Muslihat Kakek Dewo 5 - 8

Sudah hampir empat bulan Dewo melampiaskan nafsu bejatnya kepada Wiwik, Rohmah dan Nyai Siti, ditambah lagi Kyai Kholil yang semakin jarang berada di rumah, jadilah dia semakin leluasa melakukan perbuatannya. Sama seperti pagi itu, Dewo baru membuka matanya saat mendengar suara Wiwik yang sedang menyapu di pekarangan belakang rumah, dekat dengan kamarnya. Dia menggeliat, terlihat Rohmah masih tertidur miring sambil mengulum kontol Dewo, persis seperti bayi yang asyik menyusu pada ibunya. Tubuhnya yang mulus masih telanjang, memek dan anusnya terlihat bengkak akibat sodokan Dewo yang bertubi-tubi tadi malam. Tidak ingin membangunkan gadis itu, Dewo menarik pelan batang penisnya. Plupp…!!! Terdengar suara ketika kontol Dewo terlepas dari mulut Rohmah. Dia segera beranjak dari tempat tidurnya dan meraih sarung kumal untuk dipakai menutupi tubuhnya yang telanjang. Dengan hanya memakai sarung dan bertelanjang dada, Dewo keluar dari kamar. Dengan pelan dia melangkah menghampiri Wiwik yang masih sibuk menyapu membelakanginya, sama sekali tidak menyadari kehadirannya. ”Hallo, lonteku..!!!” Dengan setengah berbisik, Dewo menyapa gadis itu. Tangannya dengan cepat menggapai dan meraba-raba payudara Wiwik yang mulai tumbuh besar. Meski tertutup jilbab lebar dan baju pandang, Dewo dengan jelas bisa merasakan kelembutan dan keempukannya yang mulus menggoda. Wiwik menoleh dan tersenyum, ”Oh, cinta…” dengan sedikit mendesah ia membalas sapaan Dewo dan membiarkan laki-laki tua terus menggerayangi buah dadanya. Wiwik bahkan sudah akan membuka kancing bajunya saat Dewo melanjutkan berkata, “Aku mau kencing nih…” Tanpa disuruh, Wiwik kemudian mengikuti Dewo ke belakang. Mereka berhenti di bawah pohon sawo besar di belakang rumah. Dewo segera menyibakkan sarungnya ke atas dan memberikan kontolnya yang masih setengah ngaceng pada Wiwik. Adik Nyai Siti itu sudah jongkok di depannya dengan mulut terbuka, siap menerimanya. Kemudian, cuuurrrr…!!! Pelan-pelan Dewo melepaskan air kencingnya ke mulut Wiwik, dan seperti kehausan, Wiwik meneguk dan menelan semuanya. Bahkan beberapa kali ia menggunakan air kencing Dewo untuk mencuci mukanya hingga sedikit membasahi jilbab dan baju panjangnya. Tapi Wiwik tampak tak perduli, bahkan ia terlihat sangat menyukai dan menikmatinya. Selesai kencing, Dewo menyuruh gadis itu agar membersihkan kontolnya. Wiwik segera mengulum dan menghisapnya. Dengan telaten ia menjilati sisa-sisa air seni yang masih menetes-netes dari kontol Dewo. Setelah bersih, baru dia berhenti dan kemudian melanjutkan kembali kegiatan menyapunya. Sementara Dewo dengan penuh kepuasan beranjak kembali ke rumah, langkah kakinya enteng menuju ke dapur rumah Nyai Siti. Setiap pagi ia sudah disiapkan kopi dan sebungkus rokok kretek kegemarannya. Terkadang oleh Nyai Siti sendiri, juga Rohmah anaknya, ataupun Wiwik. Tergantung siapa yang bangun pagi terlebih dulu, pasti menyiapkan kopi untuk si Dewo. Di dapur terlihat Nyai Siti sudah hampir selesai memasak, Dewo dengan santai duduk di meja makan dengan menggeser kursinya dari bawah meja. Sruuuput... bunyi Dewo menyeruput kopinya, dan kemudian menyalakan sebatang rokok. Asap keluar dari mulut dan hidungnya, sedangkan Nyai Siti tetap dengan aktivitas memasaknya. ”Nyai Siti lonteku… sedang memasak hidangan apa pagi ini?” tanya Dewo kurang ajar. Sambil tersenyum dan menoleh ketika dipanggil lonte, Nyai Siti menjawab, ”Masak lodeh kangkung, Tuan cintaku...” ”Sudah selesai apa belum?” tanya Dewo lagi. ”Belum, Abang cintaku... tinggal nunggu sampai masak kurang lebih 15 menit…” jawab Nyai Siti. ”Sambil nunggu masak, gimana kalau kamu masuk ke dalam sarungku. Kontolku ingin disepong sama mulutmu, Nyai.” tawar Dewo. ”Baik, Pangeranku yang Perkasa,” jawab Nyai Siti tanpa bisa menolak. Tidak menunggu lagi, wanita itupun mendekat dan memasukkan kepalanya ke dalam sarung Dewo. Sama seperti yang dilakukan oleh Wiwik dan Rohmah, ia dengan penuh nafsu dan sangat bergairah mulai mengoral dan memainkan kontol si Dewo. Sungguh sebuah sensasi tersendiri ketika seorang wanita berjilbab yang seksi lagi cantik jelita berada di dalam sarung sambil memainkan kontolnya. Dewo mengerang menikmatinya, ”Arghhh… terus, Nyai… lonteku… gundikku…!!!” rintihnya. Ia memegangi kepala Nyai Siti yang terbungkus oleh kain sarungnya, dan kemudian dia berdiri sambil melakukan penetrasi ke dalam mulut istri Kyai Kholil itu. Dewo melakukannya dengan kasar dan brutal sampai membuat Nyai Siti hampir tidak bisa bernafas. Dia mengentot mulut Nyai Siti dengan gerakan cepat, dan terus begitu hingga saat akan mencapai klimaks, Dewo dengan sekuat tenaga memasukkan kontolnya hingga mentok ke tenggorokan perempuan cantik itu. ”Aarggghhh….!!! Ini kuberikan kau maduku, lonteku…!!!” teriak Dewo keenakan, lalu srrreerrrr… cruuut… crtuuut… air maninya menembak kencang beberapa kali ke dalam kerongkongan Nyai Siti. Karena sudah menancap begitu dalam, hingga tanpa perlu menelan, pejuh Dewo sudah meluncur masuk ke dalam tenggorokan Nyai Siti. Untuk beberapa Dewo membiarkan kontolnya tetap menancap di mulut Nyai Siti, ia menahannya sebentar hingga benda itu melemas dan tidak tegang lagi. Baru kemudian Dewo melepaskan kontolnya sambil membuka kain sarungnya. Terlihat muka Nyai Siti memerah di bawah sana, namun wanita itu nampak senang bisa melayani kontol Dewo dengan mulutnya. Istri Kyai Kholil itu berdiri dan kemudian berkata kepada Dewo, ”Terima kasih, Tuanku, sudah bersedia menggunakan mulutku untuk dientot sama kontolmu.” Dewo hanya tersenyum dan duduk kembali di kursi sambil meminum sisa kopinya yang mulai mendingin. Nyai Siti membenahi jilbab dan bajunya sebentar sebelum kembali melanjutkan acara memasaknya. Dengan cepat ia mengangkat masakannya yang sudah matang dan kemudian menghidangkannya di meja makan. ”Tuan Dewo mau makan nasi atau mau mandi dulu?” tanya Nyai Siti saat Dewo merangkul dan mulai menggerayangi tubuh sintalnya. ”Sebentar, lonteku, aku masih mau merokok dan menikmati tubuhmu dulu,” jawab Dewo sambil memenceti payudara Nyai Siti yang bulat besar dengan kedua tangannya. Nyai Siti membiarkannya, dengan pasrah ia menerima apapun perlakuan Dewo, termasuk saat laki-laki itu membuka kancing baju gamisnya dan mulai menyusu di kedua puting payudaranya yang mungil kemerahan. Dewo menghisapnya dengan rakus dan kencang, bagai bayi besar yang kehausan ia bergantian menghisap puting Nyai Siti dengan mulutnya yang bau asap tembakau. Dijilatinya puting yang masih nampak indah itu sambil sesekali menggigitinya gemas kalau Nyai Siti tidak mau merintih dan mendesis keenakan. Beberapa saat mereka berada dalam posisi seperti itu hingga kontol Dewo yang tadinya lemah lunglai kini mulai bangkit kembali. Dewo segera menyuruh Nyai Siti untuk mengulumnya agar benda itu bisa tambah keras dan menegang sempurna. Dengan patuh Nyai Siti melakukannya. Wiwik yang melihat dari pekarangan belakang sebenarnya ingin ikut, tapi tanpa dipanggil oleh Dewo, ia tidak berani untuk mendekat. Sementara itu di kamar Dewo, Rohmah terlihat mulai terbangun. Huuuuahhhhhh...!!! gadis itu membuka matanya dan menguap sambil mencoba meregangkan tubuhnya yang telanjang. Beberapa cupangan tampak membekas di lehernya yang jenjang dan putih mulus. Sedangkan payudaranya yang mungil dan baru tumbuh terlihat memerah seperti bekas jari yang meremas dengan kuat sekali. Bahkan pantatnya juga memerah akibat dipukul tangan kasar Dewo saat mengentot anus dan memeknya. Rohmah hanya tersenyum puas saat mengingat semuanya, saat ia melayani Dewo seorang diri tadi malam. Memang sangat sakit dan melelahkan, tapi hasilnya setimpal. Ia mencapai klimaks tujuh kali, sementara Dewo cuma dua kali orgasme. Tersenyum penuh kepuasan, Rohmah beranjak dari tempat tidur. Dengan hanya memakai handuk ia keluar dari kamar. Langkahnya sedikit terhenti saat melihat Uminya yang asyik dientot oleh Dewo di dapur. Nyai Siti tersenyum melihat kedatangan anaknya, bajunya sudah awut-awutan, dengan kontol Dewo keluar masuk dengan cepat dari arah belakang tubuhnya. ”Sudah bangun kamu, lonte cilikku.” sapa Dewo sambil meremas-remas bokong besar Nyai Siti, penuh nafsu ia terus menusukkan kontolnya ke memek perempuan cantik itu. Rohmah tersenyum dan menghampiri mereka, ia diam saja saat Dewo merenggut handuknya hingga terlepas. ”Buat apa pakai ginian.” hardik Dewo. Ia lalu menyuruh Rohmah agar mamanggil Wiwik supaya lekas bergabung bersama mereka. Pagi ini, Dewo ingin membuka hari dengan menyetubuhi mereka bertiga secara bergantian. Kini ketiganya sudah berkumpul di ruang dapur, menunggu Dewo yang sebentar lagi akan menggunakan tubuh mereka. Dewo memeluk ketiga wanita itu dan dengan bergiliran menciumi bibir mereka. “Siapa dulu yang akan menemaniku?” tanyanya menantang. Wiwik yang pertama menjawab, “Terserah tuan siapa yang akan dipilih, kami hanya menunggu giliran saja, karena kami tahu bahwa kontol Tuan sangat perkasa,” jawab adik Nyai Siti itu. Dewo tersenyum mendengar jawaban Wiwik. ”Karena kamu yang bicara duluan, sekarang ayo temani aku ke dalam kamarmu, Lonteku. Untuk kalian berdua, tunggulah aku di kamar masing-masing.” Rohmah dan Nyai Siti cepat mengangguk tanda mengerti. Wiwik kemudian menggandeng tangan Dewo dengan mesra menuju kamarnya. Sesampainya di dalam, Dewo segera memeluk Wiwik dari belakang sambil berbisik, “Aku akan ngentot kamu dengan romantis, Lonteku.” Wiwik hanya tersenyum mendengarnya. Tangan Dewo mulai beraksi dengan meremas buah dadanya sambil menciumi leher dan tengkuknya. Wiwik hanya pasrah menerima semua itu. Malah tanpa disuruh, ia segera membuka semua pakaian Dewo sampai laki-laki tua itu telanjang bulat. Wiwik kemudian memagut bibir Dewo sambil melingkarkan tangannya di lehernya, dan dengan perlahan ia mencium serta menjilati leher Dewo sampai turun ke dada, dan seperti bayi yang kehausan, Wiwik menyedot puting Dewo berulang kali sambil meremas-remas dadanya. Setelah puas bermain di bagian dada, ciuman Wiwik terus berlanjut ke selangkangan Dewo dan dengan sepenuh hati ia mulai menjilat, mengulum, dan menghisap kontol panjang Dewo, bahkan pelirnya pun ia sedot-sedot. Semakin lama ulah Wiwik menjadi semakin jorok, ia meminta Dewo agar rebah telentang sambil mengangkat kedua kakinya. Dewo yang tahu apa yang diinginkan oleh Wiwik, segera mengangkat kakinya ke atas dan dipegangnya dengan tangan. Di bawah, Wiwik mulai beraksi, lidahnya menyapu anus Dewo dari atas ke bawah, bahkan dengan nakalnya dia memasukkan lidahnya untuk menyedot dan menghisap lubang hitam itu. Bahkan ia menekan-nekan hidungnya di lubang anus Dewo. Setelah puas, Wiwik kemudian naik ke atas ranjang dan berkata, ”Silahkan memakai tubuhku, Paman Dewo.” Dewo pun beraksi, kontolnya yang sudah ngaceng berat sudah tidak sabar untuk melakukan penetrasi ke dalam vagina sempit Wiwik. Dia segera menyingkap kain jarit dan melepas celana dalam Wiwik. Tanpa basa-basi, Dewo langsung menghujamkan kontolnya menembus vagina sempit gadis itu. ”Ahhhh…” desah Wiwik antara sakit dan suka. Tidak sampai lima menit, ia sudah mencapai orgasmenya yang pertama akibat genjotan Dewo. Sekitar 10 menit digenjot tanpa henti, memek Wiwik nampak membengkak parah dan memerah, bahkan ada sedikit darah karena tergesek kontol Dewo yang keras dan panjang. Dewo sendiri masih belum orgasme, malah dia meminta Wiwik untuk menyepong lagi kontolnya, dan kemudian menembusi anus gadis itu tanpa ampun. Wiwik mendesah, mengerang antara sakit dan nikmat. Sepuluh menit Dewo menyodominya, laki-laki itu baru mencabut kontolnya dan kemudian menduduki buah dadanya yang masih setengah terbuka berbalut kebaya. Dewo melipat kakinya dan tangannya meraih kepala wiwik. Dia ingin orgasme di mulut Wiwik dengan melakukan deep throat. Tidak sampai lima menit, laki-laki itupun muncrat di dalam tenggorokan Wiwik. Kenikmatan yang diberikan oleh Dewo membuat badan Wiwik remuk redam, tapi ia menyukainya. Tak lama Wiwik pun tertidur karena kecapekan melayani nafsu bejat Dewo. Dewo yang masih punya tanggungan kemudian keluar dari kamar Wiwik dengan tubuh tetap telanjang, dia langsung menuju kamar si Rohmah. Sesampainya disana, Rohmah dengan ganas langsung memagut bibirnya. Tidak lama kemudian, gadis yang baru beranjak dewasa itu langsung menyepong kontolnya. Setelah kontol Dewo mengeras, Rohmah dengan genitnya langsung naik ke atas ranjang dan menungging dengan jarit diangkat sampai ke pinggang, solah-olah meminta kontol Dewo untuk masuk ke dalam anus dan vaginanya. Melihat aksi Rohmah, Dewo pun tanpa ampun mengentotnya di anus dan vagina, dan terakhir di mulut, sampai Rohmah kecapekan dan kemudian tertidur pulas menyusul Wiwik. Melihat Rohmah sudah tidak sanggup lagi dientot, Dewo dengan santainya meninggalkan gadis itu untuk beranjak menuju kamar Nyai Siti, gundik tersayangnya. Sesampainya di kamar wanita cantik itu, Dewo mendapati Nyai Siti sedang duduk di atas ranjang menunggu kedatangannya. Untuk yang terakhir ini Dewo berniat melakukan seks dengan romantis. Dia mendatangi Nyai Siti, kemudian mencium keningnya dan mengajak pemanasan terlebih dahulu. Mulut Dewo memagut bibir Nyai Siti sambil tangannya melepas kancing kebaya Nyai Siti satu demi satu. Kemudian dia melonggarkan BH Nyai Siti, ia sengaja tidak melepas semuanya agar nampak sensual baginya. Dewo melanjutkan dengan mengangkat jarit Nyai Siti ke atas sampai pinggang, ia sedikit terkejut saat mendapati Nyai Siti yang ternyata tidak memakai celana dalam. Tersenyum penuh kepuasan melihat kenakalan lontenya, Dewo kemudian merangkak naik ke atas buah dada Nyai Siti yang bulat besar dan mendudukinya sambil tangannya mengangkat kepala Nyai Siti dan menyodorkan kontolnya. Nyai Siti pun dengan penuh nafsu mulai menyepong kontolnya. Dewo merintih menikmatinya. Sementara batangnya diemut, ia leluasa bermain-main dengan gundukan payudara Nyai Siti. Dewo meremas dan memencetinya sambil berulang kali memilin putingnya yang mungil kemerahan. Setelah dirasa cukup, Dewo kemudian turun dari dada Nyai Siti dan kemudian mengangkat kaki wanita cantik itu ke pundaknya, dengan begitu memek Nyai Siti yang sudah basah dan menganga lebar bisa terlihat jelas di depan kontolnya. Dewo segera memasukinya. ”Ahh… enak… terus, Mas Dewo… genjot aku sesukamu… kontolmu enak… akan kulakukan apapun demi kontolmu…!!!” erangan dan racauan Nyai Siti membuat Dewo semakin bersemangat menggenjot istri Kyai Kholil itu. Berbagai macam gaya mereka lakukan bersama, mulai konvensional, menungging, menyamping, bahkan women on top. Persetubuhan mereka baru diakhiri setelah Dewo menggenjot anus dan mulut Nyai Siti, serta berejakulasi di tenggorokan perempuan cantik berjilbab itu. Hampir tiga jam mereka melakukan persetubuhan. Dewo yang kelelahan tidur terlentang, sedangkan Nyai Siti tertidur di selangkangan Dewo dengan mulut masih mengulum kontol laki-laki tua itu, seperti bayi yang lagi menyusu pada ibunya. Begitulah, kini Dewo sudah biasa menggunakan tubuh ketiga wanita tersebut untuk dijadikan budak seksnya. Bahkan kini fantasi Dewo semakin liar, dia akan menggunakan ketiga wanita tersebut untuk mendapatkan semua wanita muda yang sudah bersuami atau masih perawan untuk diserahkan kepadanya untuk dientot. Dengan bantuan kharisma dan nama besar Nyai Siti, Dewo yakin bisa melakukannya.
