Anisa Ibu nakal 1 - 5
a“Ma.. Pa.. Niko berangkat dulu” Kata Niko pamit mencium
tangan ke dua orang tuanya. “Iya..
hati-hati yah sayang..” kata ibunya. “Maaf yah sayang, papa gak bisa
antar” kata papanya karena papanya juga akan berangkat kerja tidak lama lagi. “Gak
apa kok.. daaaah..” kata Niko dengan sedikit berlari meninggalkan rumahnya
menuju sekolah. Namanya Niko,
umur 14 tahun dan masih duduk di kelas 2 smp. Tampang Niko biasa-biasa saja
bahkan dapat dikatakan culun dan cupu. Pengetahuannya akan seks juga sangat
minim sampai akhirnya teman-temannya mulai memperkenalkannya vcd dan
situs-situs porno hingga akhirnya dia mulai tertarik dan membuatnya kecanduan
melihat sosok wanita telanjang. Keluarganya dapat dikatakan cukup mampu, rumah
mereka cukup bagus meskipun tidak terlalu mewah. Papanya seorang pegawai swasta
memiliki penghasilan lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan
keluarganya. Ibunya
Niko, Anisa, berusia 33 tahun, telah melahirkan dua orang anak. Niko dan satu
lagi si kecil Windy yang masih bayi dan masih menyusu. Usianya cukup muda
meskipun telah memiliki dua orang anak, itu karena Anisa menikah dengan
suaminya Panji, papanya Niko, saat masih berumur 19 tahun. Anisa sendiri
memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang masih bagus. Keseharian Anisa
dihabiskan untuk mengurus rumah dan keluarganya. Tapi siapa sangka, dia
merupakan seorang wanita yang memiliki hasrat seksual yang cukup tinggi. Bahkan
dia memiliki sifat eksibisionis yang dimilikinya sejak masih abg dulu. Tentu
saja sekarang dia tidak bisa bebas lagi melakukan hal tersebut karena sudah
berumah tangga. Tapi sesekali kalau ada kesempatan, nalurinya beraksi kembali.
Kadang dia sengaja mengenakan pakaian yang sekedarnya saat menerima tamu
laki-laki saat suaminya tidak ada di rumah, membuat tamu itu menjadi mupeng
melihat kulit Anisa yang putih mulus tersaji di depan mata mereka. Atau pernah
juga dia menggoda teman-teman Niko yang masih abg labil itu dengan sengaja
menyusui Windy di depan mereka, memperlihatkan buah dadanya yang sekal dengan
urat-urat hijau yang tampak membayang.
Kalau sedang dirumah
memang Anisa hanya mengenakan pakaian yang seadanya saja, termasuk dihadapan
anaknya Niko. Awalnya Niko tentu saja tidak mempunyai pikiran macam-macam ke
ibu kandungnya sendiri. Tapi karena pergaulan dengan teman-teman yang salah,
otaknya mulai diracuni hal-hal mesum. Terlebih Niko juga semakin dewasa dan
naluri kelakiannya sudah mulai muncul. Sehingga kini bila melihat paha ibunya,
ataupun buah dada ibunya saat menyusui adiknya, darahnya mulai berdesir dan
kemaluannya juga merespon. Suatu hari Anisa kedapatan memergoki
Niko yang sedang nonton bokep di laptopnya. Agak kesal juga sebenarnya Anisa
melihat kelakuan anaknya. Diberi fasilitas laptop dan internet ternyata malah
digunakan seperti itu. Tapi dia paham kalau anaknya juga lelaki normal yang
juga punya rasa penasaran dengan tubuh lawan jenis. Karena itu dia tidak
terlalu memarahi anaknya, hanya sekedar menasehati saja. “Mama
gak marah kan?” tanya Niko lesu karena masih takut dimarahi, apalagi kalau
sampai diaduin ke papanya. “Hmm.. gak, tapi jangan keseringan yah.. gak
baik” ujar Anisa. “Jangan kasih tau papa juga yah ma?” pinta Niko lagi. “Hihi..
