Binalnya Istriku Dewi 43

POV SUAMI


Hari ini saya sengaja tidak mengambil istirahat siang. Saya focus bekerja agar pulang cepat. Jam 4 segera saya meninggalkan kantor. Saya tidak menuju rumah tapi menuju kediaman Heni. Saya pun telah menelepon istri saya sebelumnya.Lebih kurang 40 menitan saya pun tiba di tempat yang saya tuju.Setelah memarkir mobil di tempat biasa saya pun segera berjalan memasuki gang kecil dan sampai di rumah yang merupakan milik Heni. Saya pun membuka pagar sendiri dan masuk ke halaman rumah Heni.

Tampak banyak motor terparkir di dalam. Di teras rumah tampak dua orang laki-laki muda, mungkin masih 25 tahunan sedang duduk dan merokok. Saya cuek saja segera masuk ke dalam rumah, kebetulan pintu terbuka. Tak kulihat Heni di meja recepsionis, tapi wajah yang juga tak asing kulihat di sana. Tampak Fani sedang duduk sambil mainin hp. Memakai kaos lengan pendek warna putih gambar hello kity dan celana rok jeans pendek yang memperlihatkan pahanya yang mulus. Dia tidak menyadari kedatangan saya.

Saya pun segera duduk di kursi yang ada di hadapannya. Fani masih asyik memainkan handphone.
Saya:”Fan, mamahmu ada?
Fani:”Ada om, kalau mau ngamar bisa daftar sama aku” ucap Fani masih tetap cuek. Biar tidak besar, karena kaos yang dipakainya begitu kekecilan, susu Fani terlihat membusung membuat saya menelan ludah. Apalagi dia masih perawan, mungkin belum terjamah.

Saya tidak menjawab pertanyaan Fani, tapi mata saya tertuju kepada payudaranya. Fani sepertinya menyadari apa yang saya lakukan.
Fani pun segera melihat saya dan melotot.
Fani:”Eh si Om Dendi, kirain siapa” ucapnya ramah. Sepertinya dari tadi dia tak menyadari bahwa yang datang saya.

Saya:”Kirain dari tadi udah tahu siapa yang datang… Asyik banget main hpnya”
Fani:”Hehe, lagi chatingan Om sama temen”
Saya:”Oh, sama pacar ya”
Fani:”Sama temen Om, eh tadi Om nyari mamah ya?
Saya:”Ia, tadi pagi sich udah ngasih tahu mau ke sini,tapi tadi pagi belum ngasih tahu jamnya, ada kan mamah kamu”

Fani:”Ada Om, ntar tunggu sini ya” ucap Fani sambil berdiri lalu meninggalkan saya.
Saya lihat keadaan dalam rumah sepi. Biasanya suami Heni ada nonton tv tapi sekarang tak kelihatan. Saya pun duduk menunggu Fani. Tak lama Fani muncul dan duduk kembali di tempat semula.

Fani:”Mamahnya lagi mandi Om, ditunggu aza ya”
Saya:”Ok dech” Ucap saya. Saya lihat Fani kembali asyik memainkan ponselnya. Saya pun beberapa kali mencuri pandang ke tokednya dan paha mulus si Fani, ingin rasa aku remas-remas. Sungguh masih segar ini perawan, ucapku dalam hati.
Fani pun bukan tidak menyadari apa yang mata saya lakukan, dia beberapa kali memergoki saya, tapi dia Cuma tersenyum lalu kembali memainkan ponselnya. Saya semakin leluasa menatap dan menjelajahi bagian tubuh Fani.

Saat sedang asyik memandangi Fani, tiba-tiba saya dikejutkan oleh kedatangan Heni.
Heni:”Eh si AA, malah ngelamun”
Saya pun segera menoleh dan terilhat Heni, memakai celana jeans ketat warna biru dan Jaket warna putih yang tidak diresleting, dibiarkan terbuka, saya lihat dia mengenakan kaos warna ungu yang sepertinya tanpa lengan dengan belahan dada rendah menunjukan susunya yang montok membusung ke depan.

Saya:”Eh, teteh, ngagetin aza, udah selesai mandinya”
Heni tidak segera menjawab tapi segera duduk di samping saya.
Heni:”Udah mandi dong, ini udah wangi dan cantik, aa kenapa ngelamun, ngelihatin apa sich” Tiba-tiba Fani memotong pembicaraan.
Fani:”Si Om dari tadi ngeliatin susu Fani mulu mah” sontak saya terkejut dengan jawaban Fani.

Heni:”Si AA nakal ya, ngomong-ngomong kita berangkat sekarang A?
Saya:”Sekarang saja teteh, nanti ke maleman”
Fani:”Mau ke mana mah?
Heni:”Mamah sama Om mau ke tempat karaoke sekalian ngecek tempat baru untuk karaoke kita”

Fani:”Ikut aku mah”
Heni:”Ntar yang jaga di sini siapa, neng di rumah saja ya”
Fani:”Gak mau, aku mau ikut mah” ucap Fani memaksa.

Heni:”Ya udah, kamu cari Wiwik untuk jagain dulu di sini”
Fani:”Kak Wiwik masih ada tamunya, kak Winda saja ya”
Heni:”Ya udah siapa saja, panggil sana”
Fani pun segera berdiri lalu setengah berlari pergi meninggalkan kami.

Saya:”Suami teteh gak ikut? Dari tadi gak kelihatan?
Heni:”Gak usah dech, biar dia jaga di sini, dia lagi ada urusan, paling habis Magrib pulang”
Saya:”Anak yang kecil ikut ayahnya”
Heni:”Ia, pasti ngikut ayahnya terus dia”

Tak lama Fani datang bersama dengan seorang perempuan muda.
Heni:”Ayo kita berangkat, kamu jagain di sini ya Win”
Perempuan yang datang bersama Fani pun mengangguk.
Heni:”Tunggu sebentar ya A, aku ambil tas dulu” ucap Heni sambil segera pergi meninggalkan kami.

Saya yang sudah sempat berdiri kembali duduk. Fani pun duduk di samping saya masih dengan memainkan ponselnya.
Tak Lama Heni datang sambil menenteng sebuah tas. Akhirnya kami pun segera pergi.
Kami berjalan menuju tempat parkir mobil saya.
Setelah sampai di mobil, Heni pun segera duduk di samping saya sementara Fani duduk di belakang.

Saya pun segera menjalakan mobil . Kami sudah membeli dua buah gedung yang rencana akan segera digunakan untuk tempat karaoke, satu di daerah Lengk*ng dan satunya di Jatinang*r.
Saya:”Kita ke mana dulu Teh?
Heni:”Aa mau ngecek tempat karaoke yang lama atau mau langsung ke tempat lokasi yang baru?
Saya:”Saya ikut saja dech”
Heni:”Kita lLengk*ng saja lebih deket, jatnangor lain kali aza”
Saya:”Ok, di sana sudah ada orang belum?
Heni:”Sudah ada yang nunggu, mungkin 1 mingguan lagi selesai renovasinya a” ucap Heni.

Saya pun segera memacu mobil saya menuju kawasan Lengk*ng.
Heni:”Yang di Jatinangor hari minggu saja a kita ngeceknya”
Saya:”Ok, nanti saya atur jadwalnya, soalnya rumah saya pun lagi renov, perkiraan hari minggu ini selesai, jadi kemungkinan minggu depan baru bisa”
Heni:”Ia, terserah aa saja kapan bisanya”

Sekitar lima belas menitan kami akhirnya sampai juga di tempat tujuan. Kami pun segera masuk ke dalam gedung, memang sedang di renovasi dan di buat sekat-sekat. Mungkin setengah jam kami di situ. Karena sudah jam 6 malam kami pun memutuskan pulang.
Kami sudah kembali berada dalam mobil.

Saya:”Gimana mau langsung pulang?
Heni:”Gimana kalau kita makan dulu a, aa juga belum makan kan?
Saya:”Ia, kita cari tempat makan dulu dech habis itu kita pulang”
Heni:”Ini a, kalau boleh si eneng minta anter ke cihampe*las mau beli baju katanya, gak berani ngomong langsung malah kirim wa”
Saya:”Oh boleh, biar sekalian kita mampir ke karaoke mau lihat sekarang gimana di sana”

Heni:”Tapi gpp kan, kalau aa pulangnya telat, takut istrinya marah”
Saya:”Gpp, tadi udah bilang”
Heni:”Bagus dech, siapa tahu aa mau karaoke dan ada pk yang cocok bisa lanjut ngamar hihi”
Saya:”Hehehe, ngapain nyari lc, di samping saya sudah ada orangnya”
Heni:”Hihi, mau ngamar sama aku lagi”
Saya:”Ia, biar gak perlu bayar, kan sekarang partner bisnis”
Heni:”Haha, hush ada anak kecil di belakang”
Saya pun melihat ke belakang melalui spion, tampak Fani pun pas meilhat kepada saya.
Saya pun segera melihat ke depan lagi.

Akhirnya kami pun berhenti dulu di sebuah rumah makan. Setelah selesai makan kami pun melanjutkan perjalanan menuju Cihampel*s. Di dalam mobil Heni pun mengajak saya kembali ngobrol.
Heni:”Aa terima beres saja ya, izin karaoke sama segala macamnya diurus sama teteh dan suami”
Saya:”Ia, saya terima jadi saja, soalnya sibuk kerja juga”
Heni:”Lumayan a, hasilnya makin ke sini”
Saya:”Ia, bagus dech, makanya itu kita buka cabang lagi”
Heni:”Neng, kamu tidur kah? Sambil menengok ke belakang.

Fani:”Gak mah”
Heni:”Kirain..”
Saya:”Fan, kamu sekarang kelas berapa?
Fani:”Kelas 10 Om”
Saya:”Kelas sebelas tuch kelas berapa? Tanya saya sama Heni.
Heni:”Haha, dasar orang jadul, kelas 1 sma a, rasanya udah pernah aku kasih tahu dulu” ucap Heni sambil tertawa geli.

Saya:”Wah udah gede ternyata, kirain masih smp, maklum pelupa”
Heni:”Masa aa ngira anak teteh masih smp”
Saya:”Ia, soalnya kelihatan kecil beda sama mamanya”
Heni:”Kalau mamanya gede, gendut gitu, aku juga waktu masih perawan ya kayak Fani a”

Saya:”Ah masa…?
Heni:”Ya, aku lebih montok dan semok haha”
Saya:”Ia” ucap saya sambil melihat lagi ke belakang membandingkan Fani dengan mamahnya.
Heni:”Si Aa dari di rumah ngeliatin si eneng mulu”
Fani:”ia mah, ngeliatin susu aku mulu” ucap Fani yang sontak membuat aku malu.

