Heni:”akang, ngaroko na di luar atuh, jangan di dalem kamar, kasihan si aa, kan gak ngerokok ke bauan”
Saya:”Gpp koq teh” ucap saya merasa tidak enak hati dengan Saeful.
Heni:”Ya udah kalau gpp, biar ada teman ngobrol, eh aa, ambilin cangcut teteh dong” ucap Heni sambil menunjuk celana dalamnya yang tergolek di lantai dekat ranjang.
Saeful:”Pakai cangcut lagi segala kamu mah, kan mau ewean lagi kamu sama si aa Dendi”

Heni:”Istirahat dulu lah pah, ambilkan ya a, sekalian kutangnya”
Saya pun mengambilkan celana dalam dan bh Heni dan memberikan padanya.
Heni:”Makasih aa, bentar tunggu, kaitkan dulu kait kutang teteh dong” ucapnya sambil memakai bh dan meminta saya yang memasangkan kait bhnya.

Saya pun mengaikan bh Heni, setelah itu Heni yang membelakangi saya, saya tampar pantat semoknya.
Heni:”aaaw, Papah Saeful, pantat mamah ini ditepok aa Dendi, nakal banget, kan aku istri orang”
Saeful:”wajar aza, kan kamu pelacur, biasa dicolek-colek”
Heni:”Papah jahat banget, mamah dibilang pelacur”
Saya hanya tertawa cengengesan dan duduk kembali di samping Saeful.

Heni:”Mau aku bikini kopi?
Saya:”Boleh teh”
Heni pun hendak keluar dari dalam kamar.
Saeful:”Mah, kamu mau bikin kopi bubulucunan kitu?
Heni:”Gpp kang, papah, gak bakal ada yang liat, kalau ada tamu yang liat paling aku diperkosa hihi” Ucap Heni yang lalu keluar dari dalam kamar dengan hanya berbalut pakaian dalam.

Saeful:”Saya ambilkan meja dulu aa” ucapnya sambil memakai bajunya sebentar dan langsung ngeloyor keluar kamar.
Sepeninggal Saeful saya pun memindahkan kursi, kali ini membelakangi ranjang tepat di bibir ranjang.
Tak lama Saeful pun datang kembali sambil membawa sebuah meja kayu berukuran sedang dan menaruhnya di depan kursi. Dia pun duduk kembali di samping saya. Terlihat dia melihat jam ditangannya.

Saeful:”Udah jam sebelas malem ternyata” saya pun cukup terkejut, bakalan gak masuk kerja lagi ini.
Saya pun hendak memakai celana dalam saya lagi, karena gak nyaman telanjang sendiri.
Saeful:”Udah gak usah di pakai Aa, bentar lagi aa kan mau main sama istri saya”
Saya pun mengurungkan niatan saya.

Tak lama Heni pun datang membawa nampan berisi kopi 2 gelas dan menaruhnya di atas meja.
Saeful:”Udah jam mah, jadi bagusnya sekarang aza kamu ewean sama si aa Dendinya ntar kemaleman”
Heni yang masih berdiri pun menatap saya.
Heni:”Ia aa, udah malem banget, aa besok kerja kan, atau aa jangan kerja aza, izin aza ya?
Saya:”Ia, kayaknya aku izin besok”

Heni :”Ya udah, bagus kalau gitu, eh kursinya Cuma dua” ucapnya lalu tiba-tiba duduk di pangkuan saya.
Saya pun masih merasa tidak enak sama Saeful, dan sejenak saya melihat ke Saeful.
Saeful:”Santai aza aa, walau dia istri saya tapi dia juga pelacur, jadi perlakukan sebagai pelacur saja”
Heni:”Ih, si akang nyebat mamah, pelacur deui, pelacur deu, tapi da bener sich hihi” ucap Heni yang langsung memagut bibir saya.

Saya pun tak sungkan lagi saya lumat bibir Heni dan saya remas-remas bokongnya.
Beberapa saat lamanya kami berciuman lalu Heni melepaskan pagutannya dan mengambil kopi.
Heni:”Minum kopinya aa, ati-ati kalau kepanasan”
Saya pun segera menyeruput kopi secara pelan-pelan. Saya lihat Saeful pun melakukan hal yang sama, dia sedang meminum kopinya menggunakan tangan kanan dan tangan kirinya masuk ke dalam celana kolornya. Dia tampak serius memperhatikan kami.

