Binalnya istriku dewi 34

POV Husband


Hari sabtu ini istri saya sudah berangkat dijemput bosnya si David untuk pergi ke Jakarta, istri saya sudah meminta izin ke saya, juga menceritakan semuanya, deal alias kesepakatan dia dengan si David.
Saya sempat mempertanyakan masalah Luna, katanya sdh ada perkembangan positif tapi tidak mungkin hari ini karena besok libur tentu akan sulit mencari alasan ke suaminya ketika si Luna pergi dari rumahnya .
Terpaksa saya masih harus bersabar lagi.

Saya pun memilih bermain bersama anak-anak, tapi lama kelamaan menjadi bosan juga. Sekarang sudah jam 1 siang, anak-anak sedang pada tidur siang, saya bengong sendiri menonton tv.

Saya melihat-lihat hp, lalu tiba-tiba teringat akan teh Heni. Apalagi saat kemaren waktu deal istri saya untuk melayani seorang anggota dewan pun kita tidak bertemu langsung hanya via telepon, padahal dia meminta saya datang ke rumahnya.
Akhirnya saya putuskan untuk main ke rumahnya, apalagi jam segini mungkin masih sepi. Saya pun segera menemui bu Heti untuk menitipkan anak-anak dan bilang kalau saya ada urusan dan kemungkinan bisa nginep di tempat temen. Saya tidak terlalu khawatir menginggalkan rumah karena ada Jaka di rumah, Jaka sekarang sdh kerja di kantor saya sebagai admin meski di department yang berbeda dengan saya.

Sambil mengingat-ngingat kembali lokasi tempat Heni saya pun meluncur membawa mobil Fortu*er milik istri saya. Karena jarak yang tidak terlalu jauh, 20 menitan saja saya sdh sampai di area pasar kosam*I.

Saya sempat bingung mencari gang yang dituju, karena dulu memang pergi bersama Wilton suami si Ida.
Akhirnya ketemu juga, saya memang lupa nama gangnya tapi ada beberapa ciri yang saya ingat, saya pun masuk ke dalam gang dan akhirnya sampai ke tempat di mana dulu, saya dan wilton parkir. Si Tukang parkir langsung melambaikan tangan dan mengarahkan ke posisi mana saya harus parkir. Setelah parkir saya pun berjalan menuju ke Rumah Heni.

Akhirnya sampai juga, mungkin sekarang sudah jam 1, cuaca terasa sangat terik.
Pagar tertutup rapat, saya pun agak ragu-ragu mau masuk ke dalam.
Saya putuskan untuk menelepon Teh Heni dan ternyata langsung di angkat.
Saya:” Hallo Teh Heni …”
Heni:” Hallo, Dendi ya..”
Saya:” Ia”
Heni:” Wah sombong nich gak mau main ke sini…mau nyari job lagi buat istri kah, saya masih ada stock orang nich..” ucapnya langsung nyerocos.

Saya:” Hehe, nggak, saya ini ada depan pagar rumah Teh Heni, tapi tertutup rapat”
Heni:” Yang bener, ya udah tunggu, saya bukain”
Saya pun segera menutup panggilan ke Heni.

Tak lama kulihat seorang perempuan berbadan bohay yang tak lain adalah Heni keluar hanya memakai daster warna ungu kombinasi putih motif kembang-kembang tanpa lengan, kenapa tanpa lengan ya, mungkin dia seneng pamerin ketiaknya kali.

Heni segera menghampiri pagar dan membukanya.
Heni:” Ayo masuk A, kenapa gak ngabarin dulu”
Saya tidak menjawab tapi segera masuk melewati pintu pagar, Heni segera menutup pintu pagar kembali.
Saya:” Sengaja biar kejutan”
Heni:” Bisa saja” sambil mencubit lengan saya.
Saya:” Uhh, panjang kuku jempolnya”
Heni:” Alah, segitu aza”
Heni pun berjalan mendahului saya, saya mengikutinya dari belakang, pantatnya bergoyang-goyang. Di halaman ku lihat cukup banyak motor, mungkin karena hari Sabtu jam segini sudah rame.

Saya dan Heni pun segera masuk ke dalam rumah dan Heni mempersilahkan duduk di sofa dekat pintu.
Saya pun segera duduk di sofa tersebut, saya lihat keadaan rumah sepi, tak terlihat suami Heni dan anaknya yang pernah saya lihat waktu bersama Wilton.
Sementara Heni duduk di belakang meja yang semacam meja receptionistnya itu.

Saya:” Kenapa gak pakai security saja teh untuk jaga pintu pagar tuch”
Heni:” Kalau pakai penjaga, pertama rugi harus bayar, biaya lagi dan kedua terlihat mencolok, jadi mereka yang datang buka pagar sendiri udah biasa”
Saya:” Oh gitu ya”
Heni:”Bentar aku ambilkan minum ya, atau mau minuman dingin biar kuambil dari kulkas” Sambil menunjuk kulkas yang ada di dekat situ.

Saya:” Tidak usah repot-repot, gampang itu”
Tapi kulihat Heni tetap mengambil minuman fant* dua botol dan satunya ditaruh di samping saya.
Heni lalu kembali duduk di tempatnya semula.

Heni:” Gimana kabarnya istri AA, gak diajak main ke sini?
Saya:” Baik, tapi lagi ada tugas kantor ke luar kota, makanya saya maen ke sini”
Heni:” Ohhh..sering-sering aza kalau gitu istrinya ke luar kota biar AA sering main ke sini hehe”
Saya hanya mesem saja.