Heni:”Padahal punya mamah lebih gede ya neng” ucap Heni sambil membuka jaketnya dan membusungkan dadanya. Spontan saya pun melihat dan menelan ludah.
Sementara Fani diam saja tidak berkomentar.
Heni:”Aa, pengen udud euy(merokok)”
Saya:”Ya udah buka aza jendelanya setengah tapi teh, biar acnya saya matiin” ucapku.

Heni pun tampak mengeluarkan sebungkus rokok mild dan korek gas dari tasnya dan kemudian menurunkan jendela mobil .
Heni kemudian menyalakan rokok dan mulai menghisapnya.
Heni:”Aa mau ngerokok?
Saya pun menggelengkan kepala saya.
Heni:”Lupa aku, aa mah maunya dirokok ya hihi”

Saya pun hanya senyum saja mendengar ucapan Heni.
Sambil nyetir saya pun sesekali melihat ke belahan payudara Heni dan ketiaknya, Heni memang mengangkat satu tangannya dan menaruh di belakang kepala sambil merokok menggunakan tangan kiri.

Ketiaknya yang kanan pun terbuka dan memperlihatkan bulunya yang cukup lebat.
Heni pun beberapa kali memergoki saya melihat saya yang mencuri-curi padang. Heni hanya tersenyum saja.
Saya pun sudah mulai tak tahan, tangan saya mulai mengelus-elu paha Heni.
Heni pun diam saja dan tetap menikmati rokoknya

Tangan saya pun kini berpindah ke selangkangan Heni. Saya raba memeknya dari luar celana Jeansnya.
Heni:”aw, memek mamah geura di cagap (diraba)si aa neng” Ucap Heni pura-pura kaget.
Saya pun sempat melihat ke Fani melalui kaca spion. Fani tampak mengetahui apa yang saya lakukan terhadap mamahnya, tapi dia pun cuek dan kembali asyik dengan ponselnya.

Saya pun semakin leluasa meremas-remas dan mengusap-usap memek tembem Heni. Saya celananya cukup tebal sehingga agak sedikit susah. Heni tampak membuang rokonya ke jalan lalu menaikan kembali jendela mobil.

Heni:”hihi, takut orang liat, aa lagi ngeraba-raba momok aku” ucapnya.
Saya pun kembali menyalakan ac mobil.
Heni tampak membuka kait resleting celana jeansnya dan menurunkannya sampai lutut. Tersisa celana dalam pink yang menutup memek tembemnya. Heni pun kemudian mengangkang.Kedua tangannya sengaja dia taruh di belakang kepala.

Saya pun segera kembali meraba memek Hini. Saya colok-colok sedikit dan Heni pun mulai mendesah merem melek. Tampak dari kaca spion Fani berusaha duduk lebih ke tengah agar bisa melihat tangan saya yang sedang meraba-raba memek mamahnya.
Heni:”aaaah enak a, uuuuhh”
Tangan saya pun nyelip masuk ke dalam celana dalam Heni. Kini tangan saya bersentuhan langsung dengan memek Heni.
Heni:”aaah, tekan itilnya aaa, uuh enak”
Saya pun mulai memainkan jempol saya di itil Heni. Memek heni mulai terasa basah, sehingga celana dalamnya pun menjadi lembab.

Saya pun kini menjalankan mobil secara pelan karena konsentrasi terbagi dua.
Heni:”Aa, udah ah, malu diliatin si eneng”
Aku pun melihat melalui spion atas, Fani tampak berada di antara jok bagian tengah, sedang memperhatikan tangan saya yang lagi meraba-raba memek mamahnya.
Saya pun hendak menarik tangan saya sampai Fani bilang begini;
Fani:”Biar aza Om, cuek aza, Fani udah sering liat bokep koq, malah Fani suka liatny mamah keenakan memeknya om colok-colok”

Saya:”Tuch, kata Fani juga gpp” Ucap saya sambil kembali memasukan dua jari saya ke memeknya Heni.
Heni:”Bentar a, aku lepas cangcut aku dulu” saya pun menarik tangan saya dan Heni menurunkan celana dalamnya sampai lutut.
Tangan saya kembali mengusap-usap memek Heni yang berbulu cukup lebat. Saya pun beberapa kali membetulkan posisi duduk saya karena kontol saya sdh ngaceng.

Heni:”Ugggh nikmat aaaa, mainin itilnya sayang”
Fani:”Enak mah dimainin itilnya sama si Om?
Heni:”Enak banget neng uuuh”

Tiba-tiba tangan Heni menahan tangan saya.
Heni:”A, udah mau sampai, nanti kita lanjut lagi”
Saya:”Ini” sambil menunjuk punyaku yang ngaceng di dalam celana.
Heni:”Hehe, nanti, kita lanjut di ruang karaoke gimana?
Saya:”Boleh”

Heni pun segera membenahi pakaianya kembali. Dari ke jauhan tampak tempat karaoke milik saya dan Heni sudah kelihatan. Tiba-tiba Fani berbicara;
Fani:”Mah, kalau mamah mau ngentot sama si Om, pasti lama, kita ke distro aza dulu”
Lalu Heni menoleh ke belakang.
Heni kemudian menatap saya.
Heni:”Bener juga a, kita nganter si neng belanja saja dulu ya”
Saya:”Ok dech” saya pun memutar balik arah dan turun menuju ke tempat yang di maksud Fani.

Tak lama Fani pun meminta berhenti. Saya pun segera mencari tempat parkir.
Heni:”Kita ikut turun gak a?
Saya:”ya udah, ikut aza, masa nunggu di sini”
Kami bertiga pun segera turun dari mobil dan berjalan menuju sebuah distro.
Fani pun mulai memilih-milh pakaian yang dia mau, Heni pun ikut-ikutan. Saya hanya berjalan mengikuti mereka.Beruntung saya tidak ada bertemu dengan orang yang saya kenal. Malah Fani yang sempat bertemu beberapa teman sekolahnya.

Fani pun mengambil beberapa potong pakaian , sedang Heni tidak jadi katanya hanya melihat-lihat saja. Saya pun membayarkan belanjaan Fani.
Saya:”Ya udah, sekarang kemana lagi? Langung ke tempat karaoke?
Heni:”Ia langsung ke sana saja a”
Tiba-tiba terlihat Fani berbisik ke Heni, entah apa yang dikatakannya.

Saya:”Ada apa?
Heni:”Si Neng katanya mau beli cangcut sama kutang dulu a, hihi” ucap Heni tertawa geli.
Saya:”Oh ya udah, biar mamahnya juga sekalian saya beliin cangcut baru hehe”
Heni:”hehe, boleh..boleh a”
Lalu kami pun berjalan menuju sebuah toko tempat berjualan pakaian dalam.
Setelah di dalam saya pun membiarkan mereka memilih-milih pakaian dalam yang mereka sukai, sekarang saya sudah terbiasa dengan hal seperti ini dan tidak canggung lagi.

Heni:”Pilihin dong a, cangcut yang bagus buat teteh”
Saya pun mulai ikut berbaur memilih-milih pakaian dalam buat Heni, sesekali saya melirik ke arah Fani.
Saya:”Waduh saya gak tahu ukuran cangcut teteh”
Heni:”Sembarang saja a, di kira-kira”
Saya pun kemudian meraba dan meremas pantat Heni.

Heni:”aw, gak sambil diremas juga boolnya tehteh kali, hehe” ucapnya pura-pura marah.
Saya:”Masa beli yang obralan gini, kita nyari yang bagusan dech teh”
Heni:”Gpp a, sama saja, yang gini aza, ia kan neng”
Fani:”Ia Om, udah biasa aku sama mamah beli yang gini saja”
Saya:”Ya sudah, yang ini teh, kira-kira cocok gak, kayaknya muat” ucap saya sambil memberikan 3 potong celana dalam, satu berwarna merah, satunya hitam dan satunya lagi polkadod warna dasar putih dengan bulatan warna biru.

Heni:”Bagus sich, tapi kayaknya agak kekecilan ini, atau sengaja aa pilihin cangcut yang kekecilan buat aku”
Saya:”Hehe,malah bagus kalau kekecilan”
Heni:”Bisa saja, aku ambil ini saja 3”
Saya:”Gak nambah lagi, Cuma tiga aza”
Heni:”Masih banyak di rumah, Cuma ikut-ikutan si neng saja”

Sementara Fani masih terlihat memilih-milih celana dalam.
Saya:”Mau Om pilihin juga?
Fani:”Boleh dech Om, Om suka yang warna apa?
Saya tidak segera menjawab pertanyaan Fani, tapi tangan saya segera meramas pantat Fani, terasa sekal walau tidak besar seperti mamanya.

Sontak Fani kaget dan menjerit.
Fani:”aaaaw, mamah, pantat aku diremas sama Om Dendi”
Heni:”Gpp, Om Cuma mau tahu ukuran cangcut kamu” ucap Heni enteng sambil tersenyum, dia tidak marah padahal aku baru saja meremas pantat ananknya di depan dia.

Saya:”Hehe sorry Fan, karena ukurannya kan beda sama mamah kamu”
Fani:”Kalau di sekolah udah aku gaplok lho Om” ucapnya sambil tersenyum, tidak terlihat marah juga, mungkin karena sudah aku bayarin bajunya tadi.
Saya pun mengambil tiga celana dalam berukuran lebih kecil, satu berwarna merah, satunya hitam sama dengan yang aku pilihkan buat mamanya, dan satu lagi putih bergambar hello kity.

Saya:”Gimana kalau yang ini Fan, kira-kira suka gak?
Fani:”Hempz, aku gak mau cangcut yang gambar hello kity Om, emang aku anak kecil apa, yang dua lainnya boleh dech”
Saya:”Hehe kirain, atau yang ini, yang belang-belang” kuambilkan yang warna belang, orange dan putih.
Fani:”nah, kalau cangcut yang belang Fani suka, tapi kalau bisa 2 lagi Om”
Saya:”Ok, seratus juga boleh” ucap saya sedikit bercanda dan kembali memilih 2 cd satu berwarna abu-abu dan satunya polkadod dengan warna yang sama seperti untuk mamahnya tadi.

Saya:”Gimana yang ini, gak bakal ketuker biar warnanya sama sama punya mamahmu, kan ukuran beda jauh hehe”
Heni:”Maksud lho, cangcutku gede banget?
Saya:”Hehe, kan sesuai dengan itu” ucap saya coba meremas pantat Heni lagi tapi heni menghindar.
Heni:”Haha, gak kena”
Saya:”Ya udah, sekarang kalian mau beli beha juga gak?
Heni:”Aku gak usah, cukup ini saja, si neng katanya mau beli, sekalian pilihin a”
Fani:”Ia boleh, ayo kita ke sana”
Kami pun menuju sebuah etalase yang di dalamnya banyak beraneka bra.