kenapa emang? Takut yah.. iya deh mama bakal diam” “Ya udah, lanjutin deh sana
kalau mau lanjut.. mama mau ke mini market dulu..” sambungnya lagi. “Hihi..
sepertinya kamu udah besar yah sekarang?” Goda Anisa lagi mengedipkan salah
satu matanya sambil beranjak dari kamar Niko. Tentu saja hal itu membuat Niko
jadi salah tingkah karena malu. Sejak saat itu Niko merasa malu bila
berjumpa mamanya, terlebih kalau dirinya kedapatan mencuri pandang ke arah
mamanya. Anisa hanya tersenyum dan tertawa renyah saja mendapati kelakuan anak
sulungnya ini. Pernah saat itu Niko pulang sekolah dan menemukan ibunya
membukakan pintu hanya mengenakan handuk, tampak butiran air masih menempel di
kulitnya yang masih lembab. Saat itu Anisa sedang mandi dan acara mandinya
terganggu karena Niko pulang. Niko tentu saja terpana melihat sosok indah di
depannya ini. Anisa yang sadar diperhatikan Niko memergoki anaknya yang melongo
memandang kearahnya. “Ayo kamu liatin apaan? Masa sama mama
sendiri nafsu sih? Hihi..” goda Anisa. “Eh, ng-nggak kok ma..” jawab
Niko tergagap karena mati kutu ketahuan melototi mamanya. “Beneran gak nafsu?”
entah kenapa Anisa malah tertarik menggoda anaknya sendiri. “Ng-nggak
mah.. maaf mah..” “Hihi.. gak usah grogi gitu ah kamunya.. ya udah.. masuk
sana, ganti baju” suruh Anisa. “Kalau kamu mau mandi, sekalian aja
mandi sama mama.. mama juga belum selesai mandinya” entah darimana lagi ide
gila Anisa itu berasal. Mengajak anaknya yang sedang mupeng itu mandi bersama.
Niko yang mendengar ajakan mamanya makin salah tingkah saja, dia tidak tahu
harus menjawab apa, walaupun dia sebenarnya mau. “Kenapa?
Gak mau? Ya udah terserah kamu deh.. mama lanjutin mandi dulu. Hmm.. ntar kalau
kamu berubah pikiran datang aja.. hihi” kata Anisa menuju kamar mandi
meninggalkan Niko yang masih melongo disana. Tampak hidungnya Niko mengeluarkan
darah karena mimisan. Setelah mengganti pakaiannya, Niko
sempat ragu menerima ajakan mamanya tadi atau tidak. Apa mamanya serius tentang
hal itu? Pikirnya. Tapi dia yang memang penasaran akhirnya menuju kamar mandi
yang mana mamanya masih berada di sana.
“tok-tok” suara ketukan
pintu kamar mandi oleh Niko. Tidak lama kemudian pintu kamar mandipun terbuka,
kepala mamanya muncul dari balik pintu, menutupi tubuh telanjangnya. “Hihi..
beneran datang yah kamu akhirnya.. padahal mama cuma bercanda aja” kata Anisa
pura-pura. “Oh.. bercanda aja yah ma.. ya udah deh..” kata Niko dengan wajah
kecewa. “Eh eh, jangan ngambek gitu dong.. gak apa kok kalau kamu
emang mau barengan.. sini masuk” ajak Anisa lagi. Niko dengan agak ragu
akhirnya mau juga melangkah masuk. Dadanya berdebar bukan main ketika melangkah
masuk ke kamar mandi. Dia mendapati mamanya telanjang bulat, dengan tubuh
berlumuran busa sabun. Tampak busa sabun itu menggumpal menutupi daerah
selangkangannya, memberi kesan seksi dan erotis. Kepala Niko terasa berat
menyaksikan itu semua, hidungnya serasa mau berdarah lagi, sungguh membuatnya
tidak tahan. Penis di dalam celananya berontak bukan main ingin bebas. “Ye..