Saya pun mengambil minum yang diberikan Heni dan meminumnya.
Heni saya lihat berdiri dan pindah duduk di sebelah saya.
Heni:” Jadi AA sengaja ke sini?
Saya:” Ia, kangen sama teteh”
Heni:” Bisa aza, dari kemaren aku tanya kapan mau ke sini gak ada jawaban hehe” sambil kembali mencubit lengan saya.

Saya:”Aduh,sakit tau..nich aku balas”, sambil aku jawil payudara kiri Heni menggunakan tangan kanan saya, kebetulan dia duduk di sebela kiri saya.
Heni:” Aw, kepencet pentilnya”
Saya:” Hehe, enak tapi, kalau aku dicubit perih, kuku jempol teh Heni panjang gitu”
Heni:” Haha, sorry, gak usah cemberut gitu, ia jadi AA mau dipijit”
Saya:” Mau yang plus-plusnya aza”
Heni:” Hahaha…ia udah pasti itu tergantung nego sama terapistnya”
Saya:” Nego sekarang saja…”
Heni:” Maksudnya sama saya lagi…?

Saya:” Ia dong kangen ini” sambil aku angkat tangan kiri Teh Heni hingga ketiak berbulunya terlihat, saya pun menjulurkan lidah, tapi buru-buru Heni menarik tangannya.
Heni:” Aw, AA ini nakal banget ya…”
Saya:” Ayo, udah gak tahan ini?
Heni:” Segitunya, kayak lama gak dapat jatah..”
Saya:” Ia, istri saya ngasih jatahnya sama orang lain terus, sama suaminya jadi jarang” ucapku memasang muka sedih.

Heni sempat terdiam menatapku beberapa saat.
Heni:” Ciyus..?
Saya:” Gitu dech, banyak job”
Heni:” Hehe, tapi bukannya aku gak mau AA, belum lama, paling 30 menitan sebelum AA datang aku habis ngentot sama suami”
Saya:” Ogh, jadi teteh lemes, ya udah sama yang lain gpp dech”
Heni:” Bukan lemes, masih sangguplah teteh ngelayanin aa, tapi di kamar suami aku tepar, masa aku bangunin karena aku mau ngentot sama aa…”
Saya:” Kan bisa pakai kamar lain…?
Heni:” Kayaknya siang ini beneran gak bisa, gimana AA saya beri si Kokom dulu, nanti malam baru sama Teteh, boleh sampai pagi, itupun kalau kontol aa kuat hehe, gimana?

Saya:” Siapa Kokom itu, memang kalau sampai pagi nanti suamui teteh tidur di mana?
Heni:” Qomariyah, teteh pernah cerita kan, sehari-hari kalau di rumah pakai jilbab kayak suami aa, tapi kalau kerja ya nggak, dan dia Cuma kerja pagi sampai sore aza, malam gak kerja, kalau mau sampai pagi, urusan suami aku nati aku atur yang penting bayarannya sesuai hehe”
Saya:” Cakep gak si Kokom itu?
Heni:” Relatif kalau cakep, tapi banyak yang suka”
Saya pun menjadi penasaran seperti apa si kokom itu.

Heni:” Ya udah biar ku panggil bagaimana?
Tapi sebelum aku jawab obrolan kami terhenti karena datang dua orang lelaki dari tengah rumah, sepertinya mereka habis di pijit.
Heni pun segera berdiri lalu menyapa mereka.
Heni:” Udahan aa?
Cowok 1:Udah Teh”
Heni:” Puas dong, jangan lupa kembali lagi”
Cowok 1:” Ia pasti teteh, kami permisi” kata salah satu cowok sambil tangannya menjawil dagu Heni. Lalu ke dua orang tersebut berjalan menuju pintu diikuti Heni dan mereka pamit.

Heni pun kembali duduk di samping saya.
Heni:” Jadi aku panggilin?
Saya:” memang dia lagi gak ada tamu?
Heni:” Gak ada, tadi pagi ada 2 orang tapi sdh pulang…”
Saya:” Udah bekas orang dong..”
Heni:” Tenang, semua wajib pakai kondom, tapi khusus aa kalau gak mau pakai kondom nanti aku bilangin ke Kokom, gimana?
Saya:” Ok dech kalau begitu…”
Heni pun bangun dan lalu hendak berjalan meninggalkan saya.
Plaakkk…saya tepok pantat semoknya.

Heni:” Aw, sakit tahu”
Saya:” Hehe cepetan Teh, saya lagi bête nich”
Heni:” Pengen ginian ya” sambil mengacungkan kepalan tangan kananya dengan ibu jari di jepit dua jari lainnya.
Lalu Heni pun berlalu.

Saya bengong sendiri, tapi tak lama Heni datang lagi dengan seorang wanita yang lebih pendek, perawakannya mirip Ida, tapi sedikit lebih gemuk dari Ida, memakai kaos putih tanpa lengan bergambar hello kity dan memakai celana kulot warna coklat muda.

Heni dengan perempuan tersebut lalu menghampiri saya yang sedang duduk.
Heni:” Kenalin nich AA, Kokom..oke kan”
Kokom pun mengulurkan tangannya dan saya segera menyambutnya.
Kokom:” Kokom Pak”
Saya:” Dendi, gak usah panggil Pak, panggil aa saja seperti Teh Heni biar akrab”
Kokom:” Ia a..”
Kokom kulihat lumayan manis juga, mesti kulitnya sawo matang, rambutnya dijepit ke atas menambah manis tampilannya.