============================================================================
============================================================================
============================================================================
Kemarin tak sengaja Dewo melihat Imah, ibu satu anak yang suaminya merantau ke luar pulau. Saat itu Dewo baru pulang dari kerjaan mencangkul di sawah. Dadanya berdesir manakala melihat kecantikan Imah, apalagi wanita itu memakai kaos tipis yang mencetak jelas bentuk tubuhnya yang sintal meski dia berjilbab. Timbul pikiran kotor Dewo untuk bisa mencicipi tubuh Imah. Ia pun segera mengatur siasat. Setibanya di rumah, Dewo segera mencari Nyai Siti. Ia tidak memanggil perempuan cantik itu, tetapi langsung mencari ke kamarnya. Kebetulan hari ini Kyai Kholil sedang tidak ada di rumah, laki-laki itu mendapat undangan mengisi pengajian ke desa sebelah, baru nanti sore pulangnya. Dewo yang sudah hafal betul kebiasaan Nyai Siti, dengan perlahan melongokkan kepala. Jam segini, istri Kyai Kholil itu selalu tidur siang. Benar saja, dilihatnya Nyai Siti tengah terlelap menggunakan daster lengan panjang. Rambutnya digerai ke punggung, tidak ada jilbab panjang yang menutupi seperti biasanya. Setelah menutup pintu, dengan badan basah penuh keringat, Dewo kemudian melepas celana kolornya dan perlahan naik ke atas ranjang. Dihampirinya Nyai Siti yang masih tetap terlelap, sama sekali tidak menyadari kehadirannya. Dewo lalu mengulurkan kontolnya yang sudah menegang ke depan mulut perempuan cantik itu dan menggesek-gesekkannya lembut disana. Sambil melakukannya, Dewo juga mulai meremas-remas payudara Nyai Siti yang bulat besar, yang masih tertutup baju daster. Dewo memijit-mijitnya dengan keras hingga membuat Nyai Siti terbangun tak lama kemudian. ”Ah, apa... eh, Mas Dewo,” gagap Nyai Siti, lalu tersenyum begitu melihat siapa yang duduk telanjang di depannya. Dan senyumnya berubah semakin lebar manakala melihat kontol panjang Dewo yang telah berdiri menantang di depan hidungnya. Nyai Siti segera menangkapnya dengan menggunakan mulut dan lekas mengulumnya begitu nafsu. Sambil mengentot mulut Nyai Siti, Dewo berbisik, ”Nyai, aku perlu bantuanmu.” tangannya masuk ke dalam daster Nyai Siti untuk memegangi payudara istri Kyai Kholil itu secara langsung. ”Demi kontolmu, aku rela melakukan apapun, Mas.” jawab Nyai Siti dengan mulut penuh kontol. Sambil mulai menelanjangi tubuh sintal Nyai Siti, Dewo pun membisikkan sesuatu, dan terlihat Nyai Siti hanya mengangguk mengiyakan. Dewo kemudian mencium mulut Nyai Siti sebagai ungkapan rasa terima kasihnya. Nyai Siti hanya bisa pasrah, dengan tetap berpelukan, mereka terus bercumbu. Tangan Dewo menggerayangi tubuh mulus Nyai Siti yang kini sudah telanjang total. Nyai Siti yang juga terbakar nafsunya, sambil memegang dan mengocok-ngocok kontol Dewo, berinisiatif menjilati leher dan dada laki-laki tua itu. Meski tubuh Dewo bau keringat, Nyai Siti tampak tidak peduli. Malah ia seperti menyukainya, ia terus memainkan puting Dewo dengan menghisap dan menjilatinya penuh nafsu. Dewo yang juga sudah telanjang, senang-senang saja tubuhnya disapu oleh lidah Nyai Siti. Tapi ia tidak ingin berlama-lama dalam bercumbu, cepat ditariknya tangan Nyai Siti ke belakang dan kemudian diikatnya dengan tali. ”Sebagai hadiah bagi Nyai, akan kuberikan kesenangan kepadamu hari ini.” kata Dewo sambil menyumpalkan celana dalamnya ke mulut Nyai Siti. Nyai Siti hanya mengangguk saja. Ia tampak pasrah, tapi tatapan matanya menyiratkan tanda tanya besar dengan apa yang akan dilakukan oleh si Dewo kali ini. Setelah menyumpal mulut Nyai Siti, Dewo kemudian mengambil guling untuk mengganjal perut Nyai Siti. Dia juga menarik kaki Nyai Siti yang menggantung kemudian diikatnya ke kanan dan ke kiri. Dengan posisi tengkurap, kini tubuh Nyai Siti tampak menungging indah. Dewo tersenyum saat melihatnya, sekarang waktunya untuk beraksi. Diolesinya lubang anus Nyai Siti dengan ludahnya sampai menjadi basah, ia juga meludahi ujung kontolnya sendiri. Setelah dirasa cukup, barulah ia mempertemukan keduanya. ”Hmph...” rintih Nyai Siti saat kontol panjang Dewo menerobos lubang anusnya. Ia tidak bisa mengaduh ataupun berteriak karena mulutnya disumpal Dewo dengan celana dalam. Sambil mulai menggenjot tubuhnya, tangan Dewo ikut beraksi. Dengan gemas ia meremas-remas payudara Nyai Siti yang menggantung indah. Juga sesekali menampar pantat Nyai Siti yang bulat besar hingga jadi memerah. Tak lupa ia mengobok-ngobok memek Nyai Siti dengan dua jari hingga membuat perempuan cantik itu orgasme tak lama kemudian. ”Hmph... umph...” Nyai Siti menjerit, tapi suaranya teredam oleh sumpalan celana dalam Dewo. Hanya kucuran air cintanya yang begitu deras yang bisa menjadi petunjuk kalau istri Kyai Kholil itu sedang mengalami nikmat yang amat sangat. Dewo yang keenakan menggenjot anus Nyai Siti hampir ikut meledak juga, tapi untung ia cepat sadar. Cepat ditariknya kemaluannya dan diarahkannya ke mulut Nyai Siti. Dilepaskannya sumpalan di mulut perempuan cantik itu, ”Emut kontolku, Nyai!” perintahnya. Dengan mulut kering akibat banyaknya air liur yang terserap oleh celana dalam Dewo, Nyai Siti melahap kontol itu dan mulai mengulumnya. ”Kamu haus, Nyai? Nih, aku berikan madu untukmu…” kata Dewo sambil memompa kontolnya hingga mentok ke tenggorokan Nyai Siti. Tidak berapa lama, ia pun orgasme di mulut Nyai Siti, spermanya yang kental berhamburan memenuhi mulut Nyai Siti. Dengan badan remuk redam tapi nikmat, Nyai Siti berusaha menelan semuanya. Ia mulai menyukai rasa pejuh Dewo. Dewo yang kelelahan, dengan senyum penuh kepuasan berbaring di tempat tidur Nyai Siti. Diperhatikannya istri Kyai Kholil yang cantik itu, yang kembali mengenakan daster dan jilbabnya. ”Mas, aku siapkan makan siang ya...” kata Nyai Siti sambil melangkah gontai keluar dari kamar. ”Jangan lupa rencana kita nanti malam, Nyai.” Dewo mengingatkan. Bagaikan raja, itulah Dewo yang kini sudah menguasai tubuh dan fikiran Nyai Siti. Nyai Siti hanya mengangguk lemah dan berlalu menuju dapur. *** Malamnya berjalan seperti perkiraan Dewo, Nyai Siti pulang dari Masjid bersama Imah dan seorang tetangga mereka yang lain. Dewo sudah memasang pelet di depan pintu, siapapun yang melewatinya akan menuruti kata-kata Dewo, tidak peduli laki-laki maupun perempuan. Dewo bekerja keras untuk yang satu ini, ia harus mengerahkan semua ilmunya untuk mewujudkannya, dan berharap semoga saja pelet itu bisa bekerja sempurna. Dengan alasan ingin memperlihatkan sesuatu, Nyai Siti mengajak Imah untuk mampir sebentar ke rumahnya. Sedangkan tetangga yang lain, karena umurnya terlalu tua -yang pasti tidak disukai oleh Dewo- dengan halus diminta pulang oleh Nyai Siti. Untung orangnya mau, dan sepertinya Imah juga tidak curiga. Dari dalam kamarnya, Dewo memuji kemampuan Nyai Siti dalam memainkan kata-kata. Beriringan bersama Imah, Nyai Siti berjalan melewati pintu depan. ”Tunggu disini ya, Im. Saya ambilkan dulu barangnya.” kata Nyai Siti, ia menyuruh Imah untuk menunggu di ruang tamu. Dari gelagatnya, Dewo bisa menebak kalau ilmu peletnya bekerja, Imah tampak bingung dan hilang kesadaran. Pandangannya kini menjadi kosong. Nyai Siti segera mendatangi Dewo yang menunggu di kamar. ”Mas, dia sudah siap.” lapornya begitu pintu sudah tertutup. Dewo tersenyum sambil memeluk tubuh sintal Nyai Siti, ”Kamu pintar, tunggu disini ya, aku mau nemui dia dulu.” setelah mencium bibir Nyai Siti, Dewo pun beranjak keluar dari kamar menuju ruang tamu. “Imah, tumben mampir?” tanya Dewo dari belakang, mengagetkan Imah yang sedang termenung, bingung kenapa gairah dan birahinya tiba-tiba melonjak seperti ini. ”I-iya, ada perlu sama Nyai Siti.” jawab perempuan beranak satu tersebut. ”Boleh aku duduk di sini?” tanya Dewo pura-pura bersikap sopan, padahal dalam hati ia tengah merapal mantra untuk dipakai memperkuat ilmu peletnya. “S-silakan,” kata Imah dengan muka memerah. ”Kamu cantik, bikin celanaku jadi sesak aja,” goda Dewo terus terang. Imah menundukkan kepala, mukanya jadi makin memerah. ”Ah, Pak Dewo bisa aja.” sahutnya dengan dada berdebar keras, tak urung matanya melirik selangkangan Dewo yang memang menonjol besar. ”Sudah berapa lama suamimu pergi merantau?” tanya Dewo. ”Tiga tahun,” jawab Ima. ”Jadi tiga tahun ini kamu kedinginan dong,” goda Dewo. ”Aku bisa menghangatkanmu lho.” tambahnya berani. Imah diam dan pandangannya menerawang. Ia berusaha menarik napas yang makin lama semakin terasa sesak. Gemuruh di dadanya juga terasa terus menggelora. Perempuan itu memainkan jemarinya, tampak berpikir antara menolak atau menerima ajakan Dewo. Kalau dalam kondisi normal, Imah tentu akan murka digoda seperti itu. Tapi sekarang, dengan kondisi dipelet seperti sekarang ini, ia malah jadi salah tingkah. Tentu saja, karena pelet Dewo memang mustahil untuk dilawan. “Bagaimana, Im. Kamu mau?” tanya Dewo sambil meniupkan nafasnya yang berisi jampi-jampi ke kuduk Imah. Diserang dengan dosis berlipat-lipat seperti itu, Imah yang pada dasarnya memang tidak kuat iman, takluk dengan mudah. Nyai Siti saja menyerah, apalagi dia yang memang haus akan sentuhan laki-laki. Dengan mata menatap sayu, perlahan Imah berdiri dan meraih tangan Dewo. ”Pak Dewo, ohh... lakukan! Cepat setubuhi aku! Puaskan aku dengan kontol besarmu itu! Kumohon...” pintanya penuh nafsu. Dewo menyeringai. ”Dengan senang hati, mbak Imah.” sahutnya sambil membimbing Imah masuk ke dalam kamar. Nyai Siti yang sudah menunggu, segera membantu Dewo menelanjangi Imah. Saat istri Kyai Kholil itu ingin ikut melepaskan pakaiannya, Dewo lekas melarang. ”Tidak sekarang, Nyai. Aku ingin total ngentotin dia, Nyai