cepetan buka bajunya.. katanya mau ikutan mandi.. buruan telanjang” suruh Anisa
pura-pura tidak tahu kalau anaknya sedang mupeng berat ke dirinya. Niko yang
tersadar dari lamunannya jadi salah tingkah lagi, dia bahkan seperti
kesususahan membuka pakaiannya sendiri, membuat Anisa jadi tertawa geli
melihatnya. Terakhir kali Niko mandi bareng dengan mamanya waktu dia kelas 4 sd
sebelum Niko disunat, Niko masih ingat betul bagaimana lekuk tubuh telanjang
mamanya waktu itu. Tapi dulu dia tidak punya nafsu sama sekali melihat tubuh
mamanya, berbeda sekali dengan sekarang.
Anisa tersenyum melihat
penis anaknya yang sudah menegang maksimal walaupun ukurannya terbilang sedang.
Sedangkan Niko merasa begitu malunya telanjang dengan penis tegang mengacung di
depan mamanya yang juga telanjang bulat ini. Dia berusaha menutup-nutupi
kemaluannya dengan tangannya. “Gak usah ditutup-tutupi segala
sayang, kan mama sendiri.. lagian mama juga udah pernah lihat” goda Anisa.
Memang Anisa sudah pernah melihatnya, tapi itu beberapa tahun yang lalu.
Sekarang sungguh berbeda, usia Niko sudah jauh bertambah dan tanda-tanda
kelakiannya sudah muncul. Niko dengan masih malu-malu akhirnya membuka juga
tangannya. Mereka akhirnya mandi bersama, Anisa
berusaha untuk tidak terlalu memperdulikan Niko yang mupeng berat agar Niko
tidak tambah malu. Busa sabun yang tadi menutupi selangkangan Anisa kini sudah
terbilas bersih dengan air, sehingga kini Niko bisa melihat vagina berserta
bulu kemaluan milik mamanya lagi yang sudah lama tidak dilihatnya. Anisa juga
membantu Niko menyabuni punggung Niko dan membasuh rambut Niko dengan busa
sampo selayaknya ibu yang perhatian pada anaknya. Selama acara mandi tersebut
penis Niko selalu ngaceng, tentu saja karena terangsang karena keadaan ini. Akhirnya
acara mandi itu selesai juga, mamanya keluar dari kamar mandi terlebih dahulu.
Tapi sebelum keluar mamanya mengatakan sesuatu yang membuat Niko jadi terkejut
dan malu. “Kamu pasti udah gak tahan kan? kamu keluarin deh..
tapi jangan lupa dibersihin.. hihi.. mama ke kamar dulu yah” bisik Anisa
menggoda kemudian keluar dari kamar mandi. Sungguh malu Niko karena mamanya
mengetahui bebannya itu. Setelah mamanya keluar dan menutup kamar mandi, Niko
beronani menuntaskan nafsunya yang sudah sedari tadi diubun-ubun. Tentu saja
yang menjadi objek onaninya kali ini adalah mamanya. Setelah
saat itu, Anisa semakin berani saja menggoda anaknya Niko. Dia bahkan pernah
hanya mengenakan kemeja dan celana dalam saja ketika hanya berduaan dengan
anaknya di rumah. Saat Anisa menyusui bayinya, dia tidak berusaha
menutup-nutupi padangan Niko ke arah buah dadanya, bahkan membuka kedua
payudaranya sekaligus. Intensitas onani Niko semakin bertambah karenanya, tentu
saja selalu mamanya yang menjadi objeknya. Pernah saat mandi bersama dengan
Niko lagi, dia bahkan berada disana menyaksikan anaknya onani di depannya. “Gak
apa nih ma? Niko malu nih..” “Iya gak apa, mama tahu kok kalau kamu
sering bayangin mama. Kali ini mama kasih bonus deh.. mama bakal temanin kamu,
gak perlu cuma ngayal lagi kamunya..” kata Anisa menggoda Niko. Darah Niko
berdesir mendengarnya, walaupun malu dia sebenarnya senang bukan main mamanya
mau menemaninya, bersedia membantunya onani dengan memandangi tubuh telanjang
Anisa langsung. Niko akhirnya mulai beronani, dia mengocok penisnya sendiri.