Heni pun sepertinya melihat yang dilakukan suaminya.
Heni:”akang, kontolna celegeung deui nya, sangenya liat Heni dipangku sama si aa”
Saeful hanya tersenyum dan tak menjawab pertanyaan dari Heni.
Heni kini merubah posisinya menjadi miring dan tidak lagi membelakangi saya dan tetap duduk di pangkuan saya.

Heni:”Minum kopinya sama susu a..” ucapnya yang lalu mengeluarkan susu kanannya dari dalam bh.
Saya:”Ia teh, pasti enak, ucap saya sambil menyeruput kembali kopi yang ada di tangan kiri Heni. Heni kemudian menaruh kopi balik ke meja.
Saya:”Saatnya minum susunya, Pak Saeful izin ya” ucap saya dan lalu saya menghisap puting susu Heni yang mulai mengembang. Saya tak ada asinya.

Saya:”slruuuuup…puuuup..puuup” saya pun mengenyot pentil susunya Heni.
Heni:”aaakh enak euy, sedot pentil susu aku a, uugh si papah pasti mupeng liat pentil mamah diisep aa Dendi” ucap Heni sambil melihat ke Saeful sejenak.
Sambil menghisap pentilnya Heni tangan saya tak henti-hentinya meremasi pantat besar Heni.

Heni:”Aaaakh Pah, mamah dilecehkan ini, susunya mamah diisep sama Aa Dendi terus bool mamah diremes-remes sama dia”
Saeful:”Kamu kan pelacur mah, jadi pantes digituin”
Heni:”Hehe ia kang”
Kini saya sendiri yang mengeluarkan susu Heni yang satunya lagi, tampak susu Heni penuh dengan warna merah bekas cupangan saya sebelumnya dan mungkin juga tadi ditambahin sama Saeful.
Saya pun segera berpindah mencaplok susu Heni yang satunya. Heni pun kembali mengerang dan sekarang tangannya yang memegang tengkuk saya menarik kepala saya dan kami pun saling berciuman.

Heni:”Aa, teteh gak kuat ih, sange pengen ewean, yuk pindah ke kasur” Saya pun tak menjawab tapi segera membopong Heni dan membawanya ke ranjang. Saya lalu merebahkan Heni di atas kasur. Sementara Saeful saya lihat memindahkan kursi dan menggeser meja, kini dia menghadap ke ranjang.
Saya dan Heni segera saling menindih dan berciuman, Heni kini yang ada di atas saya, cukup berat karena bodynya besar.
Saya dan Heni saling berciuman dan bertukar ludah serta lidah kami saling membelit.

Tiba-tiba terdengar suara Saeful.
Saeful:”Masuk neng, dari pada ngintip di pintu, khusus hari ini papah bolehin kamu nonton dari dekat mamahmu ewean, tapi bukan dengan papah, tapi si Aa Dendi”
Kami pun kaget dan menoleh ke pintu, tampak Fani yang hanya mengenakan baju tidur berjalan pelan.
Heni:”Si neng ini untung si akang gak liat” Ucap Heni mengomentari kedatangan Fani dan cara berjalannya yang terlihat terpincang-pincan, untung Saeful sedang melihat kami.

Saeful:”Duduk sini neng, kita nonton bokep live, bukan bola aza sekarang yang bisa ditonton live” ucap Saeful sambil memberikan kursi yang tadi saya duduki ke Fani.
Saya lihat Fani segera duduk di samping kursi ayahnya sambil terlihat sedikit malu-malu.

Heni:”Ayo a, kita teruskan” ucapnya tapi Heni malah bangun, lalu dia melepas kutangnya dan melemparkan ke pangkuan suaminya, yang langsung di tangkap oleh Saeful.
Heni kini berjongkok di samping selangkangan saya. Tangannya mulai meraba kontol saya dan mengurut-urutnya.
Heni:”Neng Fani, liat nich, mamah mau ngajarin kamu memberi tits fuck, jadi kontol si Om Dendi bakal mama jepit pakai susu mamah” ucap Heni sambil memegang kedua susunya.