Karena di dalam kaca, salah satu petugas perempuan segera mengampiri kami dan menanyakan mana yang diminati.
Fani:”Yang mana ya Om”
Saya:”Yang warna merah sama hitam saja biar serasi sama cangcutnya tadi”
Fani:”Boleh dech Om, beli dua aza”
Saya:”Tapi ukurannya berapa? Ucap saya sambil menatap payudara Fani yang cukup menonjol tapi tidak terlalu besar.

Fani segera menutup payudaranya dengan kedua tangannya, mungkin mengira aku bakal merabanya lagi seperti pantanya sebelumnya.
Fani:” no 32 B dech Om, atau c juga gpp”
Heni:”Jangan pakai yang terlalu kecil neng, yang c saja”
Saya:”Yang ini dan ini mbak, ukuran 32 C” ucap saya pada si mbaknya. Perempuan tersebut segera meninggalkan kami.

Kami pun segera menuju kasir. Perempuan yang tadi datang kembali dan menyerahkan bungkusan plastic warna putih ke kasir yang berisi bra yang aku pilih buat Fani tadi.
Saya pun segera membayar semuanya.
Segera kami meninggalkan tempat tersebut dan kembali ke dalam mobil.

Heni:”Aa nginep saja ya, bakal ke maleman kita”
Saya:”Ia, aku nginep, tapi nanti aku tidur di mana?
Heni:”Ya sama aku a, aa kan tamu special”
Saya:’Suami kamu?
Heni:”Kalau sama kita juga, kita maen bertiga nanti”
Saya pun berfikir sejenak, menarik juga tawaran dari Heni.

Saya:”Boleh dech” tiba-tiba Fani ikut nimbrung.
Fani:”Ih mamah, masa mau ewean sekaligus sama si papah dan si Om” ucap Fani vulgar.
Heni:”Hehe si neng, gpp, sekali-kali, nikmat kayaknya” ucap Heni enteng.
Saya:”Aduh, tunggu, kalau nginep saya harus beli baju ganti, tunggu sebentar ya”
Heni:”eee, ia a, jangan lama-lama”
Saya:”Bentar saja”
Saya pun segera turun dan masuk ke sebuah toko baju dan membeli sebuah kaos dan celana pendek, saya pun membeli 2 potong celana dalam.

Setelah selesai saya pun segera naik ke mobil kembali.
Saya:”Langsung ke tempat karaoke teh?
Heni:”Ia a, langsung saja”
Fani:”Ia Om, si mamah tos teu kuat tadi di cabak-cabak momokna hihi”
Heni:”Kamu ini” sambil menoleh ke belakang ke anaknya.

Fani terlihat nakal juga, apa bisa aku eksekusi, tapi gak mungkin masih terlalu kecil dan pasti gak dibolehin sama Heni. Saya pun segera menghidupkan mobil dan menuju ke tempat karaoke milik kami.

Karena jaraknya dekat, tak sampai sepuluh menitan kami sudah sampai kembali.
Saya segera memarkir kendaraan di samping gedung karaoke, tampak juga beberapa mobil dan motor, tampaknya sudah mulai ramai biar belum terlalu malam.
Kami pun segera turun dan masuk ke dalam gedung.

Kami pun segera menuju meja recepsionist. Tampak seorang perempuan muda duduk di sana. Perempuan tersebut segera berdiri begitu melihat kedatangan kami dan segera menyalami kami.
Heni:”Apa kabar Nel, gimana ramai” ucap Heni pada Nela yang bertugas sebagai penerima tamu.
Nela:”Baik Teh, lumayan, tapi kalau ramenya kebanyakan sabtu minggu”
Saya:”Biasa, rata-rata weekend ramenya” ucap saya
Nela:”Eh tumben Om datang juga, apa kabar Om”
Saya:”Baik Nel, Cuma mau lihat-lihat saja” ucap saya sambil menjabat tangan Nela. Saya memang sudah mengenalnya sebelumnya. Nela tampa anggun memakai setelan kemaja dan blazer warna hitam dan rok mini hitam juga. Tampak paha mulusnya yang kuning tambah mengkilap oleh cahaya lampu.

Kami pun segera duduk di sofa yang tersedia di ruang depan untuk sekedar duduk-duduk.
Saya duduk di sofa panjang di samping Heni, sedang Fani di sebrang saya dan Heni sementara Nela duduk di kursi single
Nela:”Mau pada minum apa?
Saya pun melihat ke arah Heni.
Heni:”Gak usah Nel, minta room aza satu, sekalian mau lihat-lihat dan karaokean”
Nela:”Oh, mau di bawah apa di atas teh?
Heni:”Neng mau di mana? Heni malah bertanya kepada Fani.
Fani:”Di atas saja Mah” jawab Fani.

Nela segera berdiri dan menuju ke mejanya, lalu dia kembali dan duduk.
Nela:”mau pakai PK gak teh?
Heni pun menoleh kepada saya.
Heni:”Pakai PK gak a?
Saya:”Gak usah, tapi terserah teteh dech, kan teteh sama Fani bisa jadi PKnya hehe”
Heni:”Pakai aza ya a, itung-itung bagi rezeki, siapa tahu nanti perlu, 1 orang Nel, yang nyanyinya bagus dan orangnya cakep juga buat si aa”
Nela:”Ok, bentar biar aku telepon dulu orangnya”ucap Nela lalu berdiri dan kembali ke mejanya dan tampak melakukan sebuah panggilan menggunakan telelpon yang tersedia di mejanya.

Saya:’Apa nanti gak leluasa kita? Sedikit berbisik ke telinga Heni
Heni:”Tenang saja, semua anak buah kita bisa dikondisikan a”
Fokus saya segera berubah, pandangan saya menangkap Fani yang sedang duduk mengangkang di seberang saya. Mata saya segera tertuju ke sana. Tampak Fani mengenakan cangcut warna ungu.

Sementara Nela sudah kembali duduk di tempatnya tadi.
Nela:”Mau berapa jam teh?
Heni:”Emang kita tamu, gimana bosennya saja Nel”
Nela:”Astagfirulloh, hehe ia, maaf teteh, eh itu Lani sudah datang, sama Lani teh”
Orang yang di sebut Lani tampak segera duduk di samping Fani.

Lani memakai baju kaos tanpa lengan berwarna putih dan rok mini hitam yang mungkin satu jengkal di atas lutut. Posisi duduk yang menangkang membuat celana dalamnya yang berwarna hitam langsung bisa saya lihat, orangnya cukup semok tapi karena badanya cukup tinggi juga tidak kelihatan gendut.
Lani:”Eh, kirain siapa ternyata teh Heni sama anaknya”
Heni:”Ia, main-main saja ke sini, ayo langsung saja kita, eh kenalin dulu, ini nich aa Dendi dia yang punya tempat ini sebenarnya”
Lani:”Oh, Lani, aku panggil om saja ya” wajar dia memanggil om, umurnya mungkin sekitar 20-an.
Saya:”Dendi, Ok,” ucap saya.
Lalu kami pun segera naik ke lantai dua dan masuk ke dalam sebuah ruangan. Cukup luas dan bentuknya saya tidak asing karena sudah melihat sebelumnya hanya belum pernah memakai buat karaoke.

Kami segera duduk di sofa panjang yang memang lumrah biasa tersedia di tempat karaoke.
Lani:”Mau aku ambilkan bir Om, teteh?
Heni:”Boleh, 3 botol dech buat si Om”
Saya:”Banyak banget”
Heni:”Gpp, gak habis bawa pulang”
Lani terlihat tersenyum lalu keluar ruangan. Sebenarnya di dalam ruanganpun ada kulkas. Tak lama dia kembali dengan di temani seorang perempuan muda juga, mungkin PK juga, membawa 3 botol bir, 4 buah gelas dan beberapa makanan ringan dan beberapa kaleng minuman bersoda.

Tak lama setelah semua makanan dan minuman di taruh di meja kaca, teman Lani tadi segera keluar dari ruangan.
Sementara Lani tampak nungging menyalakan peralatan karaoke, pantatnya cukup besar dan ketika nungging celana dalam hitamnya kembali terlihat.

Lani pun kembali duduk di samping Fani sementaraHeni yang di samping saya menuang bir ke dalam gelas. Dia mengisi dua gelas sampai gelas yang berukuran besar tersebut penuh.
Dia memberikan satu kepada saya.
Heni:”Nich A, di minum dulu biar greng, Lan, kalau mau tuang sendiri ya, Fani kamu minum itu saja” sambil menunjuk minuman kaleng bersoda.
Fani hanya mengangguk tanpa banyak bicara, apa mungkin dia kagok karena ada Lani.
Fani pun kulihat mengambil satu kaleng minuman bersoda dan membuka serta meminumnya.

Lani:”Mau lagu apa Om?Teh?
Heni:”Lagu dangdut saja ya, biar rame, semua bisa nyanyi, micnya banyak kan, gimana a?
Saya:”saya ikut saja” jawab saya singkat.
Lani:”Banyak, tenang aza” ucapnya sambil terlihat memilih milih lagu di computer.

Lani:”Mau lagu apa a?
Saya:”Gimana Heni saja, teh lagu apa?
Heni:”Lagu apa ya, ini aza, gak tau judulnya apa, yang liriknya pacaran ora kawin ora penak?
Lani:”Oh itu, ok teh” ucap Lani.
Lalu music pun mulai berdendang.
Heni tampak melepas jaketnya lalu tangannya pun menuntun saya untuk berdiri. Lani dan Heni dan Fani sama-sama memegang mic dan mulai bernyanyi sambil sedikit berjoget saya pun sedikit bergoyang di samping Heni.
Lumayan sedikit melepas beban dan penatnya pekerjaan.

Saya tidak terlalu focus pada lagu dan musicnya lebih kepada memperhatikan mereka yang bergoyang, terutama Heni dan Lani.
Tapi kemudian saya mulai tertarik dengan liriknya karena Heni mengganti lirik lagunya.
Heni:”Pacaran gak ngewe gak enak” dan diucapkan berulang kali membuat Lani pun sedikit tertawa.

Heni:”Sawer dong aa” ucapnya sambil berjoget menghadap ke saya sambil membusungkan dadanya. Bagian atas payudaranya pun menonjol karena dia pakai baju mirip kaos dalam tanpa lengan dengan belahan rendah.
Saya pun segera mengambil beberapa uang dari dompet saya. Saya pun memasukan uang tersebut dan membenamkan ke dalam dada Heni. Heni pun mulai ketawa ketiwi.
Saya pun memasukan lagi uang, kali ini tangan saya masuk ke dalam kaosnya Heni sambil membenamkan uang susunya saya remas.