Sungguh berbeda sekali rasanya dengan hanya bisa membayangi, karena kini
mamanya berada di depannya langsung. Bersedia tanpa paksaan menyerahkan tubuh
telanjangnya menjadi objek onani anaknya. Anisa
hanya tersenyum saja selama anaknya beronani tersebut, membuat Niko makin
belingsatan. Tidak butuh waktu lama bagi Niko untuk keluar. Itu karena sensasi
yang dia alami kali ini jauh lebih luar biasa dari pada hanya dapat membayangi
mamanya saja. Mamanya tertawa renyah melihat anaknya ejakulasi begitu cepatnya.
Tapi dia dapat memaklumi karena anaknya memang masih hijau dalam urusan begini. “Udah
keluar yah sayang? Enak kan? enakan mana dari pada ngebayangin doang?” goda
Anisa. “Enakan ini mah..” jawab Niko malu. “Hihi.. kalau kamu mau boleh
kok kapan-kapan minta mama bantuin kamu lagi” kata Anisa tersenyum sambil
mengedipkan mata kirinya ke Niko. Niko senang bukan main mendengar tawaran
mamanya tersebut. “Eh.. tapi ngomong-ngomong tadi kamu
keluarnya cepat amat” “Gak tau nih ma.. keenakan sampai gak tahan Niko”
jawab Niko malu. “Hihihi.. iya.. mama maklum kok. Udah sana keringkan badan
kamu. Mama masih mau lanjutin mandi, ini biar mama yang bersihin” kata Anisa
menyiram genangan sperma Niko. Sebenarnya Anisa menyuruh Niko keluar
karena dia juga merasa horni, dia ingin sedikit bersenang-senang dengan
melakukan masturbasi dahulu sebelum menyelesaikan acara mandinya. Setelah Niko
keluar dan pintu tertutup. Anisa berbaring di atas lantai kamar mandi berlapis
marmer yang dingin, meskipun lantai itu terkesan kotor tapi dia tidak peduli
lagi. Aksinya terhadap Niko tadi betul-betul sudah membakar birahinya, dia
ingin segera menuntaskan nafsunya. Dia mainkan vaginanya sendiri menggunakan
jarinya, mengusap-ngusap klirotisnya sendiri. Tapi entah kenapa dia malah
memikirkan Niko, mungkin karena aksi nakalnya tadi yang cukup berani. “Ohh..
Niko.. kamu nakal sayang, onani di depan mama.. nggmmhh..” racau Anisa
berbicara sendiri sambil mengusap-ngusap klirotisnya. “Kamu
nakal Niko.. mesum ke mama kamu sendiri.. oughh.. kamu mau ngentotin mama kamu
sendiri? Nih.. boleh.. masukin gih..” racaunya lagi. Dia masukkan jarinya
sendiri ke dalam vaginanya setelah mengatakan hal itu. Dia aduk-aduk vaginanya
sendiri menggunakan jarinya sambil terus meracau sendiri. “Iyaah..
terus sayang.. entotin mama sayang.. yang kencaaang.. ougghh” Dia terus
memainkan jarinya di vaginanya sendiri selama beberapa saat serta memilin-milin
putingnya hingga air susunya merembes keluar. “mama
mau sampai sayang.. kita keluar barengan.. terus sayang.. iya.. teruuusss..