Heni segera menempatkan kontol saya di antara kedua susunya. Dia pun mulai melakukan jepitan dan bergerak naik turun.
Saya:”Aaah enak banget teh, empuk uuuh” ucap saya, sambil melihat Fani dan Saeful yang serius memperhatikan aksi bejat Heni ibu dan istrinya.
Saeful:”Mamah kamu pinter banget neng, cocok sebagai pelacur”
Fani:”ia Pah, mamah sexy banget” jawaban Fani tidak nyambung, tapi mungkin lebih melihat dengan sudut pandang lain.

Kontol saya pun semakin mengeras.
Heni:”Liat neng, Pah, kontol si Aa makin keras mamah jepit pake toked, apalagi nanti dijepit pakai momok mamah, bisa moncrot hahaha”
Heni pun terus saja naik turun, rasanya memang nikmat.
Saya:”Aaakh udah teh, bisa keluar saya”
Heni:”Yah, payah si aa, ya udah kontolnya teteh jepit pakai momok aza ya” Ucap Heni yang lalu berdiri dan menempatkan diri di antara kedua paha saya.

Heni pun kemudian melepaskan celana dalamnya dan melemparkan kembali ke Saeful .
Heni:”Pegang cangcut mamah Pah, neng sekarang mamah mau ajarin kamu gimana ewean dan bikin puas lelaki”
Saeful tampak menangkap celana dalam istrinya dan di simpan di meja bersama bhnya juga.
Sementara Heni segera berjongkok tepat di atas kontol saya. Dia pun memegang kontol saya dan mulai menggesekan pelan di bibir memeknya.
Heni:”Geli gak, kanjutnya aku gesekin di baok aku aa”
Saya:”Hehe geli teh, baok teteh juga makin lebat”

Heni:”Siap-siap a, kontolna aku bebeuskeun ke momok aku” ucap Heni yang perlahan menurunkan pantatnya dan kontol saya yang tepat ada di depan memeknya pun mulai tertelan.
Heni:”eeeeughhh, masuk kang, kontol si aa ke memek mamah uuuug” ucap Heni sambil terus menekan.
Kini semua kontol saya sudah berada di dalam memek Heni. Heni pun segera saja naik turun.
Sementara tangan saya menggapai susu Heni dan meremas-remasnya.
Heni:”aaaah enak banget, penuh , panjang kontolna si aa Pah”
Plook..ploook…plook benturan pantat Heni dan paha saya terdengar nyaring.

Saya lihat Fani dan ayahnya begitu seriut melihat saya ngentot dengan Heni.
Saya:”Enak teh, biar udah punya dua anak, memek teteh masih enak”
Heni:”Gak kalah kan sama momok Fani, momok aku masih nikmat” ucap Heni sepertinya keceplosan.
Saya pun menoleh ke Fani dan Saeful, sepertinya Saeful tidak paham maksud Heni jadi terlihat biasa saja.

Tangan saya pun kini berpindah memegang pantat besar Heni dan saya membantu menaik turunkan pantatnya.
Heni:”Aaaah, enak banget aa, uuuh neng, Pah, enak banget aaaaah aa, kita zinah sambil diliatin anak aku dan suami aku”
Bles..bles..bles.. kontol saya terasa dipijat di dalam memek Heni, harus kuakui di sini Heni punya kelebihan mirip dengan Dewi, memeknya bisa memijat kontol.

Sesekali kutampar pantat semoknya Heni.
Heni:”Awwww, neng pantat mamah ditampar aa Dendi uuuuhh, jero banget kontolna aa Dendi masuk ke momok mamah neng uuuggghghhhh”
Saya pun kini mengimbangi gerakan Heni dengan menyodokan kontol saya dari bawah lebih dalam.
Heni:”Aaah, kontolna nusuk sampai rahim kang Saef aaaaggghh”
Suara deritan ranjang terdengar makin keras di malam yang sebearnya tidak sunyi juga karena dari kejauan terdengar suara music.

Heni:”aaagh Heni gak kuat aa, gentian aaagh”ucap Heni meminta gentian, badannya lalu terlungkup di atas badan saya.
Memeknya terasa lembab dan lengket.
Saya pun segera membalik badan Heni agar dia berada di bawah, dan kini sekrang saya yang menindih dia. Tanpa melepas kontol saya dari dalam memeknya.
Setelah Heni berada di bawah, saya pun mulai menggenjot memek Heni. Saya lebih tahan lama dari sebelumnya, karena ini yang ketiga kali saya bersetubuh.