jangan ganggu. Nanti Nyai aku kasih jatah sendiri.” kata Dewo. Dengan agak marah dan kecewa, Nyai Siti keluar dari kamar tanpa berkata apa-apa lagi. Dewo segera menutup pintu dan beralih menghadapi Imah yang sudah duduk pasrah di pinggiran tempat tidur. ”Akan kupuaskan kau malam ini, budakku yang baru!” kata Dewo sambil memeluk tubuh montok Imah dari belakang dan menciumi leher serta bahunya yang terbuka. ”Hmm...” melenguh kegelian, Imah memegang tangan Dewo dan ditangkupkan ke arah buah dadanya. Dewo segera meremas-remasnya perlahan. Ukurannya sedikit lebih kecil dari milik Nyai Siti, tapi terasa begitu lembut dan padat. Maklum, usia Imah memang lebih muda dari Nyai Siti. Mereka selisih 8 tahun. Tubuh Imah juga lebih kelihatan ramping dan menggoda, hanya karena kecantikan Nyai Siti lah yang membuat Dewo tetap menganggap istri Kyai Kholil itu sebagai gundiknya yang nomor satu. ”Ahh...” Imah merintih perlahan dan membalikkan badannya. Mereka masih terus berpelukan. Remasan Dewo semakin lama semakin terasa keras dan ganas. Imah yang mengerti kalau nafsu Dewo sudah mulai bangkit, kini mendesah dan menggesek-gesekkan pipinya ke pipi Dewo. Bibirnya mengulum daun telinga Dewo dan mendesah manja disana. “Ohh... Pak Dewo, sudah sejak lama aku menginginkan yang seperti ini.” bisik Imah. “Iya, mbak Imah, aku akan memuaskanmu malam ini.” balas Dewo sambil menciumi telinga Imah. Ia segera membaringkan dan menindih tubuh ibu muda beranak satu ke atas ranjang. Sambil mulai menciumi bibir, leher dan pipinya, Dewo merapatkan tubuh ke badan montok Imah. Tangan Imah dengan cekatan membuka kancing baju Dewo saat laki-laki itu menyusuri pangkal buah dadanya dengan lidah. Kulit Imah yang putih mulus menciptakan siluet yang sangat indah saat diterpa cahaya lampu kamar yang remang-remang. Imah melanjutkan aksinya dengan melepas ikatan sarung Dewo. Dalam beberapa detik, mereka sudah sama-sama telanjang sekarang. ”Auw, Pak Dewoo...” rintih Imah saat Dewo memilin dan meremas putingnya begitu keras. Laki-laki itu juga membenamkan mulutnya ke belahan payudara Imah yang mulus terbuka, yang terasa begitu empuk dan lembut saat ia menciumi permukaannya. Imah membalas dengan meraih dan mengusap-usap kontol Dewo yang sudah menegang penuh. Benda itu tampak begitu panjang dan kokoh, mengganjal di perut Imah bagai tonggak kayu yang tidak bisa patah. Dewo menaikkan pantatnya agar Imah bisa memainkan penisnya begitu rupa. Ia juga memutar tubuhnya agar mereka bisa memainkan alat kelamin masing-masing. Entah kenapa, dengan Imah, Dewo tidak bisa berlaku kasar. Kini di hadapannya tersaji memek sempit Imah yang sudah memerah basah. Dengan penuh nafsu Dewo menjilat dan memainkan tonjolan daging kecil yang ada di bagian depannya. Imah membuka pahanya lebih lebar agar memudahkan Dewo dalam melakukan aksinya. “Ough... Pak Dewo, terus... ahh!!” pekik Imah saat Dewo menjilat dan menjepit itilnya dengan menggunakan bibir. Ia menghentakkan kepala dengan keras ke atas bantal untuk meluapkan rasa nikmatnya. Imah merengek-rengek agar Dewo meneruskan aksinya tanpa perlu buru-buru melancarkan serangan terakhir. Dewo yang sangat suka melihat bentuk memek Imah, terus menggerakkan bibirnya naik turun. Ia menyapu itil Imah berkali-kali hingga membuat lorongnya yang sempit jadi semakin basah dan lengket. Saat sudah banyak cairan yang mengalir keluar, Dewo segera menjilat dan menelannya dengan senang hati. Terengah-engah, Imah menatap Dewo yang kini berdiri mendekatinya. Diperhatikannya kontol laki-laki itu yang begitu besar dan panjang. Punya suaminya dulu tidak ada apa-apanya dibanding ini. Imah menelan ludah, terlihat gentar dan takut, namun dalam hati juga berteriak gembira karena yakin sebentar lagi akan merasakan kenikmatan seks yang sesungguhnya. ”Emut kontolku, mbak!” pinta Dewo. Sama seperti Nyai Siti, Imah awalnya juga kesulitan. Namun setelah menemukan ritme dan iramanya, iapun bisa melakukannya dengan lebih baik. Memang lebih nikmat sepongan Nyai Siti, tapi tetap saja Imah sanggup membuat Dewo melenguh keenakan. ”Ehm, terus, Mbak. Yah, begitu! Terus!” rintihnya dengan tangan terulur untuk meremas-remas bulatan payudara Imah yang menggantung indah. Beberapa saat mereka dalam posisi seperti itu. Dewo memegangi kepala Imah dengan tangan kirinya dan menekannya kuat-kuat ke pangkal pahanya, membuat kontolnya yang panjang masuk seluruhnya. Imah ingin tersedak dan muntah karenanya, namun tidak bisa karena Dewo buru-buru menarik burungnya begitu wajah Imah sudah memerah. Begitu terus berulang kali hingga Dewo kembali tertarik untuk menciumi payudara besar milik Imah. Ditindihnya lagi tubuh perempuan cantik itu. Kedua tangannya segera meremas-remas payudara bulat Imah. Kepalaku menjelajahi permukaanya yang halus mulus, yang keempukannya mengingatkan Dewo pada balon berisi air. Putingnya yang mungil kemerahan, berkali ia cucup dan gigit-gigit pelan hingga membuat Imah merintih tak tahan. Sambil meremas ujung bantal, Imah menggesek-gesekkan ujung kontol Dewo ke bibir vaginanya. “Auhh... ayo, Pak Dewo... lakukan! Entoti aku! Penuhi aku dengan kontolmu!” ia merintih pelan saat tangan kiri Dewo mulai menjalar di pangkal pahanya. Laki-laki itu memasukkan jari tengah ke belahan memek Imah yang sempit. ”Ahh... geli, Pak! Jangan!” desis Imah begitu Dewo mulai mengocoknya. Ia membalas dengan mengusap dan meremas kontol Dewo kuat-kuat. Dewo melanjutkan aksinya dengan menciumi seluruh bagian tubuh Imah yang putih seksi, terutama tonjolan payudaranya. Dewo melumatnya berkali-kali hingga menciptakan beberapa cupangan di permukaannya yang bulat besar. Terasa memek Imah sudah semakin basah dan panas. Dewo kembali menjilat dan menelan semua cairannya. Begitu juga Imah, ia kembali mengulum kontol panjang Dewo hingga mereka saling menghisap kemaluan sekarang. Kontol Dewo sudah terasa mengeras maksimal. Kepalanya yang memerah dan berdenyut-denyut tampak angker dan menakutkan. Inilah saatnya. Dengan posisi menindih tubuh molek Imah, Dewo pun mulai menusukkan batang kontolnya. Semuanya berlangsung sangat cepat, tahu-tahu kontol Dewo sudah ditelan oleh memek Imah yang sempit. Terasa begitu hangat dan lembab. Dewo merintih merasakan betapa ketatnya lorong vagina Imah. ”Oughh... Pak Dewo!” rintih Imah saat pinggul Dewo mulai bergerak naik turun mengocok liang vaginanya. Ia berusaha mengimbangi dengan memutar pinggul dan menaik-turunkan pantatnya perlahan. Kakinya menjepit paha Dewo, sambil kadang dikangkangkan lebar-lebar kalau Dewo menusuk terlalu keras. ”Terima ini, akan kubuat kau tidak bisa melupakan persetubuhan ini.” ancam Dewo sambil menciumi bahu dan dada Imah. Beberapa kali ia menggigit putingnya sampai meninggalkan bekas kemerahan yang sangat banyak. Jepitan dan sempitnya memek Imah membuat Dewo lupa diri, ia benar-benar didera oleh rasa nikmat yang luar biasa. Laki-laki itu bergerak semakin cepat dan mulai merasakan aliran yang tidak terkendali di dalam tubuh tuanya. Tapi Dewo tidak ingin mengeluarkannya sebelum Imah orgasme duluan, pantang bagi dia untuk kalah oleh perempuan. Maka Dewo pun menurunkan irama permainannya. Kini Imah yang bergerak-gerak liar, berusaha mengejar kenikmatan seksual dengan sisa-sisa tusukan kontol Dewo. Imah yang sudah begitu bergairah, sampai juga ke puncak sesaat kemudian setelah mengeluarkan teriakan keras dan panjang. “Aah... Pak Dewo, ouhh...” Tubuhnya mengejang dan pantatnya naik. Untuk memaksimalkan kepuasannya, maka Dewo menekan kontolnya semakin dalam ke lorong vagina perempuan cantik itu. Terasa cairan kewanitaan Imah menyembur deras menyiram batang penis Dewo, sebagian menetes keluar membasahi sprei. Sejenak mereka beristirahat tanpa Dewo mencabut penisnya. Setelah beberapa lama, begitu Imah terlihat sudah mulai tenang, maka Dewo memberikan isyarat untuk doggy style. Ia dorong tubuh montok Imah agar mengambil posisi tengkurap. Sekarang wanita beranak satu tersebut sudah berbaring membelakangi Dewo dengan memek mengintip malu-malu dari celah-celah pahanya yang putih mulus. Dewo mengusap dan menjilatinya sebentar, namun bukan itu sasarannya kali ini. Dengan ludahnya Dewo membasahi lubang anus Imah. ”Aku ingin mengambil perawanmu yang ini, boleh?” tanya Dewo dengan maksud tidak ingin ditolak. Tersenyum mengiyakan, Imah menganggukkan kepala. ”Silahkan, Pak Dewo. Lakukan apapun yang kau mau pada tubuhku!” sahutnya. Imah menaikkan pantatnya sedikit saat ujung kontol Dewo terasa mulai menyundul lubang anusnya. Dewo menekan dan bless... dengan diiringi pekikan tertahan dari Imah, kontol Dewo yang masih kaku dan keras pun masuk seluruhnya. Sambil berpegangan pada pinggul Imah yang besar, Dewo mulai menggenjot tubuhnya. Ia menusuk lubang belakang Imah berulang kali hingga ia merasa hampir mencapai puncak. Dewo segera menarik batang penisnya dan mengarahkannya ke wajah cantik yang sudah terpejam pasrah. ”Terima ini, lonte baruku!” geram Dewo dengan nafas terengah-engah. Dari ujung kontolnya, menyemprot cairan kental yang amat banyak, membasahi mulut dan hidung bangir Imah. Menerima dengan senang hati, Imah lekas meratakannya ke seluruh wajah sebelum cairan itu jadi kering. Wajahnya kini jadi tampak licin dan mengkilat oleh lendir Dewo. Setelah itu mereka sama-sama terbaring lemas. *** Dengan tubuh lelah, Dewo mengantar Imah sampai pintu depan. Cara jalan wanita itu jadi aneh akibat tusukan kontol Dewo yang bertubi-tubi di dua lubangnya. Mereka berjanji untuk bertemu lagi dalam waktu dekat. ”Mainlah ke rumahku. Mulai saat ini, tubuhku adalah milikmu.” kata Imah sebelum mereka berpisah. Dewo tersenyum dan mengiyakannya. Bertambah lagi daftar budak nafsunya selain Rohmah, Wiwik dan Nyai Siti.