mama sampaaaaaiiiiiiii.. aaaaahhhhhhhh…” lenguh Anisa cukup kuat saat dia
klimaks, dia tidak peduli kalau lenguhannya itu bisa terdengar oleh Niko. Anisa
baru tersadar apa yang baru saja dia katakan saat masturbasi tadi, membayangi
kalau dia bersetubuh dengan Niko anaknya. Dia sendiri bingung kenapa sampai
membayangi hal tersebut, tapi dia tidak memungkiri sensasi nikmat berbeda yang
baru saja dia alami. Apakah itu nikmatnya sensasi incest? Pikirnya. Setelah
saat itu Niko beberapa kali mengajak Anisa mandi bersama, tentu saja selalu
disertai dengan onani di depan mamanya. Dia yang awalnya malu-malu, sekarang
tidak segan lagi untuk mengajak dan meminta bantuan mamanya. Tidak jarang juga
Anisa melanjutkan masturbasi sendiri setelah itu, baik di kamar mandi maupun di
kamar. Seiring waktu berlalu, Anisa mulai menggunakan tangannya membantu Niko
onani. Mengocok penis anaknya dengan tangannya sendiri, sebuah kemajuan yang
luar biasa dan cukup gila yang dilakukan oleh mereka. Anisa juga mempersilahkan
anaknya untuk ngomong kotor padanya.
“Gak apa mah? gak usah
deh ma.. gak sopan rasanya” kata Niko berusaha menolak walaupun dia sebenarnya
mau. “Hihi… Gak apa kali sayang.. kan pasti lebih enak, gak perlu
ditahan-tahan lagi kalau kamu mau ngomong yang jorok-jorok ke mama.. keluarin
aja dari mulut kamu apa yang kamu pikirin” kata Anisa tersenyum manis sambil
meneruskan mengurut penis anaknya.
“Oughh.. enak mah..
terus..” racau Niko. Sepertinya Niko masih berusaha menahan mulutnya untuk
tidak berkata-kata kotor. Anisa putuskan untuk memancing anaknya dahulu. “Sayang..
menurut kamu mama cantik nggak?” “Cantik mah.. cantik banget..” “Seksi
nggak sayang?” “iya mah..” “Berarti
kamu nafsu dong liat mama?” “Iya mah.. Niko nafsu liat mama.. mama
cantik banget, seksi, menggoda..” Anisa tersenyum mendengar jawaban Niko,
sepertinya caranya cukup berhasil.
“Hihi, kamu nakal yah..
Apanya mama yang bikin kamu nafsu sayang?” goda Anisa lagi sambil tetap
mengocok penis Niko. “Semuanya mah.. wajah mama, susu mama,
paha mama, memek mama.. kontol Niko ngaceng terus kalau liat mama” kata Niko
mulai berani ngomong jorok. “Hihi.. mesum kamunya.. udah pandai
yah ngomong jorok ke mama.. terusin sayang.. ngomong aja..” “Niko
pengen ngentotin mama.. oughh.. ngulum tetek mama yang penuh susu sampai puas” “terus
sayang? apa lagi? puas-puasin aja ngomong joroknya ke mama” “Niko
pengen genjotin memek mama pake kontol Niko terus terusan.. siramin peju Niko
ke memek mama tempat Niko lahir dulu sampai mama hamil anak Niko” Anisa tertawa
renyah mendengar ucapan anaknya ini, ternyata bisa-bisanya anaknya berfantasi
seperti itu ke mamanya. “Ngghh.. mau keluar mah.. gak tahan
lagi..” lenguh Niko. “Keluarin aja sayang.. gak usah
ditahan” “Aaah…. Anisaaaaa” teriak Niko
menyebut nama mamanya. Anisa menutup kepala penis Niko dalam genggaman
tangannya, sehingga akan membuat sperma Niko tertampung di tangannya. Beberapa
detik kemudian muncratlah sperma Niko dengan banyaknya ke tangan Anisa.