Heni:” Ya udah a, langsung ke kamar saja, sdh teteh bilangin ke kokom aa gak suka pakai kondom, aa boleh gak pakai kondom, aa beruntung Kokom lagi gak subur jadi boleh buang di memek” Ucap Heni vulgar, mungkin ditempat beginian ngomong begitu bisa di mana saja, tidak harus di kamar dan sama siapa saja.
Kokom:” Ih Teteh, jadi malu”
Heni:” wajar, memang kamu punya kemaluan kan hehe”
Kokom:” Ya udah aa ayo” sambil mengulurkan tangannya dan memegang pergelangan tangan saya.

Saya pun segera berdiri lalu Heni kembali ngomong ke Kokom.
Heni:” Titip ya Kom, berikan servis paling special ya”
Kokom:” Tenang teteh, yuk a”
Sambil menuntun saya, saya berjalan bersama Kokom meninggalkan Heni melalui tengah rumah.

Lalu kami keluar lewat dapur dan berjalan menuju bangunan yang mirip barak walau masih menyambung dengan ada teras dengan bangunan utama.
Saya lihat di depan yang mirip barak ada beberapa perempuan dan laki-laki sedang duduk-duduk. Kokom cuek saja melewati mereka dengan menuntun saya masuk melalui pintu utama yang terbuka, kami melewati beberapa kamar yang tertutup lalu berhenti di depan sebuah kamar di tengah-tengah.

Kokom segera membuka pintu dan kami pun segera masuk. Kamar tersebut tidak begitu luas, hanya ada lemari, tv dan sebuah ranjang kecil, dinding pembatas antar kamar dan bagian depannya terbuat dari triplek, hanya bagian belakang yang tembok.

Kokom:” Duduk dulu a, atau kalau mau ke kamar mandi dulu silahkan”
Kebetulan saya ingin kencing, saya pun membuka pintu kamar mandi yang ada di bagian belakang, ternyata kamar mandinya hanya ditutupi seng saja sampai dada dan atasnya terbuka, paling tidak kepala kita kelihatan, tapi di belakang cuma kebun singkong saja. Tanpa atap juga.

Saya pun segera kencing, di situ tersedia air dalam sebuah drum. Setelah selesai saya pun kembali masuk ke dalam kamar. Saya sedikit terkejut karena Kokom sekarang sudah mengganti celana kulotnya dengan rok kain yang sangat pendek warna hitam sedang atasanya masih memakai kaos putih yang tadi dipakainya.

Kokom:” Aa mau di pijit dulu apa langsung?
Saya:” Dipijit dulu, kebetulan pegal-pegal..”
Kokom:”Ya udah, bajunya dilepas aza aa”
Saya pun segera melepas semua baju dan hanya meninggalkan celana dalam saja.
Kokom mengarahkan saya untuk tengkurap di tempat tidur. Saya pun segera mengikuti intruksinya.
Setelah saya tengkurap, Kokom pun naik ke atas ranjang dan menduduki pantat saya. Saya pun menoleh kebelakang, pahanya mulusnya pun tersingkap karena kain roknya terlipat.

Kokom pun sepertinya menuangkan seusatu ke punggung saya, dan kemudian mulai memijit saya. Ternyata pijitannya cukup enak dan bertenaga, beda dengan pijitan Dewi,malah lebih enak dari pijitan bu Heti.

Sambil di pijit saya pun mengajak ngobrol Kokom.
Saya:”Kokom blh sambil ngobrol dan nanya-nanya gak? Saya memanggil nama karena saya yakin umurnya masih jauh di bawah saya
Kokom:” Boleh a, asal kalau nanya jangan yang susah-susah hehe”
Saya:” Bukan nanya ujian koq, tapi kalau keberatan jawab gak usah dijawab cuma dari pada diem aja”

Kokom tetap memijit saya lalu menjawab.
Kokom:” Ia a..”
Saya:” Sudah lama kerja di sini?
Kokom:”Lumayan hampir 5 bulanan aa..”
Saya:” Oh Lumayan juga ya, pantes pijitannya enak”
Kokom:” Biasa saja a, kalau aa nyari yang pijitannya enak bagusan sama yang sudah lama banget, ada Rita, Noni terkenal di sini pijitannya enak..”
Saya:” Tapi teh Heni rekomendasikan kamu ke saya, tapi saya pikir gak salah pijitan kamu memang enak koq…”
Kokom:” kata Teh Heni karena aa suka yang pakai jilbab, tapi kalau kerja saya gak pakai jilbab, masa kerja di tempat beginian pakai jilbab hihihi”
Ucapkan sambil tertawa sendiri.

Saya:”Ia, saya suka yang pakai jilbab karena istri saya juga berjilbab”
Kokom:” Oh…Kata Teh Heni aa suka yang bulu keteknya lebat, aku ada juga sich tapi perasaan gak lebat banget..”
Saya menoleh kebelakang dan Kokom mengangkat sebelah tangannya ke atas memperlihatkan bulu ketiaknya, memang tidak terlalu lebat tapi tetap tampak hitam.

Saya pun tadi tidak terlalu memperhatikan, baru sadar sekarang keteknya berbulu juga.

Saya:”Teh Heni tau aja selera saya hehe”
Pijatan Kokom sudah sampai pinggang saya dan sepertinya mau pindah ke pantat.
Kokom:” Sempaknya saya buka ya a..”
Tanpa menunggu jawaban saya Kokom menarik celana dalam saya, saya pun mengangkat badan saya untuk memudahkan Kokom menarik cd saya.