============================================================================
============================================================================
============================================================================
Hari masih pagi ketika Dewo melangkah pergi ke belakang rumah. Ditinggalkannya Nyai Siti yang masih tergolek lemas di atas ranjang. Setelah disetubuhi 3 kali, wanita itu jadi tidak punya tenaga sama sekali, bahkan untuk membuka mata saja ia tidak mampu. Dewo tersenyum senang, sambil membasuh kontolnya yang masih belepotan sperma, ia membayangkan siapa lagi wanita di kampung ini yang bisa ia tiduri. Setelah merasakan tubuh molek Imah, Dewo jadi ketagihan. Ia percaya, dengan ilmu peletnya -dan sedikit bantuan dari Nyai Siti- ia bisa mendapatkan semuanya. Dari surau dekat rumah, didengarnya suara Kyai Kholil yang sedang memberikan kuliah subuh. Materinya tentang bahaya zina. Sungguh sangat ironis, disaat dia menerangkan tentang salah satu dosa besar itu, di rumah, istrinya malah main serong dengan Dewo. Bahkan tidak cuma istrinya, tapi juga anak dan adik iparnya. Kasihan sekali Kyai Kholil. Dewo melanjutkan aktivitasnya dengan memberi makan ayam, biasanya ada Wiwik yang menemani sambil menyepong kontolnya, tapi sekarang gadis itu sudah berangkat ke sekolah karena ada les tambahan di jam pertama. Sementara Rohmah lagi ’dapet’, sebejat-bejatnya Dewo, jijik juga kalau dihadapkan dengan pembalut yang penuh darah. Jadilah dia sendirian, tapi tak mengapa, sesekali boleh juga melamun, merenungi nasibnya yang sungguh sangat-sangat beruntung ini. Disaat sedang mencampur dedak dan bekatul, Dewo dikejutkan oleh ketukan pelan di pintu depan. Dia segera menghampiri dan membukanya, siapa tahu itu merupakan rejeki baginya. Dan benar saja, di depan pintu berdiri sesosok tubuh yang sudah sangat dikenalnya. Seorang perempuan, dan dia tersenyum pada Dewo. ”Assalamu’alaikum,” sapanya ramah. Dewo terdiam untuk sejenak, dia sedikit terpesona oleh kecantikan perempuan muda itu. ”Eh, i-iya... wa’alaikum salam,” jawabnya saat sudah bisa menguasai diri. Wanita itu kembali tersenyum, ”Bu Nyai ada?” tanyanya mencari Nyai Siti. ”Bu Nyai ada di kamar, sedikit nggak enak badan.” jawab Dewo sambil mengamati perempuan itu dari atas ke bawah. Selain cantik, dia juga sangat seksi, batin Dewo dalam hati. ”Saya mau ambil gunting yang kemarin dipinjam bu Nyai.” kata wanita itu lagi, senyum masih tetap tersungging di bibirnya yang tipis. Dewo ikut tersenyum, ”Silakan masuk, nanti saya carikan. Mbak Atik silakan duduk dulu. Bener ’kan sampean mbak Atik?” tanya Dewo memastikan, tidak ingin salah. Wanita itu mengangguk, ”Iya, saya istrinya kang Mamat, tetangga depan rumah.” Sebenarnya tidak depan-depan amat sih, sedikit agak ke kiri, sekitar selisih tiga rumah. Ini hanya sekedar untuk basa-basi percakapan saja. Dewo ikut mengangguk dan segera menyingkirkan diri, memberi jalan bagi Atik untuk lewat. Wanita itu segera melangkah masuk ke ruang tamu Kyai Kholil, “Maaf, pagi-pagi sudah mengganggu.“ kata wanita tinggi langsing tersebut. “Ah, nggak apa-apa.” sahut Dewo, sama sekali tidak merasa terganggu. Yang ada dia malah senang dan gembira, siapa tahu Atik bisa takluk juga dalam pelukannya, sama seperti Imah kemarin malam. Dengan cepat, Dewo pun mulai merapalkan mantra peletnya. “Kok sepi ya, pada kemana?” tanya Atik sambil memandang ke sekitar, nafasnya mulai memburu cepat. ’Aneh,’ Dewo membatin dalam hati. Belum diapa-apakan, wanita ini sudah menyerah duluan. Gampang sekali, padahal Dewo masih belum ‘menyerang’. Ada apa ini? Belum habis keheranannya, Atik makin bertindak provokativ dengan memamerkan buah dadanya yang montok kepada Dewo, dia seperti membusungkan dadanya yang meski tertutup jilbab lebar, tapi terlihat begitu menggairahkan. Dewo garuk-garuk kepala, ini sama sekali di luar rencananya. Tapi sebagai seseorang yang gila seks, tentu saja dia tidak akan menyia-nyiakannya. Dengan cepat ia melempar jala untuk menjerat perempuan cantik itu, “Mbak cantik sekali pagi ini, membuat saya jadi nafsu!“ rayunya. “Ah, Paman Dewo bisa aja, orang sudah tua kok dibilang cantik.“ sahut Atik, masih dengan nada biasa. Seharusnya ia marah digoda seperti itu, ini benar-benar tidak normal. Dewo mencoba mencari penyebabnya, tapi tidak bisa menemukan. Daripada pusing-pusing, mending ia teruskan merayu. “Beneran, kalau jadi suami mbak, Mbak bakal aku garap tiap hari.” kata Dewo sambil sedikit menaikkan celana kolornya, membiarkan Atik memandangi tonjolan kontolnya yang sudah mulai terbangun. ”Ahh,” perempuan cantik beranak satu itu melenguh pelan, lalu lekas memalingkan mukanya. ”Paman Dewo bikin saya malu,” sergahnya. Dewo tersenyum, ”Kok malu? Ini saya bangunkan khusus buat Mbak lho.” godanya lagi. Atik makin tersipu, dia melirik selangkangan Dewo yang makin menegang sempurna, malu-malu tapi mau. ”Tapi kan ada Nyai Siti di rumah,” kilahnya. ”Kalau misal Nyai Siti nggak ada, Mbak mau?” tekan Dewo. Atik terdiam, tidak mengangguk tapi juga tidak menolak. Hanya matanya yang terus menatap selangkangan Dewo tanpa berkedip, menunjukkan jawaban apa yang ia pilih. Dengan tersenyum penuh kemenangan, Dewo segera merangkul tubuh ibu muda beranak satu tersebut, ”Kita ke rumah Mbak aja, bukankah Bang Mamat sudah ke sawah jam segini.” usulnya. Atik terdiam, seperti memikirkannya, tapi selanjutnya mengangguk setuju. ”Mbak pulang dulu, nanti saya nyusul. Saya mau ganti baju dulu,” kata Dewo menyeringai. Tanpa berkata-kata, Atik segera berbalik dan melangkah pergi. ’Gila!’ Dewo menyumpah dalam hati. Mimpi apa dia semalam, salah satu wanita tercantik di desa ini tiba-tiba merayunya, tanpa perlu dipelet atau diguna-guna. Mungkin ini yang namanya ketiban durian runtuh. Tersenyum penuh kebahagiaan, Dewo pun segera pergi ke kamar untuk menukar bajunya. Dilihatnya Nyai Siti masih tertidur pulas di atas ranjang. Dia segera membangunkannya, bisa gawat kalau sampai Kyai Kholil pulang dan memergoki istrinya tidur di kamar Dewo. ”Mau kemana, Mas?” tanya Nyai Siti sambil meraba-raba mencari bajunya yang berceceran. “Keluar sebentar, beli rokok.” sahut Dewo berbohong, dia segera melangkah pergi agar Nyai Siti tidak bertanya-tanya lagi. Di rumah berpagar biru yang banyak ditumbuhi bunga, Atik sudah menunggu kehadirannya. Ia segera merangkul Dewo begitu laki-laki tua itu masuk dan mengunci pintu depan. “Kukira Paman nggak jadi datang,” bisiknya manja. “Siapa juga yang bisa menolak wanita secantik Mbak!” balas Dewo yang membuat Atik tertawa tergelak. “Ah, dari tadi Paman menggoda terus,” Atik berusaha menata nafasnya yang mulai kembali memburu. “Kamu pengen ngentot denganku?” tanya Dewo yang membuat Atik menjadi terlonjak. “Aah... Paman kok gitu sih, bikin saya jadi pengen aja... aduh, aku ngomong apa sih!“ ralat Atik yang matanya melirik ke arah selangkangan Dewo yang mulai membesar tajam. Lirikan itu tertangkap mata si Dewo, “Nggak apa-apa, bukan kamu aja kok yang pengen.” sahutnya terus terang. ”Ah, maksud Paman?” tanya Atik sambil tersipu malu. “Ah, nggak usah dipikirin.” Dewo mencium pipi perempuan cantik itu. “Ayo cepat, nanti keburu suamimu pulang dari sawah.” ingatnya. “Ah, Paman nakal…“ balas Atik sambil memukul pelan pundak Dewo. “Gimana nggak nakal, kalau digoda bidadari secantik kamu.“ ujar Dewo merayu. “Terserah Paman, deh…“ ujar Atik pada akhirnya. Ia pasrah saja saat Dewo menaikkan dagunya dan mengecup bibirnya mesra. Ia membalas pagutan itu dengan pelan pula, masih terlihat sedikit ragu. ”Kenapa?” tanya Dewo. ”Apa benar apa yang kita lakukan ini?” ujar Atik heran, tapi sama sekali tidak menolak. Dewo hanya tersenyum, dan tanpa menjawab kembali melumat bibir tipis kemerahan milik istri Mamat itu, kali ini dengan rakus dan penuh nafsu. ”Ahh,” Atik melenguh menerimanya, ia memang sempat terkejut, namun kemudian membalas lumatan Dewo dengan tak kalah panas. Tanpa berkata apa-apa lagi, merekapun terlibat dalam ciuman yang hangat dan penuh gairah. Salah satu tangan Dewo menyingkap baju panjang yang dipakai oleh Atik, ia ingin mengelus dan meraba-raba kulit paha perempuan cantik itu. Sementara kontol Dewo yang sudah ngaceng berat membuat Atik melotot, batang panjang itu tercetak jelas di celana kolor Dewo yang lusuh. “Ooh... aaah...“ rintih Atik saat tangan Dewo masuk lebih dalam dan mengelus-elus lubang memeknya yang ternyata sudah begitu basah. Tidak menyahut, Dewo segera menindih tubuh montok perempuan cantik itu ke atas sofa. Ia raba-raba tubuh Atik yang masih tertutup baju panjang dan jilbab lebar. Tangannya masuk ke balik kaos, menaikkan cup BH Atik dengan sedikit susah, dan lekas meremas dan memijit-mijit buah dada Atik yang ranum dan segar begitu sudah mendapatkan dalam genggamannya. ”Ahh,” Atik mendesah, rintihannya semakin terdengar jelas memenuhi ruangan. “Lepas bajumu, Mbak… aku ingin melihat kesintalan tubuhmu,“ perintah Dewo sambil menaikkan baju Atik ke atas. Atik yang sudah terbakar nafsu hanya tersenyum mengiyakan dan lekas melakukannya. ”Paman juga donk, masa cuma aku aja yang telanjang” pintanya. Dewo pun melepas kaosnya, juga membuka celana kolornya yang telah lusuh dan membuangnya begitu saja ke lantai. Kontolnya yang masih tertutup celana dalam sudah bisa membuat Atik mendelik. Dewo menarik BH istri Mamat itu dan melepasnya, membiarkan dada Atik yang bulat dan sintal terekspos jelas di depan hidungnya. “Tetekmu indah, Mbak…“ ujar Dewo sambil langsung menyusu ke buah dada itu, ia mengemut putingnya yang lancip kuat-kuat sambil sesekali menggigitinya dengan penuh nafsu. Atik meremasi kepalanya saat Dewo melakukan itu. “Lakukan, Paman… beri aku kepuasan... aku sudah lama tidak mendapatkan yang seperti ini.” bisiknya parau sambil dengan gemas langsung meremas kontol Dewo keras-keras, Dewo sampai terlonjak kesakitan karena dicekal seperti itu. ”Sakit, Mbak. Pelan-pelan,” pintanya. “Aku mau lihat punya Paman, boleh ’kan?” sahut Atik tak sabaran. Tangannya masih terus meremas-remas kontol Dewo yang sudah ngaceng berat. Setelah Dewo mengangguk setuju, dia segera menarik turun celana dalam yang membungkusnya hingga kontol Dewo menyeruak keluar dengan gagahnya, memamerkan segala kejantanan dan pesonanya. “Wow, besar sekali!!!“ puji Atik dengan tersenyum, tangannya memegang dan meremas-remas kontol Dewo semakin gemas. ”Inimu juga gede,” sahut Dewo sambil memegangi buah dada Atik yang terlihat benar-benar padat. “Duduk, Paman, sini aku emut...“ balas Atik dengan muka pengen, terlihat celana dalamnya sudah sangat basah. “Mbak Atik udah nggak tahan ya?“ ledek Dewo sambil mencubiti putingnya satu per satu. “Aah, Paman... geli!” rintih Atik dengan tersenyum akibat godaan Dewo. Dewo menarik celana dalam Atik sampai terlepas dan melemparkannya ke lantai, menumpuk bersama baju-bajunya. Tubuh perempuan beranak satu ini memang benar-benar menggairahkan, sangat sintal dan mulus sekali, membuat Dewo semakin tidak tahan untuk membiarkannya menganggur lebih lama lagi. “Uuh... memek Mbak Atik bagus sekali. Lebih bagus lagi jika kontolku sudah menyodok-nyodoknya,” racau Dewo sambil memandangi memek yang berjembut tipis itu. “Lakukan, Paman... cepat lakukan!” sahut Atik dengan wajah yang sudah tidak tahan, matanya terus menatap ke arah kontol si Dewo. “Sabar, Lonteku! Aku pasti akan melakukannya,“ ucap Dewo sambil langsung menindih dan meremas-remas buah dada Atik yang bulat besar dengan penuh nafsu. Ia juga melumat bibir perempuan cantik itu sembari memeluknya erat. ”Hmm... ahh!” Atik meladeni lumatannya dengan tak kalah rakus dan liar. Mereka berdua saling menghisap, luar biasa nakal dan nikmat. Geliat tubuh Atik makin terasa menggelinjang seiring tangan Dewo yang terus meremas-remas lembut buah dadanya yang ranum itu. “Ooh. Paman, sudah... aah...“ erang Atik tak tahan, ia mendorong dada Dewo agar tidak menindihnya, lalu menyuruh laki-laki itu untuk duduk kembali. ”Sini kontol Paman, aku emut!” katanya dengan tegas dan tersenyum nakal. Dewo hanya bisa mendesah dan membuka paha, baru kali ini ia menurut saat diperintah oleh perempuan. ”Kontol nakal, rasakan kau...