Heni:’Aaah disawer, tapi susu diremas-remas hahaha”
Kali ini saya peluk dia dan saya balikan hingga badan Heni membelakangi saya. Dari belakang saya peluk perutnya. Heni kembali bergoyang dan bernyanyi, pantatnya mulai menggesek-gesek kontol saya yang sudah berdiri tegak.
Heni:ahh..aaaahh..aaahhh, pacaran gak ngewe gak enak..pacaran gak ngewe gak enak..aaaah..aaaah”
Fani dan Lani pun melihat ke kami sambil tersenyum dan tetap bernyanyi. Fani cuek saja mamahnya saya raba-raba. Kini tangan saya sudah meraba dan meremas susu Heni.
Heni:”Aaaah..Pacaran gak ngewe gak enak..pacaran gak dipegang susu gak enak”
Terus berulang sampai lagunya habis.
Lani segera berlari dan duduk lagi di depan computer.

Lani:”Mau lagu apa lagi nich?
Heni:”Lagu hamil duluan Lan” ucap Heni yang masih dalam pelukan saya. Kedua tangan saya kini meremas-remas payudara Heni.
Lani:”Siap Teh”
Sementara ku perhatikan Fani hanya diam sambil memegangi mic.

Music bergenre dangdut kembali mengalun. Ketiga perempuan kembali bernyanyi dengan semangatnya. Kali ini Heni bernyanyi sambil menungging dan menggesek-gesekan pantatnya ke selangkangan saya.
Saya pun memegangi kedua pinggulnya, beropose seperti sedang mengentotnya dari belakang.
Heni:”A, sawer lagi dong” ucapnya disela-sala dirinya bernyanyi.
Saya pun membuka dompet saya lagi, bisa-bisa habis ini karena memang tidak banyak uang kecil yang saya bawa, untung tadi sebelum ke rumah Heni sempat mampir di ATM.

Saya pun mengambil kembali beberapa lembar uang kertas. Semtara Heni masih bernyanyi sambil menggesek-gesekan pantatnya ke selangkangan saya.
Tangan saya pun kini menggesek-gesek selangkangan Heni memakai selembar uang 50rb.
Heni:”Ku hamil duluan, sidah tiga bulan, gara-gara pacaran disawer duit digesekin dimomok2x”
Lani:”Hahaha”
Heni:”Aaah, Ku hamil duluan, aaah..aaaah. gentian a, sawer si Lani dan si neng”

Saya sedikit kaget bercampur senang Heni menyuruh saya menyawer Fani juga, kira-kira dia bakal marah atau nggak ya kalau saya nyawer Fani sambil meraba-raba, ah coba saja.
Saya pun bergeser ke Lani dulu yang kebetulan ada di samping Heni. Lalu ku peluk Lani dari belakang. Ternyata Lani memang cukup tinggi juga apa lagi dia memakai sepatu hak tinggi. Pantatnya segera menempel di selangkan saya. Lani pun segera mencodongkan badannya dan menggesek-gesekan pantatnya di kontol saya yang sudah ngaceng.

Saya pun menaikan rok mininya. Tampak pantat putih Lani yang lumayan besar terbungkus celana dalam warna hitam.
Saya pun mengusap-usapnya memakai uang, lalu saya selipkan di celana dalamnya di bagian atas. Kini tangan saya berpindah memegang payudara Lani dan saya remas-remas.
Lani pun segera menegakkan badannya.Kedua tangannya saya pun leluasa meremas-remas susunya. Saya masukan dua kali dua lembar uang dua puluh ribuan sambil tangan saya masuk dan meremas susunya Lani.

Ku lirik Fani sedang melihat ke dada Lani di mana tangan saya ada di dalamnya, sementara Heni sepertinya sudah duduk di sofa.
Sedang asyik-asyiknya rupanya lagunya habis.
Heni:”Sini pada duduk dulu, istirahat, kita minum-minum dulu”
Saya pun segera melepas pelukan saya kepada lani dan segera duduk diikuti oleh Lani dan Fani.

Fani:”Mah, aku kan belum dapat jatah saweran”
Ucap Fani yang kini duduk di sebelah mamahnya.
Heni sempat melihat sebentar lalu mengambil gels birnya dan meminumnya.
Heni tampak mengambil uang yang ada di dalam bhnya yang tadi saya masukan.
Fani tampak sumringah melihat ibunya mengeluarkan uang.

Heni:”Lan, nich buat kamu”
Lani:”Makasih Teh”
Fani terlihat kecewa ketika Heni menyodorkan uang buat Lani.
Heni:”Nanti kamu minta disawer yang banyak sama si Om” Ucap Heni yang sepertinya paham melihat anaknya yang cemberut.
Saya pun menenggak sisa bir yang masih ada di gelas saya.
Lani:”Teh, mau aku ambilkan bir lagi?
Heni:”Boleh dech”
Lani pun segera keluar dari ruang karaoke.

Heni:”lanjut lagi a, sama si neng ya, aku mau duduk-dudk dulu aza”
Tentu saya pun tidak akan menolak.
Fani:”Aku pilihin lagunya dulu ya om, eh btw Om mau lagu apa?
Saya:”Gimana kamu saja Fan, lagu yang kamu suka” ucap saya penuh semangat.
Fani pun kini duduk di depan computer. Saat itu Lani pun masuk kembali dan membawa 2 buah botol bir.
Lani lalu duduk di samping saya.

Lani:”Ayo teh”
Heni:”Siip gampang, ayo kalian lanjut nyanyi dulu”
Kami pun segera berdiri.

Heni:”Lan, kamu nanti aza, temenin aku ngobrol, biar anak aku yang nemenin si Om” Ucap Heni.
Lani pun kembali duduk, kali ini pindah ke samping Heni.
Music pun kembali mengalun di dalam ruang karaoke. Aku tidak tahu pasti judulnya apa dan liricnya pun aku sedikit asing, tapi enak untuk dibuat bergoyang. Fani pun mulai bergoyang saya pun mengikuti goyanganya tapi masih sedikit mejaga jarak.
Fani pun berinisiatif mendekati saya.

Fani:”sawer dong om”
Saya pun mengeluarkan uang 10 ribuan yang belum sempat saya sawerkan tadi yang sudah saya sakuin. Saya pun tak berani macam-macam. Saya hanya menempelkan di jidatnya Fani.
Uang itu pun kemudian jatuh dan Fani berjongkok mengambilnya.
Fani:”Yah, sepuluh ribu doang” ucapnya sambil berdiri lagi dan sedikit cemberut.

Heni pun berkomentar.
Heni:”Yang hot goyangnya neng, biar sawerannya banyak”
Lani:”Si Om mau sambil nanyi juga gak, ini micnya”
Saya:”Ah gak usah, gak becus nyanyi saya mah”

Fani pun kemudian bernyanyi lagi. Saya pun kembali memberi saweran dan saya tempelin di jidat si Fani masih dengan uang sepuluh ribuan, setelah habis saya berikan malah uang lima ribuan.

Lagu pun habis. Fani kembali berjongkok memunguti uang yang berserakan.
Fani:”Yah, uang kecil semua, tadi nyawer ke mamah sama kakLani uang gede” ucap Fani cemberut.
Heni:”Makanya kasih goyangan yang hot.
Lani:”Lanjut lagu apa Fan”
Fani:”biarkan yang itu saja kak, otomatis sudah”

Lagu berikutnya pun mengalun, saya kenal betul lagu ini, lagu Syantik milik Siti Badriah.
Kini Fani pun bergoyang dengan lebih berani. Dia pun memposisikan diri membelakangi saya menghadap Lani dan Heni di sofa dan menempelkan badannya di badan saya. Tingginya hanya sedada saya. Fani pun berani menggesekan pantatnya ke paha saya. Saya pun mejadi gemas ingin rasanya meremas pantatnya. Tapi saya mencoba menahan diri.

Saya pun mengeluarkan uang 50 ribuan. Seperti sebelumnya saya tempelkan di jidat Fani.
Fani pun bergoyang cukup erotis.
Heni:”Ah, si neng udah hot goyangnya, si aa masih slow aja, tangkep (Peluk) aa kayak tadi aa nyawer mamahnya, terus sawerannya masukan ke dalam kutangnya si neng” ucap Heni santai.
Mendengar itu saya pun jadi berfikir, apa Heni tidak akan keberatan saya grepe anaknya, terus apa Fani bakal marah atau nggak. Saya pun memutuskan untuk nekad.
Saya peluk Fani dari belakang, dan tangan saya melingkar di perutnya, saya pun sedikit mencondngkan badan saya dan saya lepas sepatu saya agar tinggi saya dan Fani tidakterlalu terpaut jauh.

Fani memakai kaos yang cukup ketat berbeda dengan yang dipakai ibunya dan Lani jadi saya agak kesulitan mau memasukan saweran saya ke dalam payudaranya.
Fani pun tampak semakin semangat bernyanyi dan kadang mengelus-elus paha saya. Saya yakin Fani dapat merasakan kontol saya yang tegang di atas pantatnya. Fani pun seperti sengaja menggencetnya.

Ku Lihat Heni berdiri dan mengambil sebuah kursi kecil yang ada di pojokan dengan sound system. Lalu menghampiri kami, entah apa yang mau dia lakukan.
Heni pun menaruh kursi di belakang saya.
Heni:”Duduk a, biar gampang nyawernya,si neng kependekan, neng kamu duduk sambil dipangku sama si Om Dendi”

Saya tentu sangat senang mendengarnya.
Saya pun melepas pelukan saya pada Fani dan duduk di kursi. Fani pun tanpa permisi langsung duduk di pangkuan saya. Pantatnya pun menekan kontol saya.
Fani lalu berbisik di telinga saya.
Fani:”Om, Kanjutnya ngaceng ya hihi” dia tidak sadar memegang microfon. Tentu saja suaranya tetap besar dan reflek Fani menutup mulutnya sambil tertawa geli.

Heni:”Awas neng, ularnya si Om masuk, nanti kamu bisa gak perawan lagi hahaha”
Lani yang duduk di samping Heni pun ikut tertawa.
Fani malah bergoyang mengulek pantatnya ke selangkangan saya.
Saya pun memasukan saweran saya ke dalam kaos Fani, sayang belahannya kurang rendah, tapi saya paksa tangan saya masuk lalu saya remas susunya Fani.

Fani terlihat mengangkat kepalanya melihat wajah saya, saya sudah kehilangan control, saya lumat bibirnya Fani.
Fani:”mmmmhhhmmmh” Saya pun memasukan lidah saya ke mulut Fani.
Tak terdengan komentar dari Heni.
Saya pun segera menarik mulut saya dan melihat Heni, Heni tampak senyum sambil menghisap rokok mild, tampak Lani pun juga sama sedang merokok, ac sepertinya sudah mereka matikan.