Saya pun kini duduk dengan kedua kaki Heni saya taruh di pundak saya. Saya pun kembali menggenjot memeknya Heni.
Ploook…plooook…plooook
Saya:”Teh, memeknya enak banget aaaaah”
Heni:”Kontol aa juga nikmat gede, panjang uuuh” ucap Heni.
Plook..plooook…plooook saya pun menyodokan kontol saya dengan keras dan membuat Heni beberapa kali terdorong kebelakang.
Rambut Heni semakin acak-acakan begitu juga badan kami mulai mandi keringat.

Heni:”Aaah kencengin aa, entot yang kenceng, teteh mau dapet lagi aaaaaah”
Saya pun mempercepat sodokan kontol saya.
Heni:”aaah, ampun enak banget digagahi di depana anak dan suami aaaah, perkosa aaah..perkosa”
Kini saya pun mendekap Heni. Mulut saya menjilati kuping belakang Heni dan bergerak ke leher sambil memberi beberapa cupangan.

Heni:”Aaagh ampun,aduh ini kayak apa, aku dizinahi di tonton anak dan suami aku uuuuh aa, kamu kayak rampok memperkosa teteh depan suami dan anak aaa tapi nikmat”
Ucap Heni mulai meracau, memeknya terasa makin basah.
Saya pun semakin mempercepat sodokan kontol saya.
Ploook..plooook..plooook…
Heni:”aaah, ampun, neng tolong, mamah diperkosa perampok aaagh, papah tolong mamah jangan bengong aza, mamah diperkosa ini, aduh kontolna si aa nusukna dalem banget ke momok mamah pah toloooong…” Heni pun mengejang dan memeluk saya, sepertinya dia dapat lagi.

Saya pun merasa sprema saya sudah mulai mendesak keluar. Kini saya genjot Heni secara membabi buta, ploook…plooook…ploooook…
Heni:”aaaah ampuuuuun, zinah aaah ngeunah” Heni pun menjerit-jerit, saya semakin semangat dan terangsang, genjotan saya semakin cepat, lalu saya hujamkan kontol saya dalam-dalam dan sperma saya pun tak tertahan lagi .crooot…croooot…croooot

Heni:”aaaah, Pah, neng, si aa bucat di momok mamah aaaaghggg ampun hamil ini mah” Ucap Heni yang juga kemudian mengejang lagi dan mendekap saya. Mulutnya segera memagut bibir saya dan kami berciuman disaksikan suami dan anaknya.
Kami terdiam beberapa saat di mana alat kelamin kamu masih bersatu. Nafas kami berdua pun ngos-ngosan.

Heni:”aaagh gancet ini hihi”
Saya:”Hehe..saya puas banget teh, baru kali ini saya ngewe perempuan depan anak dan suaminya” ucap saya sambil berbisik di telinga Heni, saya pun berguling ke samping Heni.
Heni tampak mengangkang, tangan Heni pun mengobel memeknya sendiri lalu menunjukan peju saya yang sedikit meleleh.
Heni:”Masih banyak aza peju aa biar ini yang ketiga kali, bisa hamil mamah nich Fan”

Fani:”Mamah gak kb?
Heni:”Nggak, Tanya papah mu aza”
Fani ku lihat sedikit panic dan menoleh ke bapaknya yang ternyata sudah telanjang bulat sambil memegangi kontol hitamnya yang sudah mengacung kembali.
Saeful:”mamah kamu gak kb neng, mungkin kamu nanti bakal punya adik lagi,soalnya Om Dendi buang pejunya di momok mamah kamu juga sama kayak papah, jadi nanti gak tahu anak papah atau anak Dendi”
Fani terlihat bengong mendengar omongan ayahnya yang sebenarnya bercanda.

Fani:”Koq papah biarin Om Dendi buang pejunya di memeknya si mamah?
Saeful:”Karena mamahmu lebih senang disemprot di dalem momok, ia kan mah?
Heni:”Ia Pah bener banget, anget kalau di bucatin di momok, bikin mamah keluar juga pas disemprot”
Fani:”Terus kalau mamah hamil gimana?
Heni:”Ya kalau hamil ya melendung neng perut mamah hihi, makanya kamu jangan ngikut-ngikut mamah pengen ngewe segala giliran melendung mewek kamu”
Fani nampak terlihat bingung.