“ seru Atik dengan gemas, ia memegang dan memijit kontol Dewo begitu keras. “Jangan kasar, Mbak... kalau mau emut, ndang emut aja. Jangan dicekik seperti itu, bisa mati nanti kontolku.“ keluh Dewo tidak rela. “Saya mau nanya... sudah berapa kali kontol ini masuk ke memek perempuan?“ selidik Atik dengan wajah menatap Dewo, sementara jari-jari tangannya masih memegangi kontol Dewo dengan gemas. “Berkali-kali, Mbak.“ jawab Dewo ngasal. “Kalau begitu, Paman harus ngentoti aku berkali-kali juga!“ sahut Atik dengan riang, kemudian tersenyum. “Nggak perlu diminta, Mbak... akan aku bikin mbak teler pagi ini,“ sahut Dewo. Atik tergelak. “Aku mabuk kontol, Paman... Kontolmu besar, aku suka... sudah lama aku nggak ngeliat kontol yang gede gini... aku pengen merasakan kontolmu, Paman.“ kata Atik sambil mendorong dada Dewo agar bersandar di sofa. Dengan rakus ia kemudian melahap kontol si Dewo, Atik menelannya bulat-bulat, ia masukkan semua ke dalam mulutnya. Meski agak sedikit kesulitan, Atik terus mempermainkan kontol si Dewo, lidahnya dengan rakus menjilat batang kontol Dewo hingga jadi memerah karena rangsangannya. Dewo membiarkan Atik menikmati batang padat kontolnya. Ia tengadah merasakan kenakalan bibir dan lidah perempuan cantik beranak satu ini. Dewo merebahkan tubuhnya agar nyaman. Ia pandangi Atik yang masih rakus memainkan batang kontolnya. Lidah perempuan itu terus menjilat-jilat, membasahi batang kontol Dewo di setiap bagiannya; mulai dari ujung hingga pangkalnya, juga dua telor yang ada di bagian bawahnya. Atik menghisapnya dengan begitu rakus, menelannya bulat-bulat dan menghisapnya dengan begitu kuat, membuat Dewo jadi merintih nikmat dibuatnya. “Enak, Mbak… terus... kamu benar-benar pelacur berjilbab!“ ejek Dewo, yang tentu saja diabaikan oleh Atik. Boro-boro marah, ia malah makin tenggelam dalam kenikmatan mengulum batang kontol Dewo. Benda itu sekarang jadi mengkilap karena penuh oleh air liur Atik. “Crop…“ Atik melepas penis Dewo lalu merangkul pundak laki-laki itu, ”Masukin, Paman… aku sudah nggak tahan!“ pintanya. “Nanti mau aku keluarin di mana?” tanya Dewo sambil tangannya meremas-remas payudara Atik pelan. “Di dalam saja, nggak apa-apa.“ sahut Atik, tangannya lekas membimbing kontol Dewo agar segera memasuki lubangnya. “Mbak nggak takut hamil?“ tanya Dewo. “Lakukan saja, Paman, jangan banyak tanya!“ dengan sedikit memaksa, Atik mengepaskan batang kontol Dewo dan menekannya perlahan. Terasa sesak sekali saat ujung kontol Dewo mulai masuk membelah celah mulut vaginanya. “Punya Paman kegedean...“ bisik Atik perlahan. ”Bukan, punya Mbak yang masih kering.” sahut Dewo saat Atik masih memeluknya. Ia segera menggulingkan diri hingga ganti Atik yang berada di bawah sekarang. Dewo langsung menindihnya, ia angkat kedua paha Atik ke atas, segera disosornya memek perempuan cantik itu. “Ah, Paman... geli!“ Atik merintih. Memeknya yang masih rapat kini dibuka paksa oleh Dewo dengan jilatan. Hisapannya yang kuat dan bertubi-tubi membuat tubuh Atik melengkung, yang disambut oleh Dewo dengan meremas-remas lembut buah dadanya, sehingga kepala Atik makin oleng ke kanan dan ke kiri. Dewo terus menjilat dan memasukkan lidahnya semakin dalam ke lubang memek Atik yang becek. Jilbab perempuan cantik itu sudah awut-awutan, Atik ingin melepasnya, tapi Dewo lekas melarang. ”Mbak lebih menggairahkan kalau pake jilbab.” begitu kata si Dewo. Atik pun tidak membantah lagi, kembali ia nikmati hisapan Dewo pada lubang memeknya yang sekarang sudah semakin kuat dan cepat. Mata Atik sampai memutih akibat menahan sensasi jilatan itu. “Ahh... enak, Paman... terus... terus... hisap yang itu! Yah, iya bener... yang itu...“ rintih Atik saat lidah Dewo sampai di bulatan itilnya yang sudah menonjol indah dan menjilat kuat disana. Ia menggigit bibirnya sendiri karena saking nikmatnya. Menit demi menit berlalu, memek Atik kian merekah dan memerah. Itilnya yang terus dijilati oleh Dewo, kini sudah mengeras dan memerah tajam. Atik yang diserang begitu rupa, semakin menjerit dan berteriak penuh kenikmatan, “Lakukan sekarang, Paman… Lakukan... entoti aku! Ughh... ahh... aku udah nggak tahan!“ pintanya. Dewo yang juga sudah tak tahan, lekas mengatur posisi. Ditindihnya tubuh montok Atik sambil tangannya meremas-remas payudara perempuan cantik itu pelan-pelan. ”Terima ini, Lonteku! Jangan panggil aku Dewo kalau tidak bisa memuaskanmu!” kata Dewo sambil menusukkan batang kontolnya kuat-kuat. ”Auw!” Atik menjerit kaget saat memeknya dipenuhi oleh kontol Dewo dengan tiba-tiba, meski sudah siap dan sangat mengharapkannya, tapi tetap saja membuat Atik meringis kesakitan. Batang kontol itu sungguh sangat besar, juga panjang dan keras sekali. Memek Atik bagai ditumbuk-tumbuk alu besar saat Dewo mulai menggerakkannya naik turun. “Sakit, Paman... tapi enak,“ ujar Atik berusaha untuk tersenyum. “Semua pelacurku pasti bilang begitu,“ balas Dewo sambil melumat dan memeluk tubuh Atik mesra, tangannya kadang meremas buah dada istri Mamat itu. Bunyi kecipak alat kelamin yang bertubrukan memenuhi ruangan tengah yang tidak seberapa besar itu. Atik terus berteriak, tubuh sintalnya menggelinjang naik turun dengan irama teratur, sesuai genjotan pinggul Dewo yang sudah semakin keras dan cepat. Tangan Dewo juga mengelus-elus paha Atik yang putih mulus. “Ahh, Paman... enak... ooh...“ rintih Atik di tengah debur nafasnya yang tak teratur. Dewo terus memberikan tambahan rangsangan dengan meremas-remas buah dadanya, juga mengulum kedua putingnya secara bergantian. Atik meremas kepala laki-laki itu. Mereka terus berpacu dalam posisi seperti itu lama sekali, hingga akhirnya Atik menjerit pelan tak lama kemudian. Sepertinya dia akan segera orgasme. “Paman, ahh... aku nggak tahan...“ teriaknya. “Keluarkan saja, jangan ditahan! Ooh... betapa enaknya tempekmu!“ sahut Dewo sambil terus menggenjot cepat. Atik tersenyum sambil mengimbangi dengan menaik-turunkan pantatnya. Ia nikmati gesekan kontol Dewo di dinding-dinding memeknya dengan sepenuh hati, hingga akhirnya muncrat beberapa detik kemudian. “Ohh... .. aku sampai!” Tubuhnya yang indah melengkung bak busur panah, memberikan tambahan remasan pada buah dadanya yang membusung indah. Dewo lekas mencium dan memijitinya keras-keras untuk memberikan tambahan rangsangan saat Atik menjemput orgasmenya. Atik menikmati saat-saat indah itu beberapa lama, hingga akhirnya tubuhnya lunglai karena kelelahan. Dewo segera menangkap dan mendekapnya, memeluknya dengan dua tangan. ”Enak ’kan, Lonte baruku?” tanyanya menggoda. Atik mengangguk, “Makasih, Paman... aku puas sekali. Kontol paman benar-benar jantan!” pujinya. ”Masih mau lagi?” tanya Dewo. Atik mengangguk lagi, ”Entoti aku, Paman, sampai kapanpun aku mau!” jeritnya. Dewo menyeringai, ”Tapi ada syaratnya,” ”Apa itu?” tanya Atik. ”Minum pejuhku, itu syarat yang pertama.” sahut Dewo sambil meremas gemas buah dada Atik yang bulat besar. Atik mengangguk mantab, ”Jangankan pejuh, minum air kencing Paman aku juga mau.” ”Hahaha,” Dewo tertawa gembira. ”Mau tahu syarat yang kedua?” tanyanya. Atik mengangguk, ”Auw!” ia sedikit menggelinjang saat Dewo mengulum putingnya yang lancip kuat-kuat. “Aku pengen perawanmu yang ini.” kata Dewo sambil memegang lubang anus Atik. ”Nikmati saja, Paman... semua lubang di tubuhku adalah milikmu!” Atik semakin menggelinjang karena nafsu, ia sudah tidak dapat berpikir jernih. ”Kalau begitu, kuambil sekarang!” kata Dewo sambil memutar tubuh Atik hingga menungging di hadapannya. Cepat diludahinya lubang anus perempuan cantik itu, ditusuk-tusuknya perlahan dengan tangan, sebelum akhirnya mengepaskan ujung kontol ke lubangnya yang mulai merekah indah. ”Auw! Pelan-pelan, Paman!’ jerit Atik saat Dewo mulai menusuk masuk. Terasa sangat sempit dan ketat karena lubang itu memang tidak pernah digunakan. Dewo menyeringai puas. Tadi malam ia bisa memperawani Imah, sekarang Atik, selanjutnya siapa lagi ya? “Paman, berhenti dulu... ughhh, sakit!” rintih Atik memelas. Tapi bukan Dewo namanya kalau punya rasa kasihan. Ia terus menusukkan penisnya, mendorong dan menekannnya sekuat mungkin hingga amblas seluruhnya. Selanjutnya, tanpa memberi kesempatan bagi Atik untuk bernafas, ia mulai menggoyangnya maju mundur. ”Auw! Paman, sakit!” Atik terus mengaduh, tubuhnya menggelinjang kesana kemari karena saking nyerinya. Dewo segera memeluk dan memeganginya. Sambil terus menggoyang, ia cium bibir perempuan cantik itu dan dilumatnya mesra, membuat Atik makin kepayahan hingga akhirnya berhenti berteriak. Dewo juga meremas-remas buah dadanya dengan lebih keras, sehingga Atik makin tidak bisa berkutik lagi. Di bawah, pantatnya terus menekan, memacu tubuh seksi istri Mamat dengan sangat cepat. “S-sudah, Paman... aku nggak tahan.“ erang Atik begitu keras. “Tahan sebentar, aku sudah mau keluar!“ balas Dewo sambil kembali melumat bibirnya. Saat sudah tiba waktunya ia ejakulasi, cepat Dewo mencabut batang kontolnya dan kembali membalik tubuh molek Atik. Ia jepitkan batang yang penuh lendir itu ke belahan payudara Atik yang bulat besar. ”Emut, Lonteku! Rasakan pejuhku saat menyiram mulutmu!” perintah Dewo. Atik segera membuka bibirnya dan melahap ujung kontol Dewo. Benda itu terasa berkedut-kedut pelan, dari lubangnya yang mungil memancarlah cairan mani yang begitu kental, sangat banyak dan panas sekali. Atik segera menampung semuanya dengan lidah, lalu menelannya dengan sekali tegukan. Dewo menyeringai melihat kepintaran istri Mamat itu, ia masukkan batang kontolnya ke mulut Atik agar perempuan cantik itu membersihkan sisa-sisa spermanya. ”Gimana, Paman?” tanya Atik saat kontol Dewo sudah mengkilat bersih. ”Apanya?” tanya Dewo sambil tangannya kembali mengelus-elus bulatan payudara Atik. ”Apa aku sudah bisa jadi gundik Paman?” tanyanya. Dewo mengangguk, ”Tentu saja. Mulai sekarang, kamu boleh nikmati kontolku kapan saja.” ”Asyik!” Atik tersenyum gembira. Dewo sudah akan berkata lagi saat didengarnya suara ’ceklek’ di pagar depan. Dewo masih berpikir, suara apakah itu? Tapi Atik yang sudah hafal segera berteriak panik. ”Suamiku, dia sudah pulang!” Dewo segera mencabut kontolnya dan mengenakan celana kolornya dengan serampangan, bajunya ia pegang begitu saja di tangan. ”Pintu belakang, mana pintu belakang?” tanyanya cepat. Atik menunjuk lorong di sebelah dapur, Dewo segera melesat kesana, tepat saat pintu depan terbuka dan masuklah bang Mamat, suami Atik. ”Kamu kok telanjang?” tanya laki-laki itu. ”Aku nunggu Abang, sudah pengen banget!” dusta Atik sambil memamerkan tubuh sintalnya. Tanpa menaruh curiga, Mamat pun tersenyum dan lekas mencopoti seluruh bajunya, ikut telanjang. Dengan kontol yang mendongak panjang, tapi cuma setengah dari milik si Dewo, ia tindih tubuh sang istri. Sementara itu, Dewo yang berhasil lari, masuk ke rumah Nyai Siti dengan terengah-engah. Kyai Kholil yang melihatnya bertanya, ”Ada apa, Mas?” ”Ehm, anu... dikejar anjing.” sahut Dewo. Kyai Kholil tidak bertanya lagi, laki-laki itu kembali menekuni buku yang sedang dibacanya. Dewo segera masuk ke dalam kamar. Sebelum menutup pintu, ia sempat melirik ke ruang tamu. Disana, duduk seorang wanita muda yang sangat cantik dan seksi, sepertinya teman sekolah Wiwik. Gadis itu melihat Dewo dan tersenyum. Dewo mengangguk dan ikut tersenyum. Saat itulah matanya menatap kertas pelet yang ia taruh di pintu depan. Dengan pandangannya yang terlatih, Dewo bisa tahu kalau kertas itu masih bekerja, terbukti dari si gadis teman Wiwik yang sekarang mulai berjalan mendekatinya. Ketemu juga jawabannya, kenapa Atik begitu gampangan tadi. Ternyata wanita itu sudah terkena ilmu peletnya. Dalam hati Dewo berseru gembira, berarti ilmunya sudah meningkat pesat. Seharusnya pelet itu cuma bekerja satu malam, saat digunakan kepada Imah. Tak tahunya, sampai siang begini, masih ampuh juga. Dewo amat bersyukur, dengan begitu, ia jadi dapat tambahan rejeki. Setelah dengan Atik, kini ada teman Wiwik yang tertarik. Tapi masalahnya, ada Kyai Kholil di rumah. Apa yang akan dilakukan Dewo?