Fani pun kembali bernyanyi. Saya semakin berani , kini tangan saya masuk ke dalam rok Fani dan menyawernya dengan menggesekan uang di memek Fani yang terbungkus celana dalam.
Fani:”Awww, Om nakal” dia spontan berteriak.
Heni:”Kenapa neng, di sawer di momok hahaha, mamah oge(juga) tadi di sawer di momok, duitna di tempelin di momok mamah” ucapnya tak marah atas apa yang saya lakukan sama anaknya.
Fani:”Ia mah, uangnya digesekin di cangcut neng” ucap Fani.

Saya semakin berani, sambil saya pangku, kedua paha Fani kini saya buka makin lebar, sehingga tentu saja terlihat jelas oleh mamanya dan Lani, lalu saya kembali menyawernya, saya gesekan uang seratus ribuan di celana dalam ungunya, cukup lama lalu setelah itu saya masukan ke dalam kaosnya.
Fani:”syantik…syhantik gini hanya untuk dirimuuuuu…Hhhhihi geli Om”
Seiring dengan itu lagu pun habis, kontol saya sdh ngacung sempurna. Begitu Fani berdiri, celana depan saya terlihat menggembung.

Fani berjalan dan duduk di samping mamahnya.
Heni:”Udah puas, banyak dapat sawerannya”
Fani:”Hehe, banyak mah hihihi”
Heni:”Ya udah istirahat, giliran mamah sama Lani lagi” ucap Heni dan lalu berdiri menghampiri saya.

Heni pun melihat ke celana saya dan tersenyum.
Heni:”Haha, ngaceng aa, sama aku juga liat kalian bikin sange”
Ucapnya yang langsung berbalik dan duduk di pangkuan saya.
Heni:”Malam ini kita senang-senang ya a”
Saya:”Ia” ucap saya singkat sambil kupeluk pinggangnya Heni.
Sementara ku lihat Lani dudu k kembali di depan computer dan Fani sekarang sudah asyik memainkan ponselnya seperti sebelumnya tidak terjadi apa-apa.

Lani:”Teh mau lagu apa?
Heni:”apa ya? Kuda lumping ya, biar rame”
Lani :”Oke” Ucap Lani sambil berdiri.
Music pun mulai mengalun. Heni dan Lani pun kembali memegang mic dan mulai bernyanyi.

Heni:”Ada satu permainan, permainan aneh sekali biduan dipangku penyawer, penyawer ngeraba biduan hahaha”
Saat itu tangan saya pun mulai meraba-raba susu Heni.
Saya angkat lengan kiri Heni yang nganggur,karena lengan kanannya memegang mic, tampak bulu ketiak Heni sedikit basah. Langsung saya lumat ketiaknya, bau khasnya tidak saya pedulikan. Di sekitar ketiaknya pun saya memberi beberapa cupangan.

Heni:”aaah, kuda lumping..kudang lumping..dijilat keteknya ..kudang lumping..kuda lumping diisep keteknya aaah, dicupangin keteknya”
Lani pun tertawa-tawa melihat Heni yang kegelian karena ketiaknya saya jilatin. Fani pun menatap kami dengan tajam sambil tangannya menyangga dagunya sendiri.
Agar lebih leluasa ku minta Heni melepas kaosnya. Heni pun melepas kaosnya sehingga bagian atas hanya tertutup bh saja.
Heni masih membelakangi saya dalam posisi saya pangku. Saya pun melepas kait kutangnya dan tangan saya segera meremas kedua payudara Heni. Heni tetap menyanyi sambil mengoyangkan pantatnya.

Heni:”Ah gila Lan, kutang aku di lepas sama A dendi depan anak aku hihi”
Lani:”Isep pentilnya Om” ucap Lani masih bergoyang dan kini mendekat ke kursi kami.
Saya pun semakin medekap Heni dan lidah saya mulai menelusuri susunya Heni.
Heni:”Lan ini biar partner bisnis senang dan kerja sama langgeng, kehormatan aku pun aku serahin” ucap Heni .
Kini lidah saya mulai menyapu puting susu Heni yang sudah menegang entah kedinginan atau dia juga sange karena saya grepe dari tadi.

Sambil menghisap susu kananya, tangan saya bergerak ke pinggang Heni dan menarik ikat pinggangnya. Heni segera paham, dia menurunkan celana jeansnya sampai lepas dan tergolek di lantai.

Heni sudah tak lagi bernyanyi dan micnya pun sudah di taruh di lantai, hanya Lani yang masih bernyanyi dan lagu pun sudah berganti lagi.
Kini kedua kaki dan paha Heni aku kangkangkan lebar-lebar seperti si Fani anaknya tadi.
Sambil mengisap teteknya Heni tangan saya kini sudah mulai meraba-raba memeknya Heni dari luar celana dalamnya yang berwarna pink yang di mobil tadi juga sempat aku kerjai sebentar.

Tampak di depan celana dalamnya ada sedikit noda sepertinya noda waktu di mobil tadi.
Tangan kiri saya menelusup ke dalam cd Heni dan mulai meraba-raba memeknya yang berbulu, Heni pun tampak merem melek.
Tiba-tiba Lani mengambil mic Heni di lantai dan memberikan ke Heni.
Lani:”Teh, sambil diraba heunceutnya, nyanyi lagi dong, temennin aku, biar semangat”
Heni pun belum menjawab tapi menerima mic dari tangan Lani.
Heni:”Ganti lagunya Lan, jangan yang ini”
Lani tampak berjalan dan duduk kembali depan computer.
Lani:”Lagu apa teh? Masih dangdut? Judulnya?
Heni:”enaknya susu mama-mama versi koplo”
Lani:”Haha, ia, itu enak banget si Om nyusunya” Ucap Lani sambil melihat saya.

Saya hanya mengedipkan mata, mulut saya sekarang sudah berpindah ke payudara kiri Heni.
Sementara jari-jari saya sudah keluar masuk memeknya Heni, saya mainkan juga itilnya Heni.
Heni pun mulai bernyanyi lagi seiring music yang mulai mengalun. Lani pun berdiri kembali dan sempat mengajak Fani nyanyi lagi tapi Fani tampak menolak.

Lani pun kembali bergoyang dan berjalan mendekati kami. Sekarang dia bernyanyi di samping saya.
Heni:”Enaknya susu mama-mama, sedooot terus,aaakh, enaknya susu mama-mama, dicupangin susu mama-mama” ucap Heni, saya memang memberi beberapa cupangan di payudara Heni.
Payudara Heni pun menjadi tampak ada merah-merahnya.
Saya mengangkat sedikit badan Heni dan lalu turun dari kursi.
Heni tetap saja bernyanyi. Saya kemudian jongkok di depan kursi pas di selangkangan Heni.

Saya pegang pinggang Heni dan saya tarik karet celana dalamnya lalu saya turunkan hingga terlepas.
Heni:”dilepasnya cangcut mama-mama,dilepasnya cangcut mama-mama”
Kepala saya sekarang sudah ada di selangkangan Heni, lidah saya mulai menelusuri bibir memeknya yang di sekitarnya terdapat bulu-bulu berwarna hitam pekat.
Heni:”Dijilatnya memek mama mama” ucapnya masih bernyanyi bersama Lani, Lani pun kini mengikuti lyric lagu dari Heni.
Lani:”Dijilat itillnya mamah Heni, dijilat itilnya mamah Heni hahaha”
Heni:”Haha, enaknya itil mamah Heni hihi,aaaah enak euy, disedot itilku”
Saya isep kuat-kuat itilnya Heni membuat dia kelojotan.

Lani:”Fan, ayo nyanyi bareng, seru lho, kita mulai dari awal lagi” Ucap Lani sambil menghampiri Fani dan menuntunnya untuk berdiri. Fani pun kini berdiri tampaknya dia mau nyanyi lagi.

Lani segera duduk di depan computer dan kembali memutar lagu yang sama.
Lani dan Fani pun kini mulai bernyanyi lagi.
Sementara saya sudah melepas baju dan celana saya hingga telanjang bulat. Kontol saya sudah mengacung sempurna. Segera saya arahkan kontol saya ke mulut Heni. Heni pun segera menghisap kontol saya di depan anaknya dan Lani.

Sambil menyanyi Fani melihat ke mamahnya yang sedang menghisap kontol saya.
Karena sudah tidak tahan, saya tarik kontol saya dari mulut Heni. Saya pun mengarahkan kontol saya ke memek Heni yang sudah basah dengan posisi saya berdiri dan Heni mengangkang di kursi. Perlahan saya tekan kontol saya ke dalam memeknya Heni.

Lani:”Enaknya memek mama-mama, enaknya memek mama-mama”
Blesek…seluruh kontol saya pun tertelan memeknya Heni. Saya mengangkat badan Heni hingga kini saya menggendongnya, cukup berat karena Heni tergolong berbodi montok.
Ploook…ploook..ploook…
Heni:”aaaah..aaaah…mamah diewe neng uuuh” ucap Heni sambil melihat anaknya. Fani pun sambil bernyanyi melihat ke arah saya,

Memang dulu Fani pernah keluar masuk kamar Heni waktu saya ngentot dengan mamahnya, tapi tak pernah melihat langsung seperti sekarang di mana kontol saya terbenam di memek mamahnya.
Fani:”enak ngewe mamah..mamah, enaknya ngewe mamah-mamah hehe”
Fani tertawa begitu juga Lani yang mengikuti lirik lagu yang dinyanyikan Fani.
Karena terasa berat saya pun membawa Heni menuju sofa dan merebahkannya di sana. Kini saya leluasa menyetubuhinya.

Fani dan Lani pun segera mendekat menyaksikan Heni yang lagi saya setubuhi dari dekat.
Lani:”Hei, gimana perasaan kamu, lihat mamahmu diewe di depan kamu, bukan sama bapak kamu lagi” ucapnya dan karena memegang mic tentu suaranya menggema di dalam ruangan.
Fani:”Gimana ya kak, seru hihi, biasa lihat bokep, sekarang lihat langsung, mamah sendiri lagi yang diewe”

Heni:”Aaah aa, malu aaah, aku malu diewe depan Fani” ucapnya, padahal tadi gak apa-apa, sambil pura-pura menutup susunya menggunakan kedua tangannya.
Saya pun segera menyingkirkan kedua tangan Heni, sambil mengentot memeknya saya mulai meremasi payudara Heni.
Ploook..ploook…plooook..