Cd saya pun sudah terlepas, dan kontol saya pun sdh ngaceng karena melihat keteknya Kokom tadi. Sehingga sedikit tidak nyaman karena saya tengkurap. Kini Kokom mulai memijit pantat saya dan mengolesan minyak juga, sekarang dia menduduki betis saya.

Saya merasakan sedikit berbeda dari saat Kokom duduk di pantat tadi, saya rasa sekarang kulit saya bersentuhan langsung dengan kain celana dalam Kokom, sementara sebelumnya rok Kokom melipat. Saya pun menoleh ke belakang sebentar, dan benar saja kali ini Kokom mengangkang dan roknya tidak melipat jadi betis saya langsung bersentuhan dengan selangkangannya.

Kokom pun memijat pantat saya, tangannya kadang turun dan menyentuh buah zakar saya. Saya pun coba menggesekan betis saya ke memek dia, terasa dia sedikit bergerak kaget mungkin tapi tidak complain, beberapa kali saya ulangi, dan dia diam saja.
Bahkan beberapa kali Kokom meremas buah zakar saya dan mengoleskan minyak juga. Pijatan Kokom sudah berpindah ke kaki saya.

Kokom:”Depannya a..” sambil berpidah dan duduk di samping saya yang masih tengkurap.
Saya pun segera berbalik terlentang, tangan saya menutupi kontol saya yang sdh tegang dari tadi.
Kokom:” hehe gak usah ditutupin a, Kokom udah biasa lihat koq”
Saya pun mesem dan menaruh kedua tangan saya di samping .

Kokom:” Hehe, udah celegeng aza kontolnya Aa”
Saya:” Gimana gak ngaceng, lihat paha mulus kamu, terus buah zakar aku diremas mulu”
Kokom:”Hehe, ya udah saya lanjut lagi ya” Ucap Kokom sambil menggeser duduknya, kini berada di samping dada saya, lalu dia menuangkan cairan lotion/minyak ke badan saya dan mulai memijit bagaian bawah bahu saya.
Saya:” Koq gak duduk kayak tadi?
Kokom:” Maksudnya a?
Saya:” Tadi kan kamu dudukin pantat saya, sekarang duduk di sini” sambil saya menepuk paha saya sebelah kiri dan kanan.

Kokom:” Nanti itunya patah kalau saya dudukin heheh” ucapnya sambil menyentil kontol saya.
Saya:” aw sakit, Hehe, justru makin keras kalau di dudukin”
Kokom saya lihat tersenyum lalu berpindah dan duduk di antara kedua paha saya, kontol saya tepat di hadapannya, dia menutup kontol saya dengan roknya.
Kokom:” Hehe, gak keliatan…” ucapnya sambil tersenyum.
Kokom kembali memijati saya, kali ini dia memijati dada saya, lebih tepatnya mengelus-elus.

Saya kembali mengajak Kokom mengobrol.
Saya:” Kom kamu sdh punya anak?
Kokom:” Sudah a, sdh 2 malah, makanya aku harus ikut kerja keras, suami aku buruh bangunan”
Saya:” Suami tahu Kokom kerja di sini?
Kokom:” Tahu a, ya namanya kebutuhan a, tapi aku kerja pagi sampai sore saja, kadang-kadang malam kalau lagi butuh uang banget, soalnya kalau pagi sampai sore jarang juga tamunya, kecuali sabtu minggu agak lumayan”
Saya:” Oggh.., kenapa gak pilih malam saja”
Kokom:” Ya, kan malam saya harus layanin suami”

Saya:” Terus kalau siang anak-anak kamu siapa yang jagain?
Kokom:” Ada, di titipin sama kakak saya..”
Saya:” Oh, tapi kakak kamu gak tahu kan kamu kerja di sini?
Kokom:” Tahu, kakak saya juga kerja di sini, tapi malam”
Saya:” Oh..sorry banyak nanya”
Kokom:” Gpp biasa saja”
Sambil memijati dada saya, beberapa kali badan Kokom ikut maju mundur dan memeknya beberapa kali berbenturan dengan kontol saya. Sayang dia masih memakai celana dalam.

Kali ini tangan Kokom bermain-main mengusap puting susu saya membuat saya meleguh geli tapi juga enak.
Saya:” Uggh gak tahan aku Kom”
Kokom:” Tiba-tiba Kokom menudukan badannya dan menjulurkan lidahnya menjilati puting susu saya.
Saya:” Aggh,…” Reflek tangan saya meremas-remas pantat besar Kokom, kontol saya saya sodokan ke arah memeknya.
Kokom:” Aw, kontolnya nakal aa, nyodok-nyodok memek aku”
Saya:” Gak tahan aku Kom, cepetan ah, udah pijitnya”
Kokom pun tersenyum, lalu bangkit dan turun ke betis saya. Sengaja dia menggesekan memeknya dari mulai Paha sampai betis saya.

Kontol saya kini kembali terlihat, sdh tegak sempurna, tak lagi tertutup rok Kokom.
Kokom pun kembali menundukan kepalanya dan mulai menjulurkan lidahnya dari bawah ke atas menjilati kontol saya, tangannya memainkan buah zakar saya.
Lalu Kokom pun memasukan kontol saya ke mulutnya….Slurrruup…sluuurrrup..
Saya:” Uggh..” ternyata Kokom cukup lihai juga tehnik nyepongnya.
Karena dari tadi saya sdh ngaceng, saya meminta Kokom berhenti.
Saya pun mendorong Kokom hingga terlentang, lalu saya melepaskan kaos milik Kokom.
Kokom:” Sabar a, aw” Kokom menjerit, karena begitu kaosnya terlepas saya segera menjilati ketiaknya, agak bau asem sich tapi malah membuat saya semakin terangsang. Lidah saya menelusuri setiap lekuk dan ketiak Kokom, membuat bulu ketiak kokom basah.