Melumuri tangan mamanya dengan spermanya sendiri. Niko merasa sangat puas
sekali, semakin hari onani yang dia rasakan semakin nikmat saja. “Hihi..
banyak nih sperma kamu” kata Anisa menunjukkan tangannya yang berlumuran sperma
anaknya. “Enak yah sayang? Puas kan?” “Eh,
tapi kayaknya kamu masih cepat aja keluarnya.. sepertinya perlu mama kasih
latihan nih” kata Anisa sambil membersihkan tangannya. “Latihan gimana
mah?” tanya Niko yang tidak paham maksud mamanya. “Latihan
biar kamu bisa tahan lebih lama.. kan malu ntar kamu sama pacar kamu kalau kamu
kecepetan keluarnya” jelas Anisa. Sebuah ide yang gila yang entah dari mana
datangnya tapi dia coba menjelaskannya dengan alasan yang masuk akal. “Oo..
emang gimana caranya mah?” “Hmm.. kamu biar mama bantuin onani, ntar
kita hitung berapa waktunya sampai kamu keluar. Kita lihat perkembangan kamu
tiap onani” kata Anisa menjelaskan layaknya seorang trainer, dan benar kalau
dia mulai saat itu menjadi seorang trainer sex bagi anaknya Niko. Anisa
mulai membantu melatih ketahanan Niko dengan tetap menggunakan tangannya,
bagaimanapun dia tidak mau untuk melakukan hal lebih dari ini. Anisa sendiri
tidak begitu yakin benar atau tidak cara ini ampuh bagi Niko. Tapi sedikit demi
sedikit Niko mulai lebih lama jebol pertahanannya. Mereka melakukan itu
siang atau sore hari saat papanya Niko sedang berkerja, rata-rata mereka
melakukannya 1 sampai 2 hari sekali. Meski pernah juga dalam sehari Niko sampai
2 kali berlatih hal tersebut. Untuk memberi Niko semangat, mamanya kadang
memberinya hadiah kalau Niko bisa mencapai waktu yang ditentukan Anisa. Bisa
berupa ciuman, pelukan, dan uang jajan tapi Anisa tidak mau memberinya lebih
dari itu seperti hadiah-hadiah erotis.
Sampai saat ini mereka
masih menjaga agar hal ini tidak ketahuan oleh papanya Niko. Pernah hari itu
Niko yang tidak tahan minta dionanikan oleh mamanya, padahal papanya berada di
rumah saat itu. Mereka melakukannya diam-diam di dalam kamar mandi saat papanya
sedang menonton tv. Niko yang masuk duluan dengan dalih akan mandi, kemudian
dengan diam-diam mamanya juga masuk tidak lama kemudian. “Gila
kamu.. entar ketahuan papa bisa dihajar kamu” “Maaf deh ma..” “Hihi..
kayaknya makin hari kamu makin lancang aja yah.. tapi gak papa deh.. mama suka
kalau kamu terus terang gini” Merekapun akhirnya melakukan hal itu
lagi di sela-sela mandinya Niko, tapi Anisa masih tetap mengenakan pakaiannya.
Tentu saja mereka tidak bisa bebas bicara mendesah seperti biasanya karena ada
papanya di rumah. “Ayo sayang.. keluarin yang banyak”
kata Anisa berbisik sepelan mungkin.
“Ngghh.. mah..” lenguh
Niko tertahan. Sperma Niko tumpah lagi di tangan mamanya. Tapi apa yang
dilihatnya kemudian membuat darahnya berdesir, mamanya menjilati sedikit
lelehan spermanya. “Ueekk.. asin yah ternyata peju
kamu..” kata Anisa berbisik sambil tersenyum menggoda. Niko cuma merespon
ucapan mamanya dengan tersenyum karena tidak tahu harus ngomong apa. Setelah
itu mamanya keluar dari kamar mandi setelah membersihkan tangannya,
meninggalkan Niko yang masih meneruskan mandinya. *** Hari
itu Niko melakukan hal itu lagi dengan Anisa. Tapi lagi-lagi dia tidak dapat
bertahan lama hanya dengan kocokan tangan mamanya. Spermanya kembali tumpah
hanya dalam tiga menit lebih sedikit. “Udah keluar sayang?” tanya Anisa
melihat ke arah mata anaknya yang sedang meringis kenikmatan sehabis ejakulasi.