Terasa nikmat sekali, ternyata sensasinya beda, menyetubuhi seorang perempuan di depan anak kandungnya. Kini saya dekap Heni sambil saya lumat leher dan belakang telinga sehingga menyisakan tanda merah.
Heni:”aaah enak aaa, geli leher Heni aaaa”
Saat saya melirik ke samping, saya pun melihat ternyata Fani dan Lani sudah tak lagi bernyanyi tapi duduk di kursi kecil yang tadi saya gunakan bersama Lani, di mana si Fani duduk di paha Lani sambil menyaksikan kami.

Heni:”Aaaakhh, banyak banget nyupangin leher aku a, uuuh”
Sekarang mulut saya bergerak turun ke teteknya Heni. Sambil ku entot, saya isep dan saya cupangin juga di sekitar puting susunya.
Heni:”aaaakh, nenen mamah dicupangin Om Dendi juga neng uuuh”
Fani:”Asyik dong mah”
Heni:”Anak zaman sekarang, liat mamahnya diewe orang malah senang”
Ucapan Heni malah membuat saya semakin semangat, saya pun semakin cepat menggenjot memeknya.

Ploook…ploook..ploook..
Heni:”Aah ampun enak banget, kontolnya aa panjang aaahh, aku dapet” ucap Heni kedua kakinya mengapit di pantat saya dan dia pun mengejang.
Saya pun mempercepat sodokan kontol saya dan tak berapa lama pertahanan saya bobol juga.
Saya:”Teteh saya keluar” crooot..crooot..crooot..crooot…crooot. Mungkin sekitar lima tembakan sperma saya lepaskan ke memeknya Heni.
Heni:”aaah..ahhh..aaahh..aaah..aaahh” di setiap semprotan saya pun Heni mengiringi dengan desahan.

Kami pun terdiam beberapa saat dan mulut kami saling melumat.
Lani:”enak Teh?
Heni:”huh…huhhh…Enak banget Lan, abis mabok terus diewe, bikin melayang aaah”
Ucap Heni sambil ngos-ngosan. Kami masih terdiam untuk beberapa saat, di mana saya masih menindih Heni dan kontol saya pun masih terbenam di dala memeknya.

Setelah cukup pulih saya pun bangkit dan menarik kontol saya, saat saya tarik tampak air mani saya sebagian keluar dari memek Heni yang nampak terbuka.
Saya pun segera bangkit dan bersender di sofa, sementara Heni masih terlentang dan mengangkang.
Lani:”Liat sprema si om banyak banget di heunceut mamah kamu, sampai luber”
Fani:”Ia kak, enak kali ya, dibuacatin di dalam, anget pasti momoknya”
Lani:”Tanya mamahmu langsung aza, lebih enak dibucatin di dalam apa di luar?
Fani:”Enak mah, lebih enak dibuactin di dalem momok ya?
Heni:”Enak banget neng anget momok mamah kalau dibucatin di dalam, pas croot itu rasanya melayang, tapi kamu belum boleh ngerasain lho”
Fani:”Yaaaah” ucap Fani tampak cemberut.

Heni pun lalu bagkit dan duduk lalu mengambil rokok dan segera menghisapnya.
Tampak Lani mematikan ac.
Heni:”Lan, abis maem, abis diewe, enak banget udud”
Lani hanya tersenyum dan duduk di samping Heni.
Lani:”Btw suami teteh tahu gak teteh diewe sama si Om?
Heni:”Tahu lah, kalau ada si aa, pasti teteh bakal diewe, Tanya si neng”
Fani:”Ia Kak, dulu aza si Om nginep semalaman, papah aku sampai gak tidur sama mamah, mamah dientot si om semalaman”
Heni:”Kamu ini buka kartu” Ucap Heni sambil tertawa.

Lani tampak sedikit terkejut mungkin tak menyangka.
Heni:”Sini a, duduk dekat kita” ucap Heni sambil menepuk samping tempat duduknya yang kosong. Saya pun segera duduk di samping Heni sehingga sekarang Heni diapit saya dan Lani, sementara Fani masih duduk di kursi kecil.

Heni:”Nyalain music Lan, biar gak sepi”
Lani:”Ya udah aku nyanyi lagi aza” Ucap Lani dan segera menuju computer, tampak dia memilih-milih lagu.
Music pun kembali mengalun. Lagu kopi Lambada, Lani pun kembali bergoyang.
Lani:”Ayo Fan, nyanyi lagi, kita happy-happy”
Fani:”Malas ah, gak ada yang nyawer”
Heni:”Kalian nyanyinya pakai kutang sama cangcut aza, lepas baju sama rok kalian, biar nanti di sawer si Aa, nanti juga kanjut si Aa cepet ngaceng lagi”

Lani:”Ya udah ayo Fan” Ucap lani yang lalu melucuti pakaiannya sendiri menyisakan celana dalam warna hitam dan bh merah saja.
Fani tampak ragu-ragu, tapi Heni segera berdiri dan menuntun Fani ketengah, lalu membantu Fani melepas kaos dan rok mininya hingga tersisa celana dalam warna ungu dan bh warna putih.
Heni segera kembali duduk di sofa.

Heni:”Ayo bergoyang lagi yang hot, biar cepat disawer”
Lani dan Fani pun segera bergoyang mengikuti irama music. Apalagi genre lagunya ceria membuat semangat untuk bergoyang.
Melihat mereka bernyanyi dan bergoyang hanya memakai pakaian dalam saja membuat hasrat saya kembali naik. Saya pun berdiri dan mengambil dompet saya.Ternyata uang saya sudah menipis. Heni tampak menyadari, dia mengambil tasnya dan mengambil dompet.
Heni:”Pakai uang aku saja aa, untuk nyawernya” Berbisik di telinga saya.
Saya pun segera mengambil uang Heni, karena memang tak ada persiapan sebelumnya, uang saya terbatas.

Saya pun segera menuju ke Fani dan Lani dalam kondisi saya masih telanjang bulat. Fani dan Lani yang hanya memakai pakaian dalam pun berusaha bergoyang se erotis mungkin.
Saya pun mulai memeluk Fani dari belakang, Saya pun mengambil selembar uang dan mulai menggesek-gesekan di selangkangan Fani. Sementara satu tangan lagi saya gunakan untuk meremas-remas susu Fani. Sedikit terdengar rintihan dari Fani saat dia sedang bernyanyi.
Fani:”Iiih om, geli memek Fani”

Setelah saya gesekan di selangkangan Fani, kemudian uangnya saya masukan ke dalam Bh Fani. Tak Terasa kontol saya kembali mengeras. Saya yakin Fani dapat merasakan kontol saya menyundul-nyundul belahan pantatnnya. Ku lihat Fani mematikan mic yang di pegang, dia tak lagi bernyanyi. Terdengar nafasnya terasa berat, mungkin Fani juga terangsang akibat perlakuan saya.

Fani:”aaakh Om…” ucapnya parau.
Suaranya malah membuat kontol saya semakin keras saja.
Heni:”Aa, awas kebablasan,si neng boleh diraba-raba, tapi jangan sampai diewe ya” ucap Heni mengingatkan saya. Ucapan Heni mebuat kontol saya sedikit melemas.
Sementara Fani sudah tak lagi bernyanyi hanya bergoyang memaju mundurkan pantatnya, Lani masih konsisten bernyanyi.
Ku Lihat Heni menatap ke arah saya dan Fani, sedikit membuat saya salah tingkah. Heni sepertinya menyadarinya.

Heni:”Sawer lagi aa, diraba-raba mah boleh, biar kanjut aa ngaceng lagi” ucap Heni kembali menyemangati.
Saya pun kembali mengulangi apa yg sebelumnya saya lakukan. Uang saweran saya gesekan lagi ke memeknya Fani dari luar celana dalamnya. Sambil menggosok, jempol saya mencari itilnya Fani dan setelah ketemu, saya pun menggesek dengan jempol tapi terlihat saya seperti sedang mengesekan uang.
Fani:” aaaah, ooooom…itil Fani jangan digituin”

Heni kulihat berdiri dan mengambil bh dan celana dalamnya lalu memakainya. Setelah itu dia menghampiri kami.
Heni:” Sini micnya neng, biar mamah yg nyanyi sama Lani” ucap Heni sambil mengambil mic dari tangan anaknya.

Heni:” Lan, ganti lagunya”
Lani:” Ganti lagu apa teh ?
Heni:” Lagu yg judulnya Ewean ada nggak sich?
Lani:” teteh ini ya gak ada”
Heni:”haha, ya ia pasti gak ada, lagu apa ya, lagu kuda lumping lagi Lan”
Lani pun segera menuju meja computer dan memilih-milih lagu. Music pun sudah mengalun kembali.

Heni pun mulai bernyanyi.
Heni:”Mati ternyata micnya, Ada satu permainan, permainan asyik sekali, orang naik orang, tapi telanjang, namanya ewean haha”
Heni tampak begitu riang, mungkin juga karena pengaruh minuman.
Saya pun mencoba nekat, kontol saya , saya selipkan dari belakang melalui celana dalam Fani. Fani sepertinya menyadari dan melebarkan pahanya. Kontol saya pun menyelinap dan menyundul-nyundul memeknya Fani.

Nafas Fani aku dengar semakin ngos-ngosan. Apakah Fani pasrah kalau aku memasukan kontolku ke memeknya. Pertanyaan tersebut berkecambuk di pikiran saya. Heni tampak tidak terlalu memperhatikan saya, hanya Lani yang tampak matanya terus melihat saya dan Fani meski mulutnya tetap bernyanyi.
Lani pun bergerak lebih dekat ke samping saya, otomatis Heni bergeser sedikit menjauh.

Heni nampak cuek, focus nyanyi dan bergoyang.
Heni:”Ada satu permainan, permainan asyik sekali, orang naik orang, tapi telanjang, namanya ewean…ewean…ewean..ditumpakan..ewean…ewean…ditumpakan”
Kepala kontol saya bahkan kini sudah masuk ke mulut memek Fani. Saya mendiamkannya dan terasa hangat. Sementara kedua tangan saya sudah berada dalam bh Fani memilin-milin puting kecil milik Fani.

Fani:”aaaah..uuuhhh” ucapnya tertahan.
Lidah saya pun menjilati kuping Fani berusaha membuat dia terangsang. Kemudian mulut saya melumat lehernya dan memberikan beberapa cupangan, sehingga leher Fani menjadi belang merah.
Fani:”Aaah, ampun Om, jangan dicupang leher Fani” ucapnya, tangannya menggengam telapak tangan saya yang berada di dalam bnya.