Saeful:”Biarin aza neng kalau mamahmu hamil, mamahmu pelacur bisa bunting sama siapa saja” ucap Saeful sambil berdiri.
Fani masih tampak bengong.
Saya yang melihat Saeful berdiri langsung paham, saya pun segera turun dari ranjang.
Saya:”Silahkan kang” ucap saya mengikuti Heni yang kadang memanggil suaminya akang walaupun kadang-kadang papah.

Heni:”Tapi momok mamah masih belepotan peju aa Dendi pah” ucap Heni yang menyadari bahwa Saeful akan mengentotin dia lagi.
Saeful:”Biar aza, papah udah sange dari tadi liat mamah disetubuhi Dendi” ucap Saeful yang segera naik ke ranjang.

Saya kini duduk di samping Fani, saya masih telanjang bulat dan kontol saya menggantung lemas. Fani beberapa kali mencuri pandang tapi kemudian melihat kembali ke ranjang.
Tampak Ayah Fani sudah berada di antara selangkangan istrinya, tanpa jijik dia mengobel memek istrinya yang ada sprema saya di dalamnya.
Heni:”aaaakh akang uuuuh”
Saeful:”Papah asupkeun ya mah kontolna papah”
Heni:”Ia Pah, beubeuskeun nu jero(tancapkan yang dalam)”

Saeful pun memposisikan kontolnya yang sudah mengeras tepat di lubang memek istrinya.
Perlahan Saeful mulai mendorongnya, centi demi centi kontolnya mulai tertelan memek istrinya hingga akhirnyaa habis tertelan semua.
Saeful pun mulai memaju mundurkan kontolnya sambil meremasi kedua susu istrinya.
Heni:”Aaah Pah,becek ya momok aku uuuuhhh”
Saeful:”Tapi enak mah aaagh”

Cploook..cploook..cploook bunyi yang terdengar dari memek Heni yang sedang diisi kontol suaminya.
Saya melirik ke Fani, nampak dia serius melihat adegan ranjang mamanya dan papahnya. Fani terlihat cantik, dia menyangga dagunya menggunakan tangan kanan yang sikunya bertumpu di pahanya. Daster Fani yang berwarna putih cukup pendek, pahanya terlihat kuning mulus.
Fani pun memergoki saya sedang melihat dirinya, dia pun tersenyum lalu kembali melihat ke ranjang, saya pun tidak berani macam-macam takut ketahuan ayahnya.

Di atas ranjang saya lihat Saeful semakin brutal menggenjot istrinya.
Saeful:”Pelacur, rasakan ini kontolku”
Heni:”aaakh Pah enak uuugh ampun kentot gak kuat”
Saeful:”Barengan mah uuuhgh aaah keluar” ucap saeful yang tampak mengejang demikian juga Heni. Mereka berdua lalu berpelukan dan saling berciuman.
Tak lama Saeful pun berguling ke samping istrinya.

Heni:” tiga kali mamah disemprotin peju hari ini” ucapnya sambil mengobel-ngobel memeknya.
Saeful:”Tumben papah juga nambah, mungkin sange liat mamah digagahi Dendi di depan papah”
Heni:”Biasa itu pah, istilahnya cuckold”
Saeful:”Apa tuch?
Heni:”Ya kayak seneng gitu liatin istrinya diewe orang gitu”
Saeful:”Oo… gitu ya”
Heni tampak berdiri an turun dari ranjang.

Saya:”Mau mandi teh?
Heni:”Nggak ah, bolak-balik mandi terus, mau pipis, mau ikut?
Saya:”Nggak, duluan aza”
Heni:”Neng, udah, balik ke kamar, pejantan-pejantan juga perlu istirahat, gak ada ewean lagi”
Fani pun tersipu lalu berjalan pelan meninggalkan kamar.
Heni:”Hati-hati jalannya neng” Heni mengingatkan anaknya takut ayahnya nanti curiga.