Kokom:” Aggh A, ampun geli banget,Kokom gak kuat ketek kokom di jilatin” Kokom berusaha meronta tapi saya tahan dan tak saya hiraukan saya tetap menjilati ketiaknya , setelah puas di ketiak satu saya pindah ke ketiak lainnya.
Kokom:” Ah, ampun a, geli hihi” tangannya berusaha menahan kepala saya, tapi tak saya hiraukan.
Setelah puas saya mulai berpindah menjilati bagian atas payudara Kokom yang tertutup bh warna hijau.
Kokom:” Ah, biar Kokom lepas beha dulu” Aku pun bangkit sejenak membiarkan Kokom melepas bhnya.
Setelah lepas saya segera mencaplok puting kokom yang cukup besar dan panjang coklat kehitaman, saya segera menjilatinya dan menghisapnya, sayangnya biar besar tapi tak ada asinya.

Kokom:” Aggh, ugggh…” Kokom mulai meleguh keenakan.
Setelah puas di satu payudara saya berpindah menjilati payudara lainnya.
Puas bermain di payudaranya, saya segera melepaskan cd Kokom, kini memeknya yang berbulu cukup lebat terbuka lebar, saya memang tidak berniat menjilatinya, karena tentu saja sdh ada kontol yang masuk ke memeknya sebelumnya.

Saya segera merenggangkan kedua kaki Kokom sampai lebar, kontol saya gesekan ke permukaan memek kokom.
Kokom:” Masukan saja kontolnya a, momok kokom udah gak tahan..”
Saya pun perlahan mendorong kontol saya, mulai dari kepalanya masuk ke memek kokom dan terus saya dorong sampai seluruh kontol saya tertelan memek Kokom.

Perlahan saya mulai menyetubuhi Kokom, memeknya lumayan enak, meski sdh tidak sempit tapi terasa meremas-remas kontol saya.
Kokom:” Ughhh, genjot aa”
Ranjang tempat kami berzinah berderit seirama goyangan kami, tapi samar-samar saya pun mendengar deritan dan desahan sepertinya dari kamar sebelah.
Saya:” Eggh, Kom sepertinya disebelah ada tamunya juga ya “
Kokom:” Hempzzz, ia a, itu kamar si Sely, dia siang malam stand by di sini, kayaknya sama lagi ewean juga kayak kita, kencengin aa” ucap kokom sambil menggerakan pantatnya mengimbangi gerakan saya.

Sambil menyetubuhinya tangan saya pun meremas-remas susu Kokom, lumayan besar juga dan terlihat ikut bergoyang seirama hentakan saya. Saya pun mempercepat kentotan saya. Bosan dengan posisi ini saya meminta Kokom yang di atas.

Saya pun segera rebahan, dan Kokom segera menaiki paha saya. Lalu dia memegang kontol saya dan mengarahkan ke lubang memeknya, setelah tepat dia menurunkan pantatnya…dan bleeeesss…kontol saya kembali tertelan memek kokom.

Sambil memegangi pantatnya saya naik turunkan badan Kokom.
Saya:” Ugggh memek kamu seperti mijit-mijit, enak Kom”
Saya pun memeberinya pujian.
Kokom:”oh ah..ah…Kontol aa juga panjang, nojos (nusuk) sampai ke rahim aku”

Saya dengar di kamar sebelah suara cekikikan dan tertawa yang cukup nyaring.
Saya:” Berisik banget ya mereka” sambil saya memberi isyarat Kokom dengan mata saya.
Kokom:” Ugggh ia a, mungkin udahan kali mereka ngewenya”
Kokom menjawab dengan suara berat, dia semakin cepat menaik turunkan pantatnya.
Tangan saya tak lagi memegangi pantat Kokom, tapi memilih meremas-remas susu kokom yang ikut terguncang hebat setiap dia naik turun.

Kokom:” Ugggehh, Kokom mau dapet a” saya pun mengimbangi gerakan naik turun Kokom yang semakin cepat.
Kokom:” Uggggggh Kokom gak kuat a”
Mendengar itu saya pun mempercepat genjotan saya dari bawah dengan memegangi pantat Kokom
Bles..bleees… Kontol saya menusuk semakin dalam, dan terasa di dalam mulai lengket.
Kokom:” Keluar aaaaaa enak anjir..”
Saya:” Barengan Kom..”
Lalu saya hujamkan kontol saya dalam-dalam ke memeknya dan croot…croot…crooot, sperma saya memenuhi memek si Kokom.

Kokom terlungkup memeluk dan langsung saya lumat bibirnya, kami pun berciuman untuk beberapa saat.Selang beberapa saat kami terdiam sementara di kamar sebelah saya dengan samar-samar orang lagi ngobrol dan masih dengan ketawa dan cekikikan.