============================================================================
============================================================================
============================================================================
Dewo segera mencari Nyai Siti, saat dilihatnya wanita itu sedang berada di dapur, ia segera menghampirinya. ”Nyai, aku perlu bantuanmu.” Dewo berkata. Nyai Siti menoleh dan tersenyum, “Katakan saja mas Dewo, aku selalu siap membantumu.” Ia mengira Dewo menginginkan tubuhnya, tapi ternyata tidak. Nyai Siti jadi sedikit kecewa dibuatnya. Dewo mengutarakan rencananya, sementara Nyai Siti mendengarkan dengan seksama. “Bagaimana, kamu bisa?” tanya Dewo kemudian. Nyai Siti mengangguk. “Itu gampang, bisa diatur. Tapi…” “Nanti ada imbalan untuk Nyai…” Dewo menyeringai. Nyai Siti tersenyum. “Beneran? Janji ya…” Dewo mengangguk. “Akan kuentoti Nyai sampai puas.” bisiknya. Saat itulah Kyai Kholil tiba-tiba keluar dari kamar. Takut dicurigai, Dewo segera berlalu ke belakang, sementara Nyai Siti melangkah menuju suaminya. “Bi, antarkan Umi ke pasar sebentar, ada yang perlu dibeli.” kata Nyai Siti. Tanpa bertanya apa-apa, Kyai Kholil menyanggupinya. Ia sama sekali tidak curiga akan keberadaan Sarah, teman Wiwik, yang tadi berada di ruang tamu, kini sudah tidak kelihatan lagi batang hidungnya. Kemana gerangan gadis cantik itu? Hanya Dewo dan Tuhan yang tahu. *** Sepeninggal Nyai Siti dan Kyai Kholil, Dewo segera kembali masuk ke dalam rumah. Bergegas dia pergi ke kamarnya. Disana, seorang gadis sudah menunggu. “Paman, kok lama sekali sih?” tanya Sarah dengan senyum mesra sok akrab. Dia yang biasanya lugu, kini jadi genit seperti ini. Itu semua karena pelet Dewo yang manjur dan ampuh. Dewo ikut tersenyum dan mengamati tubuhnya, bagian dada gadis itu telah terbuka lebar menonjolkan bongkahan buah dadanya yang mulus sempurna. Tahu kalo Dewo memandangi, Sarah malah memajukan badannya sehingga bongkahan itu semakin tumpah keluar. “Paman suka?” selidik Sarah dengan tersenyum nakal. “Kamu ini, badan kecil tapi susunya gede banget!“ kata Dewo sambil menjilat bibir. “Pegang aja, Paman, nggak apa-apa kok!” kata Sarah dengan menyeringai, kesadaran sudah sepenuhnya lenyap dari pikirannya. Yang ada sekarang cuma bagaimana mendapatkan nikmat dari Dewo. Tanpa berkata lagi, Dewo segera merangkul tubuh kurus Sarah dan melumat habis bibir mungilnya. Sarah sedikit terkejut namun langsung saja meladeni lumatan itu. Mereka berdua saling hisap di kamar sempit yang dekil itu dengan penuh rakus dan ganas. Sarah memang terlihat agak kaku, maklum ini adalah ciuman pertamanya. Namun Dewo dengan senang hati mengajarinya, akan ia buat gadis itu gila seks seperti halnya Wiwik, Rohmah, dan Nyai Siti. “Hhss... Paman... aah... hhh...“ desis Sarah ketika Dewo meremas payudaranya yang membulat dengan gemas. “Aku pengen tubuhmu, Nduk... semua lubang di tubuhmu!“ kata Dewo yang disambut senyum oleh Sarah, sama sekali tidak menyadari bahaya yang mengancam dirinya. Mereka kembali saling melumat dan menghisap bibir. Tangan Sarah dengan nakal mulai meremas kontol Dewo yang sudah ngaceng tegak di balik celana. Demikian pula dengan Dewo, tangannya naik dan kembali meremas-remas buah dada Sarah yang menggantung indah di depan dada, hanya tertutup jilbab lebar karena kancing baju seragamnya sudah terbuka sedari tadi. Terasa sangat empuk dan lembut sekali, Dewo menyukainya. Sambil meremas semakin kuat, ia merangkul dan melumat bibir Sarah dengan penuh nafsu. Lidah mereka saling bertaut dan bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri. Sarah sampai menggelinjang dibuatnya, tidak ia pedulikan bibir tebal Dewo yang bau rokok dan tembakau. Yang ia inginkan cuma kepuasan, biarpun tahu kalau itu akan sangat menyakitkan nanti. ”Paman...” Sarah melenguh, ditahannya kepala Dewo agar tidak melakukan lumatan lagi. Ia memandangi Dewo dengan sikap memburu, sambil tangannya masih mengusap-usap kontol laki-laki tua itu penuh nafsu. Birahi Sarah terlihat menggelegak, terbuai oleh kengacengan kontol Dewo, yang merupakan kontol pertama dan satu-satunya yang pernah ia lihat seumur hidupnya. Menyeringai senang, Dewo segera menerkam tubuh molek Sarah hingga gadis itu terjengkang ke belakang, tapi Dewo lekas menahan kepalanya agar tidak sampai terbentur ke pinggiran tempat tidur. Kini Sarah berbaring telentang di bawah, dengan Dewo menindih penuh hasrat dari atas. Di ranjang milik Dewo yang dekil, mereka mulai saling memeluk dan merangkul. Dewo dengan nakal menyingkap rok panjang Sarah hingga terbuka lebar, ia seperti tak sabar ingin menelanjangi gadis itu yang disambut Sarah dengan menarik celana Dewo dengan tak kalah ganasnya. “Breeet!!“ celana Dewo robek di bagian depan. Kontolnya yang sudah mengacung tegak langsung terlontar keluar. “Ahh...” Sarah sedikit memekik saat menerimanya, namun segera menggenggam dan mengelus-elusnya dengan penuh nafsu karena benda inilah yang memang ia cari dari tadi. Dewo juga sudah selesai menelanjangi Sarah, diperhatikannya tubuh gadis itu yang mungil dan kurus namun sangat mulus sekali. Kulitnya begitu halus dan licin, juga sangat putih. Yang membuat Dewo geleng-geleng kepala adalah ukuran payudara Sarah yang begitu besar, terlihat tidak cocok dengan posturnya yang kecil. Putingnya yang masih perawan terlihat mencuat indah, menghiasi puncaknya yang memerah. Sambil kembali saling melumat penuh nafsu, Dewo menyingkirkan untaian jilbab yang dikenakan Sarah ke belakang agar tidak mengganggu remasan tangan di buah dadanya. Ia sengaja tidak melepasnya, Dewo lebih suka mengentoti wanita yang masih berjilbab. “Ooh… Paman… aah…“ erang Sarah ketika Dewo dengan nakal menangkupkan tangan ke gundukan payudaranya dan meremasnya pelan. Ia juga tidak menolak ketika tangan Dewo yang lain meluncur ke bawah, ke arah lubang memeknya. “Pamaann…“ lenguh Sarah dengan mata terpejam. Terlihat jembutnya yang baru tumbuh meremang sangat menawan, lubangnya begitu rapat namun sudah basah. Dewo segera membelai dan mengusap-usapnya pelan, membuat Sarah makin merintih dan menggelinjang-gelinjang kegelian karenanya. Tangan Dewo tak habis-habisnya bergerak kesana-kemari, mengelus dan meremasi tubuh mulus Sarah yang sangat membangkitkan gairahnya. Setelah Rohmah dan Wiwik, inilah saat bagi Dewo untuk mendapatkan seorang perawan kembali. Sarah sendiri tanpa mempedulikan apa-apa lagi, meladeni lumatan Dewo pada bibirnya sambil tangannya menyelinap memegang batang kontol Dewo yang sudah ngaceng berat dan mengelus-elusnya perlahan. “Luar biasa punya Paman... besar sekali!“ puji Sarah ketika Dewo melepas ciumannya. “Itu namanya kontol, nduk… bilang, aku suka kontol! Gitu...“ kata Dewo sambil meremas buah dada Sarah keras-keras, membuat si cantik teman Wiwik itu mengaduh kesakitan. “Auw! I-iya, Paman…” Sarah mengangguk. “A-aku suka kontol paman. Aku suka kontol Paman yang gede ini...” pekiknya sambil balas meremas batang kontol Dewo dengan kuat, membuat Dewo sampai menengadah ke atas merasakan sakitnya betotan tangan lentik dan jahil gadis manis itu. Mereka berdua berpandangan sambil tersenyum, namun tak lama kemudian Sarah berbisik dengan senyum menggoda dan penuh gairah, “Ayo, Paman, cepat entoti aku!" pintanya dengan penuh harap. “Nanti keburu bu Nyai dan pak Kyai pulang.” tambahnya. Dewo mengangguk, “Itu bisa diatur… sekarang emut kontolku dulu, nduk! Aku pengin dihisap sama kamu!“ kata Dewo sambil mengelus-elus memek Sarah yang sudah basah kuyup oleh gairah, membuat Sarah menggelinjang kegelian untuk sebentar. Gadis itu segera turun dari pangkuan Dewo dan kemudian berjongkok sambil membuka paha Dewo sedikit melebar. Ia lalu bersimpuh dengan menggunakan siku lututnya, dan langsung memasukkan batang Dewo ke dalam mulutnya. Sarah berusaha menelannya sambil menghisapnya kuat-kuat. “Aauh...” erang Dewo mendongak ke atas. Meski emutan Sarah terasa kaku, tapi tetap saja membuatnya melenguh nikmat. Apalagi saat Sarah kemudian menggerakkan batang kontolnya keluar-masuk dengan cepat, Dewo semakin merasakan horny yang luar biasa. Ia pun juga tak tinggal diam, dengan posisi Sarah berlutut seperti itu, tangan Dewo nemplok di payudaranya yang bulat dan mulai meremas-remas dengan nikmat, terasa sangat hangat dan empuk sekali. “Terus, nduk... aah... telan air maniku... sebentar lagi aku muncrat!“ kata Dewo dengan tetap bermain pada buah dada Sarah. Sarah menghentikan jilatannya sejenak, namun tangannya tetap mengocok batang kontol Dewo. Ia memandangi Dewo dengan senyum nakalnya, “Keluarin semua, Paman! Siram aku dengan pejuhmu!“ sahutnya dan kembali menjilati batang kontol Dewo berulang-ulang, lidahnya menjulur-julur membasahi mulai dari batang hingga sampai ke biji telur Dewo. Sarah menyapunya dengan lembut beberapa kali, sebelum naik kembali ke atas. Ia kini berhenti menjilati batang kontol Dewo dan hanya mengocoknya dengan mantap. Dewo yang menerimanya jadi menggelinjang tak karuan, membuat Sarah tertawa kecil saat melihatnya. “Enak ya, Paman?“ tanyanya lugu dengan tangan terus mengocok batang kontol Dewo berulang-ulang. “Iyaa... aah...“ dengan nakal Dewo membalas dengan memegang kedua buah dada Sarah dan meremas-remasnya sesuka hati sambil memain-mainkan putingnya. ”Emut lagi, jangan cuma dikocok!” perintahnya. Sarah segera membuka kembali mulutnya, kemudian memasukan batang kontol Dewo ke dalam tenggorokannya. “Hhs... hhm... mmf...“ desis Sarah di antara kulumannya saat dengan dengan keras dan kuat, Dewo memilin-milin biji putingnya. “Yah... begitu, nduk...” lenguh Dewo ketika merasakan Sarah menyepong kontolnya kuat-kuat, membuat Dewo sampai mengangkat kedua kakinya. Ia semakin tidak tahan, dadanya terasa panas sekali, menjalar sangat cepat ke perut dan kemudian menuju ke selangkangannya, membuat batangnya jadi berasa ingin muncrat. “Nduk, aah... aku mau keluar!“ teriak Dewo dengan keras. Sarah langsung berhenti dan memasukkan batang Dewo dalam-dalam ke rongga mulutnya, bahkan sampai mentok hingga ke tenggorokan. Tak sampai 1 detik, Dewo pun menyemburkan air maninya, ia menembak mulut Sarah dengan cairannya yang begitu pekat dan kental, sangat banyak dan penuh sekali. “Crooot... crooot… crooot…“ Dewo menegang kaku sambil mendongak, ia sampai kelojotan mendapatkan orgasme pertamanya bersama Sarah. Baru di mulut saja ia sudah tidak tahan, apalagi kalau sudah pake memek dan anus. Mungkin kecantikan Sarah lah yang membuat Dewo jadi mudah menyerah seperti ini. Ia bertekad, untuk ronde kedua dan selanjutnya, ia harus lebih kuat. Ia harus bisa menundukkan gadis cantik ini. Diperhatikannya lelehan sperma yang menetes dari sela bibir milik Sarah saat gadis itu memuntahkan kontol Dewo dan mulai menjilati dengan pelan sisa-sisa sperma yang masih menempel di ujungnya. Disapunya cairan putih itu dan ditelannya masuk ke dalam kerongkongannya. Tak lama kemudian batang Dewo menjadi bersih kembali, sedangkan Sarah senyam-senyum melihat Dewo terkapar di sandaran ranjang. “Luar biasa... kontol Paman benar-benar hebat, sudah muncrat begini tapi tetap saja nggak lemas... masih bisa ngaceng setengah!“ puji Sarah dengan tertawa nakal. Ia lalu duduk di tempat tidur, menunggu Dewo yang masih terpejam merasakan nikmatnya orgasme dengan dioral olehnya. Sarah kembali mempermainkan batang kontol Dewo dengan meremas-remasnya pelan, ia mengelus-elus sebentar sebelum kembali menciumi dengan menggunakan bibirnya yang sensual itu. Tubuh mulusnya tampak penuh oleh keringat birahi, sementara nafasnya juga ngos-ngosan akibat menahan gairah. Dewo membuka matanya yang berkunang-kunang, diperhatikannya sesosok gadis cantik yang sedang tersenyum kepadanya, memamerkan besaran buah dadanya yang tumbuh sempurna, bahkan kemudian memundurkan badannya lalu membuka pahanya lebar-lebar untuk memamerkan belahan memeknya yang telah basah terbuai oleh nafsu birahi. “Giliranmu sekarang, Nduk...” kata Dewo sambil duduk di hadapan Sarah yang sudah membuka selangkangannya, memamerkan bagian paling rahasia dari tubuhnya. “Paman mau apa?“ tanya Sarah tak mengerti saat Dewo mulai menindih tubuh mulusnya. Ia mengira Dewo akan menjilati lubang memeknya seperti yang ia lakukan pada kontol laki-laki itu, namun ternyata tidak. “Aku mau menjilati seluruh tubuhmu, Nduk!