Sepeninggal Fani, Heni pun segera masuk ke dalam kamar mandi.
Semntara saya lihat Saeful malah sudah ngorok. Segera saya pun ke kamar mandi karena pengen kencing juga. Ternyata tidak di kunci dan segera saya masuk. Ternyata Heni lagi jongkok, dan pas saya datang cuuuur..air kencing keluar dari memeknya yang membuka lebar.

Heni:”Ah, bikin kaget aza si aa, ngeliatin mulu lagi orang lagi kencing” ucap Heni yang kemudian cebok.
Saya:”Kebelet pengen kencing” ucap saya yang segera membuka closet dan saya pun kencing.
Heni:”Aa mau mandi?
Saya:”Udah tadi, males mandi lagi”
Heni:”Ya udah kita tidur, badan aku juga pegel-pegel semua”
Saya:”Aku tidur di mana?
Heni:”Ya bertiga, aku di tengah, tenang aza muat koq”

Kami pun keluar dari kamar mandi. Heni kulihat memakai pakaian dalamnya lagi lalu naik ke ranjang. Saya pun memakai cd saya tanpa baju.
Heni memberi kode ke saya agar naik dan rebahan di sampingnya. Saya pun segera naik dan rebah di samping Heni. Heni pun segera memasukan tangan kirinya ke dalam cd saya dan memegang kontol saya dan tangan kanannya memegang kontol suaminya. Saya pun menarik selimut untuk menutupi tubuh kami bertiga. Karena kelelahan kami pun dengan cepat tertidur.

Saya pun terbangun dan tinggal saya berdua Heni yang masih di tempat tidur, Heni kini posisinya miring sambil memeluk saya. Saya tidak tahu sekrang sudah jam berapa. Heni masih terlelap tidur, tidak enak mau membangunkan dia, yang mengherankan Saeful entah sudah pergi ke mana. Saya pun diam beberapa saat sambil saya remas-remas susu Heni dari balik bhnya. Tiba-tiba Heni berbicara, padahal matanya masih terpejam.

Heni:”Di lepas aza kutangnya teteh a” ucap Heni. Tangan saya pun segera bergerak ke punggung Heni dan melepas kait bhnya. Segera saya tarik bh Heni hingga terlepas. Segera saya dorong Heni hingga terlentang. Heni masih terpenjam. Segera saya menciumi teteknya Heni dan kemudian pentilnya saya isep. Perlahan pentil susunya Heni pun mulai mengeras. Tangan saya pun bergerak mengelus-elus memeknya Heni dari balik celana dalamnya.

Heni:”Uggggh, mainin itilnya teteh a,uuh, lepas aza cangcut akunya a”
Saya pun bangkit sejenak dan menurunkan celana dalam Heni dan saya tarik hingga lepas.
Saya pun melepas cd saya sendiri dan saya taruh di tepi ranjang. Heni kulihat masih saja memejamkan matanya. Kini saya lebarkan kedua paha Heni dan saya pun segra berada di tengah-tengahnya. Saya buka memeknya Heni dengan kedua tangan saya, perlahan saya elus itilnya dan saya gosok-gosok.
Heni:”Enak aa, uuuuh mainin itil teteh uuuuuh” ucap Heni tapi dengan mata masih terpejam. Saya tempelkan kontol saya yang mulai mengeras apalagi kalau pagi memang selalu keras di depan lubang memek Heni.

Perlahan saya dorong kontol saya hingga mulai memasuki memeknya Heni.
Heni:”Aaah tusuk yang dalem a, beubeuskeun kontolna aa uuuuh”
Sekarang semua kontol saya pun sudah tertelan oleh memeknya Heni. Saya pun mulai mengayuh dan maju mundur.
Heni:”aaaaah, entot momok aku aaaaa,enak aaah”
Ploook…ploook…ploook bunyi benturan paha saya dan pantat Heni terdengar nyaring. Ranjang pun bergoyang-goyang.

Semakin lama semakin terasa memek Heni makin basah dan lengket. Saya pun mempercepat sodokan saya.
Heni:”ia aaa cepetin sodok yang dalem, ah, kontolnya enak panjang uuuh”
Saya pun semakin mempercepat sodokan saya. Heni kini membuka matanya dan tersenyum.
Heni:”Pagi-pagi teteh udah diewe aza, mentang-mentang suami teteh entah kemana”
Saya:”Abis ada cewek montok gini, mana bisa saya anggurin” ucap saya sambil mendekap Heni.