Sementara Kokom kemudian berguling kesebelah saya.
Kokom:”panas momok aku a, peju aa banyak banget”
Saya:”Udah beberapa hari istri saya gak mau melayanin saya, jadinya kan banyak”
Kokom:” hehe, untung cepat dikeluarin, gak sampai jadi batu hehe” kami pun tertawa.
Kokom:” lemes aa?
Saya:” Ia, tapi lega…”
Kokom:” Aku tinggal dulu ya a, aa tidur saja dulu gpp”
Saya:” Kokom mau kemana?
Kokom:” Ke toilet..kebelet pengen pipis juga, kalau abis ewean Kokom suka kebelet pipis”
Saya:” oh, ya sudah”
Kokom pun bangun masih dengan telanjang bulat dia menuju toilet di samping kamar.
Saya mencoba memejamkan mata, ada sedikit rasa kesal dalam hati saya kepada istri saya. Beberapa hari dia tidak mau melayani saya, terutama sejak dia bekerja.

Terdengar suara pintu dibuka lalu di tutup kembali. Kokom masuk kembali dengan masih telanjang bulat. Kokom tersenyum melihat saya lalu naik ke ranjang dan kembali rebahan di samping saya.
Kokom:” Kirain aa tidur…?
Saya:”gak, gak bisa tidur juga, saya mau mandilah”
Kokom:”Mau saya mandiin? Ucapnya genit.
Saya:” Boleh hehe”
Kokom pun berdiri lalu turun duluan dan mengulurkan tangannya kepada saya, dengan menuntun saya Kokom membawa saya ke kamar mandi.
Pantatnya bergoyang-goyang seiring dia berjalan. Tak tahan saya tampar pantat semoknya. Seketika reflek Kokom memekik kaget.
Kokom:” Aw, sakit a, pantat aku ditampar”
Saya:” Hehe habis pantat kamu semok, seperti pantat sekertaris saya”
Kokom:” Masa a?
Saya:” Ia, gede banget, bikin gemes” sambil tangan saya kembali meremas-remas pantat semok Kokom.

Saat itu kami sudah masuk ke kamar mandi.
Kokom:” Udah a, remes pantat aku mulu”
Lalu Kokom mengambil air dari drum dengan gayung dan menyirmkan kepada saya.
Kokom mengambil sabun yang ada diember kecil.
Kokom:” Sabun ini saya saja yang pakai, tapi kalau aa tidak mau ya gak usah pakai sabun”
Saya:” Kalau kamu saja yang pakai gpp”
Kokom pun mulai menyabuni badan saya dari leher sampai ke selangkangan saya, dia pun menyabuni kontol saya.
Kepala saya celingak-celinguk mmelihat ke arah kebun di belakang kamar mandi, terlihat sepi tapi tetap merasa gak nyaman, karena kepala sampai dada saya pasti kelihatan jelas dari luar, kalau Koko karena tidak terlalu tinggi paling kepalanya saja yang kelihatan.

Kokom:” Kenapa a? Kokom menangkap rasa khawatir saya.
Saya:” Gpp Kom”
Kokom:” Hehe, paling kalau ada yang ngintip anak kecil”
Saya:” Masa?
Kokom:” Ia, aku sering diintipin sama anak-anak tangung”
Saya:” terus”
Kokom:” Saya cuekin saja asal gak berlebihan” jawab Kokom sambil tangannya mengurut-ngurut kontol saya yang mulai menegang lagi.

Kokom:” A, kanjutnya gede lag, cepet bangeti”
Saya:” Ia lah, kamu remas-remas terus dan liat body kamu yg semok bugil lg gimana gak ngaceng lagi…tapi memang aneh juga cepet banget”
Kokom:” mau Ewean lagi kah a?
Saya:” boleh…. “
Kokom:” posisinya gini aza ya a…” lalu Kokom menungging dengan berpegangan ke drum. Memeknya merekah.
Saya pun segera menyirami kontol saya yg penuh sabun, lalu berdiri tepat dibelakang Kokom.
Saya menaruh kontol saya tepat dibelahan memek Kokom.
Lalu saya dorong perlahan dan…bless saya tekan hingga semua kontol saya ditelan oleh memeknya.

Kokom:” aghhh, enak..ohhhhh”
Plok…plok…benturan antara paha saya dengan pantat semok Kokom berirama dengan desahan kita.
Kokom:” agggggh aa, enak Ewean, zinah ugghhh”
Saya:” ia memek kamu rasanya meremas-remas kontol aa”
Kokom:” biar Aa ketagihan dengan momok Kokom”
Plok..plokkk…semakin nyaring terdengar, mudah-mudahan tidak ada yg mengintip.

Kokom:” aagh enak banget, kontol aa panjang, nyampe ke rahim Kokom”
Mendengar itu saya semakin semangat menggenjot tubuh Kokom.
Kokom:”uhhhh, Kokom mau dapet a”
Saya:” Cepet banget Kom”
Kokom:”ampun gak kuat abis enak banget aaagh barengan kita Aa, semprotkan lagi peju Aa”
Saya:” tunggu bentar…”

Plooook…plooook…semakin cepat saja genjotan saya sambil saya pegang erat pinggul Kokom.
Lalu saya tekan dalam-dalam kontol saya ke memek Kokom.
Saya:” aku keluar..aghhh”
Kokom:” Kokom juga a, ah…ahhhh…ahhhh”
Setiap semporatan saya disertai rintihan dari Kokom.
Meski tidak sebanyak tadi, lebih dari tiga kali kedutan kontol saya.

Saya pun segera mencabut kontol saya dan terduduk di lantai kayu kamar mandi. Sementara Kokom masih menunging berpegangan di drum sambil mengambil nafas.