“ Dewo tersenyum gemas. Sarah ikut tersenyum, suka dengan rencana itu. ”Segera jilati aku, Paman... berikan kenikmatan jilatanmu kepadaku!“ pancingnya dengan menarik tangan Dewo kemudian tertawa senang. Dewo langsung membungkuk di atas tubuh gadis itu, buah dada Sarah yang besar tampak mengkilat oleh keringat, semakin menambah semangatnya. Dewo segera menjulurkan lidah dan mulai menjilatinya, sambil menggarap buah dada besar milik gadis itu, satu tangannya menyelinap ke bawah di antara selangkangan Sarah. Dewo mempermainkan jarinya menggelitik lubang surgawi yang ada disana. ”Ahh... Paman!” Sarah melenguh. Bak cacing kepanasan, tubuhnya melengkung ke depan yang segera ditangkap oleh Dewo dengan mencucupi kedua putingnya semakin keras. Sarah menekuk kaki kirinya untuk menjepit tangan Dewo yang sangat nakal mengorek liang vaginanya, sedang lidah laki-laki itu terus menyusuri bulatan daging montok di dadanya yang bulat besar, menghisap dan menjilatinya berulang kali hingga membuat benda itu jadi semakin basah dan mengkilat. “Ohh... Paman... geli!” rintih Sarah, tapi tidak ingin berhenti. Justru ia meminta Dewo agar meneruskan aksinya. ”Aah... terus jilat, Paman... arghh!!“ serunya dengan mata terpejam merasakan lidah Dewo yang bergerak kesana-kemari di atas gundukan payudaranya. Laki-laki itu terus menyusurinya hingga seluruh permukaannya yang putih mulus jadi basah semua. Dewo beberapa kali berhenti di bagian puting Sarah yang mungil kemerahan, ia langsung menelan dalam mulutnya dan mempermainkannya dengan lidah. Dewo mencucup dan menyedotinya dengan rakus dan penuh nafsu, sampai membuat Sarah menggapai-gapai mencari pegangan merasakan sensasi yang sangat luar biasa tersebut. Di bagian dada ia merasa geli karena dijilati oleh Dewo, sementara di bagian vagina, ia sungguh tak tahan saat tangan nakal Dewo terus mengorek-ngorek liang senggamanya. Memeknya yang basah kini menjadi semakin tak karuan akibat rangsangan Dewo. “Aduh... geli, paman... aah...“ rintih Sarah dengan kepala menggeleng-geleng, ia seperti melonjak hendak bangun saat Dewo menusukkan jari ke dalam liang vaginanya, sedikit mencongkel disana, namun tertahan oleh tubuh Dewo yang sedang menikmati kemengkalan dan kemontokan susunya yang gede itu. Dewo sedikit terkesiap saat mendengar deru langkah kaki mendekati pintu kamarnya. Namun setelah memastikan kalau itu bukan milik Kyai Kholil, ia pun meneruskan kegiatannya. Sementara Sarah yang sudah diselimuti nafsu, sama sekali tidak tahu akan hal itu. “Uuh... terus, Paman... nikmat sekali!“ serunya sambil mendorong kepala Dewo turun ke bawah. Saat menjilati perut Sarah, Dewo melirik sebentar. Dilihatnya seseorang yang baru masuk itu mulai mencopoti pakaiannya. Kalau dilihat dari posturnya yang ramping, sepertinya itu adalah Wiwik ataupun Rohmah, salah satu dari mereka. Tidak mungkin kalau Nyai Siti karena kurang montok dan berisi. Dewo membiarkannya saja, ia masih ingin menikmati tubuh molek Sarah, gadis muda cantik yang ada di depannya ini. Siapapun yang baru masuk tadi, harus sabar menunggu. Dewo menggeser tubuhnya agar tepat berada di antara paha ramping Sarah. Gadis itu langsung menjepit kepalanya sambil merengek lirih, “Yah... di situ, Paman... ooh... jilat disitu... di memekku... ahh...“ suaranya menghiba. Sarah mendesis tak karuan saat Dewo mulai menjilati belahan vaginanya yang sudah terkuak memerah, saking nikmatnya ia sampai menggelinjang ke kanan dan ke kiri. Sarah terus menggeleng-geleng, kepalanya menoleh ke samping. Saat itulah, sepasang kaki jenjang tertangkap matanya. Langsung Sarah memekik kaget dan bangkit terduduk sambil mendorong tubuh Dewo dengan paksa. “Aah... m-maaf, Wik... a-aku bisa menjelaskan... ini nggak seperti yang kamu kira...“ ujar Sarah dengan terbata-bata, namun ia terkejut ketika melihat Wiwik tersenyum. “Kalian berdua main nggak aja-ajak... aku mau gabung!“ kata gadis yang ternyata adalah Wiwik. Dewo tersenyum menyeringai, puas dengan keberuntungannya hari ini. Wiwik maju ke depan dan langsung duduk di sampingnya, sifat nakal gadis itu langsung muncul dengan merogoh kontol Dewo dan meremasnya pelan. “Aku kangen ini, Paman!“ bisik Wiwik pada Dewo. “Ntar ya, aku pengin ngegenjot temanmu dulu... sudah gatal kontolku pengen ngerasain lubang tempeknya.“ Dewo menepis tangan Wiwik. Sementara Sarah yang mulai mengerti akan situasi yang sebenarnya, ikut mendorong tubuh Wiwik menjauh. “Minggir dulu sana... dia milikku! Ntar nanti gantian...” katanya pada Wiwik, lalu berpaling pada Dewo, ”Ayo, Paman... cepat masukin kontolmu! Aku juga sudah nggak tahan...“ ajak Sarah sambil menarik kepala Dewo sehingga laki-laki itu segera mengarahkan batang penisnya ke dalam celah lubang vaginanya. Di samping mereka, Wiwik hanya tersenyum sambil memamerkan tubuhnya yang lebih ramping dan tidak semontok Sarah itu. Pelan pelan Dewo melakukan penetrasi ke dalam vagina Sarah yang sudah basah melebar. Rasanya sedikit sulit, persis seperti saat dia memperawani Rohmah maupun Wiwik. Namun palan-pelan, setelah didesak terus, batang itupun bisa menembus liang senggama Sarah. Gadis cantik itu menjerit sambil merem saat keperawanannya terenggut. Ia menggigit bibir untuk meredam rasa sakitnya saat Dewo terus menerobos masuk dengan kontol besarnya. ”Aah... sakit, Paman... tarik dulu... auuh!“ lenguh Sarah dengan kepala menggeleng-geleng ke kanan dan ke kiri, membuat jilbab lebarnya beterbangan kesana-kemari. Di bawah, noda darah membasahi memeknya yang terluka. “Hghh...” Dewo merasa kontolnya bagai disedot dari dalam, batangnya yang tenggelam di memek Sarah bagai dipilin dan diperas-peras dengan gemas oleh dinding kemaluan gadis itu. Setelah terdiam sejenak, sambil menciumi dan meremas-remas payudara bulat Sarah, Dewo mendengar gadis itu berbisik. ”Genjot, Paman... ayo bergerak... sudah nggak sakit lagi!“ Atas perintah itu, Dewo pun langsung melakukan gerakan naik turun di atas tubuh molek Sarah. Ia tindih tubuh montok itu di kasur serta memeluk dan menghujaninya dengan lumatan demi ciuman di bibir, sementara pinggulnya terus bergerak untuk menyetubuhinya. ”Ahh... Paman!” Sarah melingkarkan kedua kakinya di pinggang Dewo, memberi ruang agar laki-laki tua itu tetap bisa mengeluar-masukkan batangnya dengan lancar. “Haah... aah... hhss...“ di lain pihak, ia kewalahan menahan serbuan Dewo di mulutnya. Sarah montang-manting menerima kuluman bibir Dewo dan remasan tangan laki-laki itu di buah dadanya. Di sebelah mereka, Wiwik hanya bisa mendesis sendirian sambil mengobok-ngobok liang memeknya saat menonton persetubuhan itu. Liang memeknya tampak basah memerah akibat terangsang. Dewo terus menyetubuhi Sarah dengan bergerak pelan-pelan, namun walau begitu sudah membuat Sarah kelabakan. Itu karena saking besar kontol Dewo yang terasa sekali menyesaki liang memeknya yang kini sudah tak perawan lagi. “Aduh, Paman... aku nggak tahan... aaah… “ seru Sarah dengan suara semakin mengeras. Dewo terus saja menyodokinya naik turun, mereka saling memeluk dan memilin mesra, sesekali meremas dan memagut satu sama lain. Tubuh mereka terlihat begitu kontras; Sarah putih dan mulus, sementara Dewo sudah tua dan keriput. Namun meski begitu Sarah terlihat begitu menikmatinya, ia tidak pernah menyesal memberikan perawannya pada Dewo. Dewo sendiri tersenyum puas, ia senang bisa mendapatkan mangsa seperti Sarah yang masih sangat muda dan perawan. Bertambah lagi satu koleksi budak nafsunya. Diliriknya Wiwik yang kini memejamkan mata menikmati jari-jemarinya yang telah masuk ke dalam liang vaginanya. Gadis itu bermasturbasi sendiri. “Terus, Paman... aku nggak kuat... aah... goyang lebih cepat... aah...“ rintihan Sarah menyadarkan Dewo. Ia langsung bergerak cepat dengan memeluk gadis itu lebih erat, sementara pantatnya maju mundur menghajar memek Sarah yang menjepit kuat batang penisnya. Berulang-ulang pantat Dewo menghujam dengan keras, bahkan cenderung kasar, namun malah membuat Sarah menjerit suka. “Aah yah... begitu, Paman... genjot lebih kuat...” lenguh Sarah dengan menahan kepala Dewo yang kembali melumat bibirnya. Tusukan laki-laki tua itu membuat buah dadanya yang besar bergerak naik turun dengan begitu indahnya. Bahkan goyangan itu sampai membuat Wiwik terkesima. “Paman, aku pengen... memekku gatal ini...“ pinta Wiwik dengan memelas. Dewo tersenyum kepadanya, ”Sabar ya, Nduk... sebentar lagi temanmu ini selesai.” katanya sambil terus menggenjot dengan keras dan mantap sampai tumbukan alat kelamin mereka berbunyi nyaring. Vagina Sarah terasa menyempit, membetot batang Dewo dengan begitu kuat. “Aaaahh...” Sarah melenguh panjang dengan tubuh menegang kaku. Sementara di atas, Dewo terus menhujamkan batang kontolnya dalam-dalam ke lorong vagina gadis itu, membuat Sarah sampai kelojotan tak karuan. Dari liang memeknya mengucur cairan panas membasahi batang kontol Dewo. Mata Sarah membuka sedikit, namun hanya terlihat warna putihnya saja. Dia orgasme. Dewo berhenti menggenjot batang penisnya, diperhatikannya dada Sarah yang bergerak naik turun seiring tarikan nafasnya yang masih ngos-ngosan. Ia segera menindih dan merangkul erat tubuh gadis itu, bisa dirasakannya tubuh Sarah yang basah oleh keringat birahi. Setelah mereda, Dewo lalu bangun dan menarik keluar batang penisnya. Menghela nafas penuh kemenangan, ia pandangi tubuh montok Sarah yang masih terkapar di atas ranjang. ”Paman...” panggil Wiwik, meminta untuk diperhatikan. Dewo memalingkan mukanya ke samping di mana Wiwik berada, gadis itu menunggunya dengan masih mengoral vaginanya menggunakan tangan. Dewo langsung berdiri dan menariknya ke dalam pelukan. Gemas ia remas-remas buah dada bulat milik Wiwik hingga membuat adik Nyai Siti ini menggelinjang kegelian. “Remas terus, Paman...“ pinta Wiwik. Dengan senang hati Dewo melakukannya. Meski buah dada itu tidak sebesar milik Sarah, namun terasa kenyal dan hangat sekali. Belum lagi wangi tubuh Wiwik makin menambah semangat Dewo untuk segera menembus ke dalam liangnya yang sempit. Tak tahan, Dewo pun melepaskan remasan tangannya dan berbaring telentang sambil memegangi batang penisnya. “Segera naik, Lonte mudaku... segera naiki aku… masukkan kontolku ini ke dalam tempekmu!“ ajak Dewo pada Wiwik dengan menarik tangan gadis itu. Wiwik langsung mengangkang di antara kedua kaki Dewo, kemudian menurunkan tubuhnya sampai belahan mungil di selangkangannya menyentuh kepala kontol Dewo. Pelan-pelan Wiwik menekan, bleess... matanya sampai melotot saat batang kontol Dewo mulai memenuhi dan mendesak penuh di lorong vaginanya. Dewo memperhatikan bagaimana batangnya yang besar itu masuk ke dalam liang vagina Wiwik yang sempit. Rasanya sungguh sangat nikmat sekali. Mendapat dua gadis dalam waktu hampir bersamaan, benar-benar ia sangat beruntung. Sarah yang kelelahan, terlelap lemah di sampingnya, menonton persetubuhan mereka. Batang Dewo yang telah menusuk masuk seluruhnya membuat Wiwik sampai menggigit bibirnya untuk menahan rasa nikmat. “Hegh... auw! Ah, galak bener kontol paman... sukanya menusuk-nusuk memekku!” lenguh Wiwik dengan kepala menggeleng-geleng. Ia mulai menggerakkan pinggulnya, menggoyangnya naik turun, menjepit dan menggesek kontol Dewo di liang senggamanya. Dewo hanya bisa mengelus-elus paha Wiwik yang putih mulus saat gadis itu mulai beraksi, sambil sesekali mengarah ke belakang untuk meremas dan membelai pantat Wiwik yang terasa sedikit lebih tebal dari milik Sarah. ”Ahh...” pelan-pelan Dewo merasakan kontolnya seperti dijepit-jepit, memang tidak sekuat memek perawan Sarah, tapi tetap membuat penisnya seperti mau dilempengin. Kontol Dewo lenyap ditelan vagina milik Wiwik, adik Nyai Siti itu terus menarik dan menekannya, lagi dan lagi, dengan hentakan keras dan kuat yang membuat kontol Dewo amblas mentok sampai ke bagiannya yang terdalam, namun masih menyisakan beberapa centi karena kontol Dewo memang terlalu panjang bagi memek muda seperti milik Wiwik. Hanya memek Nyai Siti yang bisa menampung semuanya. “Paman... panjang sekali kontolmu!“ kata Wiwik dengan tersenyum dan terus bergerak naik turun. Dewo langsung memeluknya dan menghujaninya dengan lumatan dan ciuman, membuat Wiwik sampai kewalahan. Dewo juga meremas buah dada gadis itu kuat-kuat, memilin-milin putingnya berulang kali hingga membuat Wiwik menggelinjang tak karuan ketika naik turun di atas tubuhnya. “Biarkan aku menggenjotmu dengan bebas, Paman... lepasin ini,“ teriak Wiwik dengan gemas. Dewo langsung melepaskan pelukannya, dan Wiwik tanpa membuang waktu kembali bergerak dengan sangat erotis di atas tubuhnya. Buah dada gadis itu terlihat ikut bergerak naik turun, sangat indah sekali. “Hhhs... aah... auh...