Mulut kami kini saling melumat.
Heni:”aaaaaghh enak sayang, entot yang dalem aaah aku gak kuat”
Saya:”Barengan teteh uuggh” ploook..plook…ploook saya pun semakin cepat menyodokan kontol saya.
Tak lama saya pun tak sanggup menahannya lagi, saya merasakan sperma saya keluar walau tak banyak.
Crooot..crooot..croot
Heni:”aaaaghh…aaaaghh..aaaagh aa enak banget” Kami pun berciuman cukup lama dan kami biarkan kelamin kami masih bersatu.

Nafas kami pun terdengar memburu.
Heni:”Udah aa, berat juga ternyata badan aa”
Saya pun segera berguling ke samping tubuh Heni.
Heni:”Jam berapa ya a” ucap Heni , kebetulan jam di dinding kamar Heni mati, jadi saya pun tidak tahu jam berapa. Dengan sedikit malas saya pun bangkit mengambil ponsel saya.

Saya:’aduh, udah mau jam delapan teh”
Heni:”Owh, pantes kang Saeful sdh gak ada”
Saya:”Memang kemana dia?
Heni:”Katanya setelah mengantar si kecil dia mau langsung ngurus perijinan karaoke yang di lengkong, katanya masih ada yang belum tuntas”
Saya:”Oh, ya udah saya mau mandi dulu”
Heni:”bareng aza aa” ucap Heni dan langsung berdiri dan turun dari ranjang.

Saya dan Heni pun segera ke kamar mandi dan kami mandi bareng, tidak ada lagi adegan seks karena saya masih capek.
Walaupun Heni coba mengurut-ngurut kontol saya ketika kami mandi. Selesai mandi saya pun segera memakai pakaian saya yang kemaren kecuali atasannya kaos yang saya beli tadi malam.
Heni pun mengajak saya sarapan dulu. Saya pun sarapan dengan Heni, tak nampak Fani, kata Heni masih tidur, mungkin masih kecapean akibat saya perawani tadi malam. Saya pun segera pamit setelah selesai makan khawatir karena istri saya pun tak ada menanyakan kabar saya.

Saya pun segera pulang ke rumah, dan sebelumnya mengirim pesan wa izin ke Pak Hendro bahwa saya ada urusan tidak masuk kerja, juga memberi tahu sekertaris saya si Ida. Saya pun sampai di rumah. Tampak para tukang sudah mulai bekerja lagi, beberapa orang saya lihat mondar-mandir keluar masuk rumah.

Saya pun segera masuk ke dalam rumah dan menuju kamar saya. Tak terlihat Revan, sedang Intan pasti sudah pergi sekolah. Saat masuk ke dalam kamar saya lihat Dewi masih tertidur. Tidak biasanya sepertinya dia kelelahan. Saya pun yang merasa masih lelah segera berebah di samping istri saya, tapi tiba-tiba saya mendengar ponsel istri saya berbunyi. Saya pun tak biasanya, penasaran saya ambil ponsel dia, ada sms masuk, bukan pesan wa, tap isms biasa. Tertulis namanya Julian.

Saya pun membaca isi isms dari si Julian tersebut “Dewi, makasih, kemaren kamu binal banget, saya puas, saya pasti booking kamu lagi” Selesai membacanya langsung hati saya terasa panas dan kepala saya pusing, Dewi pasti sudah menjual dirinya lagi dan tanpa izin saya padahal saya sudah memberika syarat buat dia. Saya pun mencari-cari lagi kalau ada pesan dari Julian, tapi

Cuma itu saja, bahkan di wa pun tidak ada, sepertinya Dewi sudah menghapusnya. Saya pun menaruh kembali ponselnya Dewi ketempat tadi.Saya mengintip dari daster istri saya dan saya turunin sedikit bhnya, tampak ada bekas cupangan di tokednya yang saya yakin bukan perbuatan saya. 100% saya yakin Dewi sudah melacurkan diri. Saya tidak jadi tidur tapi memilih duduk di sofa memperhatikan Dewi yang masih tertidur. Tak Sadar sepertinya saya pun ketiduran karena lelah mendera.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Seks: Bocah Nyusu Plus Ngentot Efni

Mama Gitu Dehh 1 - 5

Tukang Kebun yang Menggarap Memekku