Selang beberapa saat akhirnya Kokom berdiri lalu menarik saya agar berdiri juga. Kokom kembali mengambil air dari drum dengan gayung dan menyiramkan ke badan kami berdua.

Kokom:” badan Aa aku sabunin lagi ya, kan tadi keringetan lagi”
Saya hanya mengangguk tanda setuju.
Akhirnya kami saling menyabuni.
Kokom:” udah loyo Kontolnya” saat dia kembali menyabuni kontol saya.
Saya tak mau kalah, sayapun menyabuni memek Kokom.
Kokom:” aw, masih nakal aza, geli memek Kokom”
Saya:” nakal gimana, kan Cuma nyabunin”
Kokom:” ia nyabunin, tapi jari aa itu masuk ke momok Kokom”
Saya:” hehe…”
Kokom:” geli tahu momok Kokom a”
Saya pun menarik dua jari saya dari memek Kokom lalu menyiramkan air mencuci memeknya.
Kokom:” makasih a, sampai mau cuciin momok Kokom”
Saya:” Kokom juga kan udah cuciin ini aku” sambil menunjuk kontol saya.
Kokom:”uda biasa a, kalau Kokom nyuciin kontol customer, kalau customer nyuciin momok Kokom baru aa”
Saya:” memang yg lain gak mau”
Kokom:” bukan, akunya yg males, paling bukan nyuciin tapi kayak apa tadi malah nyoloknya nyoloknya momok Kokom”
Saya:” terus kenapa kalau saya boleh?
Kokom:” kan servis ke Aa harus special seperti yg di minta the Heni”
Kami pun akhirnya masuk ke kamar kembali karena memang sdh selesai mandinya.
Saya pun segera memakai pakaian saya lagi, sedang Kokom masih bugil, sepertinya menyemprotkan sesuatu ke badannya, lalu mulai memakai bajunya kembali, kaos dan celana kulotnya.

Saya duduk di tepi ranjang memperhatikan apa yg dilakukan oleh Kokom. Sekarang Kokom tampaknya sedang mengunakan make-up. Posisinya yang membelakangi saya membuat pantat gedenya menjadi perhatian mata saya. Celana dalamnya tercetak dengan jelas. Saya tak tahan untuk meremasnya. Lalu saya berdiri mendekatinya dan meremas pantat semoknya.

Kokom:” Aw, aa ini bikin kaget aza, maen remas aza pantat aku”
Saya:” Habis pantat kamu semok banget”
Kokom:” Kalau suka sering-sering main ke sini”
Saya:”Mau sich tapi kadang sibuk kerja”
Kokom:” Hari Sabtu seperti sekarang kan bapak libur”
Saya:” Ya, kalau istri gak di rumah” sambil tangan saya kembali meremas-remas pantat Kokom dan menamparnya beberapa kali.

Kokom:” Udah ah sakit” sambil menoleh ke arah saya.
Saya pun menuntun Kokom untuk duduk di tepi ranjang. Lalu saya mengambil dompet saya dan mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan dan saya berikan kepada Kokom, saya memang tidak tahu tariff di sini berapa dan gak nanya, tapi saya yakin yang saya berikan sudah melebihi tariff normal.
Kokom:” Makasih a, banyak banget, sering-sering ya ke sini, nengokin momok Kokom hehe”
Saya:” Ya mudah-mudahan”
Kokom:” Aa istirahat di sini saja, kata Teh heni mau nginep, paling teh heni masih sibuk”
Saya:” nanti kalau ada tamu lagi buat Kokom gimana?
Kokom:” Kokom gak terima tamu lagi a, biasanya kokom jam 3 pulang”
Saya:” Oh, berarti sekrang mau pulang?
Kokom:” Gpp, biar Kokom temenin aa bobo dulu di sini”
Saya:”Kalau berdua bisa gak bobo hehe”
Kokom:” Ya terserah aa kalau masih kuat mau ewean lagi kokom layanin hehe”
Saya:” Hehe, gak marathon gini gak kuat udah tua saya”
Kokom:” Agh masih muda lah segini mah” sambil menatap saya.

Saya:” Ya udah kita tiduran dulu” sambil saya merebahkan badan dan berbaring yang segera di susul oleh Qomariyah. Kokom berbaring membelakangi saya, saya pun segera memeluknya, kontol saya menepel dipantat semoknya. Sedang tangan saya memegangi susunya.
Kokom:” Ih geli a, masih nafsu ya?ketiak Kokom aa jilatin…”
Saat itu memang saya iseng menjilati ketiak Kokom dari samping.

Saya:” Habis nafsu, liat bulunya hehe”
Kokom:” Ia, tapi gak tahan Kokom geli”
Saya pun tidak lagi menjilati ketek Kokom, saya coba pejamkan mata, beberapa saat kami berdua terdiam.
Tapi ternyata saya belum bisa tertidur, sayapun coba remas-remas dadanya Kokom.
Kokom:” Aa gak bisa tidur, ugghh, malah remesin susu Kokom”
Saya:” Ia, gpp kan..”
Kokom:” gpp koq malah enak ughh, masukan aza tangan aa ke dalam kaos Kokom”
Kokom pun menarik kaosnya ke atas hingga terlipat di depan dadanya.
Saya pun memasukan tangan saya dan menyelinap ke dalam beha Kokom.
Kokom:” Ugh, enak a, tarik pentil susu Kokom oghh”
Saya:”Kom, boleh ngobrol, gak tahu kenapa kantuk gak juga dateng”
Kokom:” Ayo aza, Kokom juga memang gak ngantuk, jarang tidur siang”