Saya mencoba mengoyang pelan pantat saya, membuat kepala kontol saya bergesekan dengan bagian dalam memek Fani yang terasa hangat. Terasa tangan Fani begitu dingin dan gemeteran.
Fani:”Om, nanti ketahuan ibu” bisiknya parau, di telinga saya di mana mulut saya masih menciumi lehernya. Tampak Fani juga khawatir ketahuan ibunya.
Saya:”Tapi kamu suka kan?
Fani:”Su…suka om” ucapnya terbata-bata dan pelan.

Saya:”Mau om masukin lebih dalam?
Fani:”Heh..maksudnya kontol Om?
Saya:”Ia, om masukan lebih dalam ya? Tanya saya dengan nafas saya yang menderu karena nafsu.

Fani:”Jangan Om, takut mamah marah, biar kepala kontol Om saja yang masuk ke memek Fani”
Saya pun menuruti permintaan Fani, karena biar saya diamkan saja, sensasi di dalam memek perawan sudah membuat saya melayang. Sebelah tangan saya sekarang turun dan meremas-remas pantat Fani, terasa begitu padat walau tidak besar.

Saat sedang asyik meremas-remas pantat Fani, tiba-tiba saya mendengar suara Heni.
Heni:”Enak aa, asyik banget”
Sontak saya terkejut dan langsung terdiam, begitu juga dengan Fani yang nampak pucat pasi. Rupanya Heni sudah ada di depan kami. Lagu pun sudah berganti tapi tak ada yang nyanyi, Lani pun hanya mematung di samping saya.

Kami semua terdiam, tampak Heni melihat saya mulai dari kepala dan turun ke bawah, dan berhenti matanya di selangkangan anaknya.
Heni:”Astaga” ucapnya sambil menggeser celana dalam Fani. Kini dia dapat melihat kepala kontol saya yang terbenam di memek anaknya, saya pun kini bisa melihat memek Fani yang memerah, dan bibir memeknya membuka lebar.

Saya benar-benar mematung, rasa khawatir akan Heni murka berkecambuk di dada saya.
Heni:”Neng, kamu dientot sama si Om?
Fani tampak menggelengkan kepalanya.
Heni:”Tapi itu kontolnya Om Dendi ada di dalam momok kamu?
Fani:”Kepala kontolnya saja mah, yang masuk memek neng” ucapnya pelan dan sedikit bergetar.

Kini Heni menatap saya, tapi saya segera menundukan kepala.
Heni:”Aa, tega ya, mau entot anak teteh, Fani itu masih perawan a”
Wajah saya seketika terasa panas, tapi keringat dingin justru bercucuran. Saya terpaku tanpa memberi jawaban apapun.
Heni:”Neng, kamu ini nakal banget, anak zaman now, kamu itu masih perawan, koq kamu biarin Om Dendi masukan kontolnya ke momok kamu?”

Fani pun menunduk lesu, yang aneh posisi kami masih sama.
Fani:”Aaabis…neng diraba-raba terus jadi sange mah”
Heni:”Terus kepala kontol Om Dendi nyantol di momok kamu, kamu ngerasa enak?
Fani:”Ia mah, enak” ucap Fani sambil menganggukan kepalanya.
Heni:”Dasar” ucapnya sambil mencubit hidung anaknya, kini Heni seperti tidak terlihat marah.

Heni:”Ya udah, mamah mah mau nyanyi lagi, terserah neng mau di lanjutkan gak sama si aa, tapi jangan nyesel nantinya, dipikirkan lagi, mamah saja biar begini-begini juga, dulu kehilangan keperawanan setelah dinikahi papah kamu, mamah baru nakal, malah sampai jadi pelacur baru sekarang-sekarang” Ucap Heni, dia pun melihat dan menatap saya, saya pun mencoba balas menatap dia.
Heni:”Terserah si neng aa, tapi jangan dipaksa kalau dia gak mau” aku seperti tak percaya mendengarnya.

Lalu ku lihat Heni berjalan menuju meja computer.
Heni:”Lan, sini, kita pilih-pilih lagu lagi”
Lani yang dari tadi bengong, setengah berlari menuju tempat Heni duduk. Kini mereka berdua duduk di depan computer.
Setelah tinggal berdua, saya pun berbisik di telinga Fani.
Saya:”Fan, kita lanjutkan”
Fani:”Ia om” ucapnya pelan sambil mengangguk.

Tangan saya kini memegang pergelangan tangan Fani pas di bawah sikut. Perlahan saya tarik kontol saya dan saya dorong kembali secara perlahan-lahan, lidah saya menyapu belakang telinga Fani agar dia kembali terangsang.
Fani:”Aaakh pelan Om uuuuh gelid an perih memek aku, jangan didorong” ucap Fani sambil sedikit menggerakan kepalanya menghidari jilatan saya.
Ku lihat Heni menatap kami sambil geleng-geleng kepala. Kini music kembali mengalun. Aku sendiri tidak hapal judul dan penyanyinya walaupun lagu ini cukup familiar di telinga saya.

Heni dan Lani kembali berdiri dan mulai bernyanyi dan bergoyang, kini mereka bernyanyi di depan kami. Pantat besar mereka yang hanya terbungkus cd membuat kontol saya di dalam memek Fani makin mengeras.
Fani:”Aakh ampuuun Om sakiiiit” ucapnya setengah berbisik di telinga saya, hampir saja tidak terdengar karena suara music yang mengalun kencang.
Saya pun mesti bersabar, saya diamkan sejenak, mungkin ¼ kontol saya sudah tenggelam di memek kecilnya Fani.
Fani:”uhhhh Om, penuh banget uuuh”

Saya pun menjadi serba salah, apakah perlu saya teruskan atau berhenti.
Tiba-tiba Heni berbalik dan menghampiri saya.
Heni:”Aa, maennya di sofa aza biar enak, harusnya sich di kasur, apalagi si neng pertama kali, masa diperawanin sambil berdiri” aku terkejut campur senang,berarti Heni sudah tidak masalah anaknya saya perawanin.

Saya pun mencabut kontol saya dan memangku Fani menuju sofa. Fani sepertinya memang pengen saya perawanin.
Saat sampai di sofa, Fani langsung saya rebahkan sambil mengangkang dengan sedikit mengangkat dan menekuk kedua kakinya. Saya pun segera naik ke atas sofa tepat di tengah-tengahnya. Saya tarik celana dalam Fani hingga terlepas dan saya taruh di samping saya. Saya pun melebarkan kedua paha Fani. Memek mungil Fani pun kini bebas menjadi santapan mata saya. Bulu-bulu halus dan mulai menghitam terlihat menghiasi bibir memek Fani.

Saya sudah tidak memperdulikan Heni dan Lani yang masih bernyanyi dan mungkin sedang mengamati saya. Kini saya membungkuk hingga kepala saya tepat di depan memek Fani. Saya sengaja tidak buru-buru memperawani Fani tapi mau membuat dia sange dulu agar tidak kesakitan. Saya elus-elus memek Fani yang belum terlalu lebat bulunya.
Saya mulai menjulurkan lidah saya menerobos ke dalam memeknya Fani sambil bibir memeknya saya buka dengan kedua tangan saya. Seketika Fani pun menggelinjang. Terlihat warna pink kemerahan di bagian dalamnya

Fani:”Aaagh, Om uuuh enak aaah, lidahnya masuk ke memek Fani” Ucap Fani sambil mengapit kepala saya menggunakan pahanya.
Itilnya Fani menjadi santapan lidah saya, itil mungil tepat di bagian atas memek Fani pun segera saya jilatin dan saya tekan-tekan menggunakan jempol saya.
Fani:”Aaaakh, Om gila geli tapi nikmat banget itil Fani enak” ucap Fani sambil menggelinjang. Saya pun harus menahannya agar tetap dalam jangkauan lidah saya. Lidah saya kembali menari-nari tepat di itilnya Fani. Memek Fani pun menjadi sangat lembab. Tiba-tiba pundak saya terasa ada yang menepuk.
Saya pun menoleh, ternyata Heni sudah duduk di tepi sofa.
Heni:”Hehe, lanjutin a, demi teman bisnis, anak pun teteh serahkan haha, tapi tentu gak gratis”
Saya tidak perduli dengan omongan Heni, tidak gratis pun gak masalah, yang penting hasrat tersalurkan.

Heni:”Neng kumaha(bagaimana) enak?
Fani”Enak mah, itil neng dijilatin Om Dendi, pantes mamah oge klepek-klepek djilatin itilnya”
Heni:”Neng kamu mau minta apa sama si Om sebagai ganti perawan kamu?
Fani:”Nanti aza mah” tampaknya Fani tidak memperdulikan hal tersebut, sepertinya dia lebih tertarik merasakan bagaimana hubungan badan.

Heni:”Salah aku juga aa, lingkungan pelacuran, terus si neng suka ngintip aku diewe sama kang saiful suami aku, jadinya anaknya penasaran pengen ngerasain ewean”
Saya tidak menjawab atau mengomentari omongan Heni, saya tetap focus menjilati memek Fani.
Fani:”Aaah, mah, Fani gak kuat uuuh” Fani pun mengejang mencapai orgasmenya.
Memek Fani menjadi banjir, saya sengaja tidak menusuknya menggunakan jari.
Saya pun bangkit duduk masih di tengah-tengah selangkangan Fani.

Aku pun menoleh kepada Heni. Heni tiba-tiba menarik kepala saya dan melumat bibir saya. Kami pun saling berciuman. Padahal mulut saya baru saya pakai untuk menjilati memek anaknya.
Cukup lama kami berciuman, sampai Heni kemudian melepaskan ciuman kami.
Heni:”Jadi sange lagi aku, liat momok anak aku kamu obok-obok a hihi”
Saya:”Sekarang sudah waktunya teh, untuk belah duren” ucap saya sambil berbalik kepada Fani yang masih terlentang kelelahan.