“ lenguh Wiwik yang jepitan vaginanya terasa sangat erat sekali, namun kontol Dewo dengan lancar terus keluar masuk, laki-laki itu meladeninya dengan mengerakkan pantatnya naik turun. “Ouh... uuh... Paman...“ keluh Wiwik yang mempercepat genjotannya karena sudah tidak tahan lagi. Sebenarnya saat masturbasi tadi, ia sudah akan mencapai puncak, namun dilihatnya Dewo telah selesai menggenjot tubuh Sarah, jadi dia meminta, orgasmenya jadi tertunda. Dan sekaranglah dia akan mendapatkannya. Detik demi detik berlalu, gerakan naik turun tubuh Wiwik semakin cepat dan membabi buta, memeknya menyempit dengan cepat. Dewo yang menyadari kalau gadis itu hendak mencapai puncak, dengan hujaman keras terakhir menusukkan penisnya dalam-dalam. Wiwik langsung langsung menegang dengan kaku, tubuh rampingnya melengkung ke depan. Dewo meremas buah dadanya dengan keras, membuat adik Nyai Siti itu kelojotan dan kemudian... “Hhh... aaahh...“ teriak Wiwik saat mengucurkan cairan beningnya membasahi batang kontol Dewo. Dewo segera menahan dengan tangan kiri agar Wiwik tidak sampai terjengkang ke belakang. Ia menarik dan memeluk gadis itu serta menghujaninya dengan ciuman di leher. Tubuh Wiwik penuh keringat, tapi sangat lemas bak tanpa tulang. Itu semua akibat orgasmenya yang masih melanda. Pelan-pelan tangan Wiwik bergerak dan memeluk Dewo erat. “Terima kasih, Paman... nikmat sekali... nanti lagi ya... semprotkan pejuhmu ke mulutku!“ bisiknya pelan di telinga Dewo. “Itu pasti “ jawab Dewo singkat. ”tapi sebelum itu, aku pengen nyoba anus temanmu dulu.” “Segera hajar dia, Paman... setelah itu puaskan aku! Anusku juga kangen sama kontol paman.“ kata Wiwik sambil memegang batang Dewo yang masih ngaceng penuh, kemudian mundur teratur dan mengedipkan mata pada Sarah yang sudah kembali tersadar. Dewo segera berbalik, dilihatnya Sarah sudah mengangkang memamerkan liang anusnya yang keriput memerah. “Ini kan yang Paman inginkan?” tanyanya menggoda. ”Segera naiki aku, Paman... ayo tindih aku!“ rengek Sarah yang sudah kembali diselimuti nafsu. ”Hahaha...” Dewo tertawa senang melihat Sarah memohon agar disetubuhi lagi, dia segera meringsut mendekatinya. Sarah membuka pahanya lebar-lebar, “Mari, Paman... masukin kontolmu segera.“ ia merengek lagi tak tahan. Dewo langsung memajukan penisnya dan menempelkannya ke lubang anus Sarah yang merah merekah, pelan ia menekan dengan tenaga besar hingga membuat gadis itu mendelik dan menggelinjang merasakan batang kontol Dewo yang menembus liang anusnya mili demi mili. “Ooh... sakit, Paman... tapi gak apa... aku tahan...“ lenguh Sarah dengan suara keras dan kepala menggeleng kesana-kemari. Dewo pun terus melakukan penetrasi sampai batangnya mentok di liang anus gadis itu. Di bawah, Sarah meringis merem melek saat menerimanya. “Tahan, Paman... jangan keburu digoyang, biar rasa sakitku hilang dulu...” pintanya dengan nafas ngos-ngosan menahan nyeri. Dewo segera merangkul dan memberikan pagutan mesra di bibir, yang langsung dibalas oleh Sarah dengan sepenuh hati. ”Aah, Paman... luar biasa sekali kontolmu, bikin aku jadi ketagihan.” kata Sarah. Namun belum lama mereka saling memagut, Dewo sudah keburu melakukan tarikan pada batang penisnya dan mendorong pelan, menembus anus perawan milik gadis itu, membuat Sarah jadi kaget dan spontan menjerit-jerit tak karuan. “Aah... Paman... stop... hentikan... sakit... aah... auh... hhs... argh!!“ erangnya berulang-ulang. Sama sekali tidak peduli, Dewo terus melakukan genjotan demi genjotan, sampai membuat Sarah hanya bisa menunjukan warna putih pada matanya yang bulat. Gadis itu benar-benar takluk merasakan batang kontol Dewo yang terus menghajar memeknya berulang-ulang, walau sodokannya tidak keras namun sangat terasa. Dewo mengejar bibir gadis itu dan disambut dengan lumatan mesra oleh Sarah. Tangan Dewo juga tak mau ketinggalan, sambil terus menggoyang, ia meremas-remas buah dada Sarah yang besar, yang menggantung indah di dada gadis itu. Perbuatan itu membuat Sarah menggelinjang kesana-kemari, ia tidak mampu membalas, hanya bisa berteriak keras merasakan penetrasi Dewo yang semakin cepat pada lubang anusnya, sementara tubuhnya terus dibelai dan diremas sedemikian rupa oleh laki-laki tua itu. “P-paman, a-aku nggak t-tahan...” kata Sarah dengan terbata-bata, ia rasakan tubuh Dewo terus bergerak maju-mundur menerobos lubang belakangnya sambil tangan laki-laki itu meremas-remas tonjolan buah dadanya yang bulat besar tanpa henti. “Iya, aku juga sudah nggak tahan, nduk...“ sahut Dewo cepat. “Aduh, Paman... rasanya aku mau keluar...” pekik Sarah tak tahan. ”Keluarin aja, jangan ditahan!” balas Dewo dengan menggenjot lagi semakin kuat dan cepat. Betapa indah sekali pantat gadis muda ini, benar-benar membulat dan sangat padat. Dewo segera meremas-remasnya gemas dengan dua tangan. “Iya, Paman... sebentar lagi.” sahut Sarah dengan keras. ”Ahh...” Dewo ikut melenguh saat dirasakannya anus Sarah menyempit dengan cepat, dinding-dindingnya terasa menegang kuat saat gadis itu mendapatkan orgasmenya. Dari liang vaginanya mengucur cairan cinta yang amat banyak, membasahi kasur dan sprei. Tak peduli dengan hal itu, Dewo terus menyodokkan penisnya kuat-kuat. Ia juga merasakan hawa panas di perutnya dan menjalar dengan sangat cepat menuju ke arah selangkangannya. Sarah yang tadi kelojotan, kini sudah diam tak bergerak. Hanya desah nafasnya yang masih terdengar memburu cepat. Dewo menjulurkan tangan, kembali diremasnya buah dada Sarah yang menggelantung indah dan sangat eksotis, luar biasa besarnya buah dada itu, membuat Dewo jadi tak bosan-bosan untuk memegang dan menangkupnya dengan telapak tangan. “Sudah, Paman... aah... s-sudah... sakit…“ keluh Sarah yang sudah sangat lemas. “Sebentar, Nduk... aku juga mau sampai“ balas Dewo sambil menghujamkan batang penisnya beberapa kali lagi sebelum akhirnya tubuhnya menegang dengan kepala mendongak ke atas saat ia mendapatkan orgasmenya. Tanpa sungkan Dewo menyemburkan air maninya ke dalam liang anus Sarah yang sempit dan memerah akibat lelehan darah. “Crooot... crooot… crooot...“ Dewo menyeringai, tubuhnya jadi terasa sangat enteng dan ringan, sementara matanya menggelap dengan jiwa terasa terbang ke langit tinggi. Penuh kepuasan, ia pun ambruk menindih tubuh molek Sarah. Dewo merasakan spermanya seperti ada yang meleleh keluar dari sela-sela liang anus gadis itu saat perlahan batang penisnya layu dan melembek meski tidak seratus persen. Mereka berdua terdiam, Dewo memperhatikan bibir Sarah yang tersenyum merasakan kepuasan disetubuhi olehnya. “Trims, Paman... aku puas sekali... aku harap ini bukan yang terakhir.” bisik gadis itu dengan gemas. “Aku juga suka dengan tubuhmu, nduk...” Dewo menarik diri hingga kontolnya yang setengah melembek copot dari jepitan liang anus Sarah. Dari dalam lubang itu menetes cairan kental berwarna putih, Sarah sedikit memekik saat melihat ceceran air mani Dewo yang begitu banyak. “Gila! Pantas anusku jadi terasa begitu penuh.“ ujarnya dengan takjub. Dewo menyeringai, ”Kalau kamu ingin terus merasakan kontolku, ada syaratnya...” Sarah menoleh, ”Katakan, Paman, pasti akan kulakukan.” kata gadis itu penuh keyakinan. Sama seperti budak-budak Dewo yang lain, ia juga rela melakukan apa saja asal bisa kembali merasakan sodokan kontol panjang laki-laki tua itu. ”Carikan aku memek yang lain.” kata Dewo. ”untuk setiap memek yang kamu dapat, kuhadiahi dengan entotan di mulut, memek dan anus. Bagaimana, kamu sanggup?” tanyanya. Sarah mengangguk dengan cepat. ”Pasti, Paman... akan kuusahakan.” yakinnya. Dewo menyeringai dan berpaling pada Wiwik yang masih setia menunggu. ”Sekarang giliranmu, Nduk... masih mau dientoti di anus?” tanyanya mesum. Wiwik lekas mengiyakan dan mempersiapkan diri. “Jika pengin merasakan kontolku... jilati dulu sperma yang menempel di memek temanmu ini, sambil nunggu kontolku bangun lagi.” Dewo menunjuk belahan pantat Sarah. Tanpa membantah dan membuang-buang waktu, Wiwik segera beringsut mendekati Sarah, Tanpa rasa jijik dijilatinya lubang anus Sarah yang penuh oleh pejuh Dewo, ia melakukannya hingga bersih. Sarah hanya tersenyum saja menerimanya, ternyata adik Nyai Siti yang kelihatan alim ini juga doyan sperma seperti dirinya. Sarah sama sekali tak menduga. “Hmm... gurih sekali sperma Paman... aku suka!“ ucap Wiwik dengan mata berbinar. “Beri aku kepuasan seperti Sarah... bikin anusku jadi penuh oleh pejuh paman.“ rengeknya saat melihat batang kontol Dewo yang kini kembali ngaceng. Dewo segera mendorong tubuh gadis itu sehingga Wiwik berada dalam posisi menungging. Terdengar jeritan kecil dari adik Nyai Siti itu saat Dewo mulai menusukkan batang penisnya. ”Aah... auh...“ lenguh Wiwik penuh kenikmatan. “Dasar sundal... nih, terima kontolku!“ ucap Dewo sambil mulai bergerak maju mundur menyetubuhi gadis itu, begitu kerasnya ia menusuk hingga membuat Wiwik sampai tergoncang-goncang tak karuan. “Paman... aah... enak... teruskan!“ lenguh Wiwik dengan kepala menggeleng kesana kemari, bahkan badannya ikut bergerak-gerak menggelinjang untuk mengimbangi genjotan brutal Dewo. Namun Dewo segera menguncinya dengan melakukan remasan ke buah dadanya yang pas segenggaman tangan. “Ehs... Paman... aduh...“ erang Wiwik dengan suara sangat mengundang birahi. Ia bisa merasakan kontol Dewo bergerak keluar masuk dengan sangat lancar pada lubang anusnya, gesekan demi gesekan di lubang sempit itu membuat kontol Dewo seperti diperas dan dipilin-pilin ringan. Terdengar bunyi kecipak berulang-ulang setiap kali alat kelamin mereka saling bertumbukan. Genjotan demi genjotan, erangan demi erangan, desisan demi desisan, silih berganti bersahutan di siang yang beranjak senja itu. Kontol Dewo terus mengoyak liang anus Wiwik, sementara Wiwik cuma bisa mengelus-elus bagian atas vaginanya sebagai pelampiasan rasa nikmatnya. “Terus, Paman... aah... enak!” rintih Wiwik dengan mata terpejam. “Aku nggak kuat...” tambahnya dengan muka memerah. Dewo segera mempercepat genjotannya. Jeritan keras membahana dari mulut manis Wiwik, membuat suasana kamar itu jadi semakin berisik. Bunyi kecipak semakin ramai seiring batang kontol Dewo yang terus menyodok-nyodok dengan kuat dan keras. Wiwik yang sudah tidak tahan digenjot seperti itu, tangannya meremas sprei. Sementara matanya terpejam erat, jika terbuka, hanya warna putihnya saja yang tampak. ”Ahh... anusmu enak, nduk!“ bisik Dewo dengan tetap menggenjot maju mundur. Tidak ada sahutan dari Wiwik, hanya desisan dan lenguhannya saja yang terdengar. Kepala gadis itu masih terbenam ke ranjang, sambil tangannya memukul-mukul bantal pertanda sudah sangat kelelahan melawan keperkasaan Dewo. Di saat yang sama, vagina Wiwik menjepit kuat, sementara tubuhnya mendongak dan menegang kaku. Dewo tahu kalau gadis itu sudah mencapai orgasmenya, namun ia tetap menyodokinya dengan sepuas hati, malah cenderung lebih cepat. “Aah… aah… uuh...“ hanya itu suara yang keluar dari mulut Wiwik. Dewo terus menghujamkan penisnya, ia juga ingin cepat menuntaskan birahinya. Sudah waktunya Kyai Kholil dan Nyai Siti kembali, Dewo tidak mau dipergoki. Maka jadilah ia menggenjot dengan lebih kuat dan brutal. Pada tusukan terakhir, saat dirasanya kenikmatan benar-benar terkumpul di ujung selangkangannya, Dewo membenamkan kontolnya dalam-dalam di liang anus Wiwik dan menyemburkan spermanya yang kental dan hangat disana. “Crooot… crooot… crooot...“ Dewo merasa tubuhnya menjadi ringan, ia berkelojotan sejenak saat terus menyemburkan air maninya, mengurasnya hingga tetes terakhir. Laki-laki itu menjadi lemas dan seketika ambruk ke depan menindih tubuh molek Wiwik. Wiwik yang juga kelelahan, ikut luruh dan berdebam ke samping ranjang hingga membuat hujaman kontol Dewo terlepas. Batang coklat panjang itu tampak penuh oleh lendir, begitu juga dengan anus Wiwik yang terus meneteskan cairan putih kental secara perlahan-lahan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Seks: Bocah Nyusu Plus Ngentot Efni

Mama Gitu Dehh 1 - 5

Tukang Kebun yang Menggarap Memekku