Saya:” Sehari bisa dapat berapa tamu?
Kokom:” gak pasti aa, kalau hari biasa sudah untung dapat 2 orang, karena kan Kokom kerjanya Cuma siang aza, malah sering gak ada, kecuali sabtu atau minggu ya bisa sampai 3 malah kalau lagi rezeki 4 orang”
Saya:” Oh..tapi ada gak yang jadi langganan?
Kokom:” Ada sich, masih mahasiswa, kebanyakan sich Kokom dapetnya mahasiswa atau pengguran, karena kan kalau yang kerja rata-rata kalau ke sini malam hari, kecuali Sabtu minggu, itupun kan kalau niat banget, makanya aa jadi langganan Kokom dong”
Sambil ngobrol tangan saya tetap meremasi tetek Kokom.

Saya:”memang suami Kokom beneran ngijinin?
Kokom:” Ia, dia Cuma kuli, zaman sekarang ya semua serba mahal, terpaksa Kokom kerja begini”
Saya sedikit bergetar mendengarnya.
Saya:” maafin saya ya, orang seperti saya malah manfaatin Kokom”
Kokom:”justru orang seperti aa yang memberi pemasukan ke Kokom, tapi setelah kontolnya masukin momok Kokom dulu hehe”
Saya:” Bisa aza, dari sedih malah jadi lucu”
Kokom:” Ia, awalnya sedih tapi lama-lama dinikmati saja aa, toh selain dapat duit Kokom juga dapat nikmat, apalagi kalau pelanggan seperti aa, royal, kontolnya gede dan panjang hehe”
Saya:” Bisa saja kamu Kom” sambil tangan saya menepuk-nepuk pantatnya.

Kokom:”aa suka ya sama pantat Kokom, kalau gak diremas ditepok-tepok mulu”
Saya:” Ia Kom, gede empuk”
Kokom:” Kontolnya rada melegeung deui hehe(kontolnya aga keras lagi)”
Saya:” Hehe, tapi capek, raba-raba aza”
Kokom:” Ia, simpen buat ewean sama teh Heni nanti malam hehe”
Saya:” Bisa aza”
Kokom:” Ia dong..biar kokom juga nyimpen tenaga buat diewe suami Kokom nanti malem” Ucap Kokom lalu tertawa cukup keras.

Saya:” Suami Kokom suka nanya-nanya gak dapet pelanggan seperti apa?
Kokom:” Ia, suka nanya, apa dikasarin atau slow aza”
Saya:” Pernah gak ada pelanggan yang kasarin Kokom”
Kokom:” Belum pernah sich, dan jangan pernah dech, paling ada yang minta macem-macem”
Saya:”Macem-macem kayak gimana?
Kokom:”ada yang minta maen lewat bool a, tapi Kokom gak mau, belum pernah juga”
Saya:” bool Kokom masih perawan dong…?
Kokom:” Jangan bilang aa mau perawanin bool Kokom”
Saya:” Hehe jadi penasaran”
Kokom:” nggak ah, Kokom ngeri”
Kami pun ngobrol ngalor ngidul sampai tidak sadar saya tertidur juga.

Saat saya terbangun Kokom tampak sedang duduk di pinggir ranjang.
Saya:” Kamu tidak tidur kah Kom?
Kokom:” Tidur juga aa, dipelukin aa tadi, Kokom bangun paling 15 menitan lebih cepat dari aa”
Saya pun melihat jam tangan, ternyata sdh jam 5 sore.
Saya pun segera mencuci muka, setelah itu kami pun keluar dari kamar karena Kokom mau pulang, saat lewat depan tampak lebih banyak lagi yang lagi nongkrong, ada cewek dan banyak juga cowok, ceweknya berpakaian sexy semua. Cukup banyak juga anak buah Teh Heni, ucap saya dalam hati.

Saya dan Kokom pun masuk ke dalam rumah Heni dan menuju pintu depan, tampak di kursi panjang depan meja Heni ada dua orang cowok dan dua orang cewek lagi duduk-duduk.
Kokom dan saya segera menghampiri Heni, Heni tampak sdh mengganti bajunya menjadi daster warna ungu tanpa lengan, rambutnya tampak masih basah sepertinya baru selesai mandi.

Melihat kami segera heni meminta kami duduk di kursi dekat dia duduk, karena kursi depan penuh dengan orang.
Heni:”Mau pulang Qom?
Kokom:” Ia Teh…”
Heni:”Telat…si aa nambah ya?
Kokom tersenyum dan melihat ke saya.

Kokom:” Ia, tapi kita terus tidur teh..”
Heni:” ya wajar, kecapean habis ewean, nambah lagi haha”ucap Heni yang diikuti ketawa yang cukup keras sehingga semua yang duduk di kursi sebrang kami melihat ke arah kami.
Kokom:” Teteh ni bikin kita malu aza”
Heni:” Alah pakai malu segala, udah pada gede semua kan, udah ngerti ewean haha” Heni malah makin jadi. Kokom Nampak mukanya bersemu merah.
Kokom:” Ya udah aku pamit pulang dulu ya teh, aa”
Saya:” Ia Kom, makasih ya”
Heni:” Ok, kasihan anak kamu pasti sdh nunggu”
Kokom pun pergi dengan di antar Heni menuju pintu keluar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Seks: Bocah Nyusu Plus Ngentot Efni

Mama Gitu Dehh 1 - 5

Tukang Kebun yang Menggarap Memekku