Heni kemudian berdiri dan duduk kini di samping kepala Fani. Dia mengelus-elus kepala anaknya.
Heni:”Udah siap diperawanin neng?
Fani:”Mau mah, pengen tahu rasanya, abis kalau liat mamah sepertinya enak banget”
Heni:”Hehe, kamu ini gak punya pacar kah? Kenapa milih si Om untuk perawanin kamu?
Fani:”punya mah, tapi malu ngajak gituan ke pacar aku, lagian si om kontolnya gede, mamah aza sampai keenakan gitu, aku jadi penasaran”
Heni:”Anak ini, tapi kamu gak takut sakit apa?
Fani:”Kata temen neng ya udah pernah ewean, pertama memang sakit, tapi seterusnya enak”
Heni:”Wah gila kamu neng, memang lingkungan bikin kamu kayak gini, ya udah, aa, di ewe aza si neng, tapi pelan-pelan ya” Ucap Heni

Saya pun segera melebarkan kaki Fani yang tadi sempat merapat. Setelah memeknya terbuka, saya pun segera menempatkan kontol di tengah-tengah selangkangannya.
Heni:”Neng, kamu kocok-kocok dulu kontolnya si aa” Ucap Heni memberi intruksi.
Fani pun segera menggenggam kontol saya dan mengocok-ngocoknya.
Sebenarnya tanpa itu pun kontol saya sudah tegang maksimal.
Fani:”Gimana udah mah?
Heni:”Udah, biar kamu gak nervous aza neng, sini biar mamah yang paskan ke lubang momok kamu” ucap Heni sambil mengambil alih kini dia yang memegang kontol saya. Saya tidak tahu di mana Lani berada. Heni pun mulai menekan kontol saya ke memek anaknya.
Saya pun mendorong secara perlahan-lahan, Fani tampak memejamkan matanya sambil menggigit bibir bawahnya, mungkin dia sedikit ketakutan.
Seperti sebelumnya, kini kepala kontol saya sudah terbenam di memek Fani.
Fani:”Bentar ya Om” ucapnya sedikit bergetar,sepertinya Fani makin ketakutan. Saya pun menoleh kepada Heni,Heni pun mengangguk.

Heni:”Tahan dulu a, kayak gak pernah merawanin aza, sama aza kayak aa dulu merawanin istri aa”
Saya pun berhenti, membiarkan Fani menyesuaikan diri. Setelah beberapa saat Heni pun menyuruh saya mulai lagi.
Heni:”Udah, ewe” ucap Heni sambil menepuk punggung saya.
Saya pun kembali mendorong perlahan kontol saya, terasa begitu sempit dan terjepit dengan erat,mau tidak mau saya harus sedikit memaksa.
Fani:”Aaaah, sakiiit mah, uuuu, memek aku sakit”
Heni:”Salah kamu sendiri, sekarang rasain, bonganna, pake pengen diewe segala” ucap Heni malah seperti memarahi anaknya.
Saya pun kembali berhenti karena melihat Fani kesakitan, malah saya lihat dari sudut matanya mengalir cairan bening pertanda dia betul-betul kesakitan.

Heni:”Malah berhenti si aa, udah ewe, genjot, nanti juga bakal keenakan si neng kalau sudah terbiasa”
Mendengar ucapan Heni barusan saya pun kembali mendorong kontol saya lebih kuat lagi. Seketika Fani pun menjerit kesakitan.
Fani:”aaaaw, sakit Om udah berhenti dulu” sambil tangannya menahan dada saya.
Heni:”Udah,tancepin aza aa, gak bakal tuntas tuntas, neng tahan aza, mau nangis-nangis aza, mau gimana lagi”
Saya pun segera mendorong kembali kontol saya yang sudah masuk separuhnya. Blessek, kali ini saya tekan lebih kuat,

Fani pun meronta, tapi segera kedua tangannya dipegang oleh Heni.
Fani:”Aawww, mamah memek aku sakit, uuuuuuhhhh ampun, anjiiing” Fani berusaha berontak.
Heni:”Dekap a, biar gak berontak” saya pun segera mendekap Fani sambil menyodokan kontol saya sekaligus dan terasa kontol saya seperti menembus dan merobek sesuatu, yang saya yakin itu selaput daranya Fani.
Saya pun berusaha melumat bibir Fani tapi dia berusaha menghindar.


Fani:”Anjiiiiing, sakit banget, aaah lepasin ******, udah om, aku gak mau, sakit” saya pun seketika berhenti dan menoleh ke Heni.
Heni:”Udah robek belum selaput daranya” sambil matanya melihat lebih dekat ke memek anaknya.
Saya:”Udah ….”
Heni:”Ewe, terlanjur, udah jebol juga perawannya Fani, tapi sedang aza, ia itu darahnya mulai keluar” dan benar, dari sela-sela memek Fani pun terlihat cairan merah.

Saya pun segera menggenjot memeknya Fani. Ploook..plooook..ploook, Fani pun tetap berontak.
Fani:”sakiiit, anjiiing, kampreeet ampun”
Lani:”Udah, tahan dulu Fan, nanti juga enak, selaput dara memek kamu itu udah robek”
Tiba-tiba terdengar suara Lani, ternyata dia sudah berdiri memperhatikan saya yang sedang menyetubuhi Fani.
Lani:”Udah jabot selaput daranya teh?
Heni:”Gimana kamu sange juga gak lihat anak aku diperawanin, aku malah sange, biar dia jerit-jerit kesakitan”
Lani:”Haha, ia, aku juga teh, makanya lihat dari dekat” ucap Lani dan kulihat dia meremas-remas payudaranya sendiri.

Saya pun baru sadar, mungkin karena tadi tegang, saya kurang merangsang Fani. Saya pun segera mengeluarkan payudara Fani dari bhnya yang masih terpasang dan segera saya remas-remas.
Fani sudah tidak terlalu berontak, tapi masih terisak-isak. Saya pun mencoba mempercepat genjotan saya. Kini saya mendekap Fani dan mulut saya menghisap puting susunya. Sementara Heni masih memegangi tangan anaknya meski sudah tak lagi berontak.

Heni:”Gimana neng, enakan sekarang?
Fani:”Uuh ia mah, enakan, tapi masih perih”
Heni:”Yaw ajar kalau perih, selaput dara kamu baru aza robek, nanti kamu minta sama si om, pengen hadiah apa, mahkota dan kehormatankamu sudah direnggutnya”
Fani:”ia Mah”
Saya pun sekarang makin merasakan nikmat, rasanya sempit dan betul-betul jepit, saya pun kadang harus lebih perlahan dalam menggenjot Fani, bukan karena takut dia kesakitan, tapi khawatir saya jebol.

Heni:”Gimana a, enak gak momok perawan anak aku?
Saya:”hehe, enak banget teh,sumpah gak nyangka Fani mau saya perawanin”
Heni:”Ia, aku juga, anak aku ternyata sudah gede ya, udah mau ngerasain nikmatnya ewean”
Fani yang diomongin nampak tersenyum, kali ini dia sudah rileks, wajahnya terlihat manis, langsung saya sambar bibirnya dan saya lumat. Kami pun berciuman.

Efeknya saya merasa sprema saya sudah sangat sulit saya bendung, saya pun mempercepat genjotan saya sampai sofa pun berderit.
Lani:”Si aa udah mau keluar kayaknya teh”
Heni:”Aduh, untung kamu ngasih tau, aa mau bucat, bucat di mulut aku aza ya”ucap Heni.
Saya:”Aaagh, aku gak kuat” saya genjot sekuatnya sampai Fani kembali menjerit-jerit.

Fani:”aaakh Om memek Fani masih perih”
Saya gak kuat lagi, langsung saya cabut kontol saya dan sprema saya pun muncrat ke wajah mamahnya Fani.
Heni pun nampak kaget.
Heni:”aaaah, malah kena wajah, masuk ke mata lagi, banyak banget peju aa, padahal tadi udah keluar di momok aku” Ucap Heni mengelap matanya yang terkena pejuh saya.

Saya pun segera bersender di senderan sofa, kulihat Fani masih ngangkang sambil ngos-ngosan.
Ku Lihat Lani mengambilkan tissue dan Heni mengelap mukanya dengan tissue yang diberikan Lani.

Heni:”Muka mamah jadi bau peju kieu neng”
Fani:”Hehe, tapi sumpah Fani suka lihat wajah mamah belepotan peju”
Heni:”dasar anak bandel” ucapnya sambil membersihkan wajahnya dengan tisu.
Heni:”Gimana enak gak ewean neng?
Fani:”belum begitu nikmat mah, abis masih perih banget, tapi kalau gak perih kayaknya enak banget” ucap Fani sambil membersihkan memeknya yang berdarah menggunakan tissue.

Heni:”Kamu gak usah bilang apa-apa sama papah kamu nanti ya?
Fani:”Ia pasti dong mah, masa aku bilang abis diperawanin sama si Om”
Heni:”Bagus, bisa pingsan papah kamu kalau tahu” Ucap Heni yang lalu berdiri.
Saya:”Mau ke mana teh?
Heni:”Mau pipis ke kamar mandi..ikut?
Saya pun segera berdiri mengikuti Heni.

Heni:”Eh, ikut beneran” ucapnya sambil berjalan di depan saya, pantatnya yang besar pun bergoyang-goyang.
Sambil berjalan di belakangnya, beberapa kali saya tepok pantanya Heni.
Heni:”Aduh, udah, nabokin mulu bool teteh sakit tau”
Kami pun segera masuk ke dalam kamar mandi. Heni pun segera berjongkok menghadap saya dan kencing. Memeknya tampak merekah dan cuuuur….air kencingnya keluar dengan deras.

Heni pun segera cebok. Lalu berdiri dan membenahi celana dalamnya lagi.
Setelah Heni selesai saya pun segera kencing.
Saya:”hehe, makasih teh pakai dipegangin segala” Heni mememang memegangi kontol saya selagi saya kencing. Dia pun kemudian mencuci kontol saya.
Setelah selesai kami pun segera keluar dari kamar mandi.
Heni:”aa jad nginep kan?
Saya:”Ia jadi dong”
Heni:”Masih kuat kan, aku masih sange” ucapnya sambil mengelus-elus bagian depan cdnya.
Saya:”Kenapa gak minta sama yang di rumah? Paling butuh istirahat sebentar, pasti keras lagi”
Heni:”Kalah ganteng sama aa, aa lebih nafsuin” ucap Heni.

Kami pun sudah sampai dan segera duduk di sofa. Tampak Fani sudah duduk dan Lani sudah memakai pakaiannya secara lengkap.
Heni:”Neng, bersih-bersih dulu, ayo kita pulang”
Fani:”Anter dong mah, masih perih nich mau jalan”
Heni pun berdiri dan menuntun atau lebih pasnya memapah anaknya menuju kamar mandi.

Saya pun segera memakai semua pakaian saya. Setelah selesai saya mengambil beberapa lembar uang kertas dari dompet yang masih tersisa dan memberikan kepada Lani.
Lani:”Makasih banyak Om, Om beruntung banget malam ini, dapet memek perawan”
Saya:”Ia, tapi belum sempat nyobain memek kamu”
Lani:”Gampang om, lain kali ke sini lagi, nyobain heunceut aku”
Mendengar itu saya langsung teringat Dewi istri saya.
Saya pun segera mengecek hp saya, tapi tak ada pesan apapun dari Dewi. Tumben dia gak nanya-nanya saya di mana atau karena memang saya sudah ngasih kabar sebelumnya jadi Dewi tak risau.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Seks: Bocah Nyusu Plus Ngentot Efni

Mama Gitu Dehh 1 - 5

Tukang Kebun yang Menggarap Memekku