Dia sadar anaknya sedikit demi sedikt mulai menunjukkan perkembangan, yang
dulunya hanya tidak mampu lebih dari satu menit kini sudah lebih baik. “Masih
belum bisa lama nih ma..” kata Niko, terlihat wajah lesu di raut mukanya. Dia
masih belum bisa untuk mencatatkan rekor waktu yang lebih lama lagi. “Udah
lebih bagus kok.. setidaknya ada perkembangan, mama yakin kok kamu bisa lebih
baik besok..” Kata Anisa sambil mengedipkan matanya. Dia ingin anaknya
mendapatkan pengalaman seks yang cukup nantinya dan tidak ingin membuat anaknya
mendapatkan malu dari pacarnya karena ejakulasi yang cepat. “Gimana
kalau kamu ajak temanmu kemari, ikut latihan denganmu” sebuah usul yang
terdengar gila meluncur dari mulut Anisa. Niko sendiri terkejut mendengar usul
ibunya tersebut. Mengajak temannya kemari? Untuk ikutan merasakan kenikmatan
dari tangan ibunya? sungguh gila ide mamanya. “Kok
harus mengajak orang lain segala sih ma?” tanya Niko mencoba mengetahui apa
yang sebenarnya mamanya pikirkan.
“Gini sayang.. mama pikir
kamu akan lebih semangat kalau kamu ada lawannya. Jadi ntar kamu lomba deh sama
temanmu siapa yang paling lama, ntar yang menang dapat hadiah deh dari mama”
jawab Anisa. Sebuah alasan yang Niko pikir ada benarnya juga omongannya, pasti
dengan suasana seperti itu membuatnya lebih semangat dan tidak ingin cepat
cepat keluar, pikir Niko. “Oke deh ma.” Kata Niko menyetujui.
Niko sebenarnya sedikit ragu untuk mengajak temannya. Dia juga tidak tahu siapa
yang akan dia ajak. Beberapa temannya memang ada yang menyukai mamanya Niko.
Hal itu Niko ketahui saat mengajak temannya main ke rumah. Teman-temannya yang
abg labil seperti halnya Niko tentu saja tidak bisa lepas melihat wanita
cantik, termasuk Anisa, mamanya Niko. Mereka berkomentar betapa cantik dan
seksi mamanya. Niko yang mendengar hal tersebut awalnya tidak suka, tapi
setelah dia perhatikan ternyata omongan temannya ada benarnya juga. Walaupun
Anisa sudah berumur 33 tahun dan sudah melahirkan 2 orang anak, bahkan yang
paling kecil sedang tahap menyusui, tapi tubuh Anisa masih terawat dengan baik
karena dia rajin olahraga untuk mengembalikan bentuk tubuhnya setelah
melahirkan. Dengan kulit putih mulus dan bentuk tubuh yang bagus serta wajahnya
yang manis menjadi daya tariknya. Suami-suami tetanggapun banyak yang
melirik-lirik ke Anisa saat Anisa belanja ke warung ataupun melakukan aktifitas
di luar rumah. Sungguh anak-anak remaja sekarang
mudah sekali mendapat akses porno dari internet, hal itulah yang membuat mereka
begitu labilnya kalau melihat wanita cantik. Niko yang sebenarnya polos, mulai
ikut-ikutan temannya. Diantara teman-temannya yang rata-rata berpikiran mesum
ini ada yang paling parah, Jaka namanya. Jaka sendiri dianggap bos oleh
rombongan geng yang Niko ikut-ikutan ini. Itu karena usia Jaka yang sudah 17
tahun yang memang selayaknya sudah sma. Niko sering dimintai uang rokok oleh
Jaka, walaupun berat hati tapi terpaksa juga diberi oleh Niko. Beberapa
hari kemudian di sekolah, entah kenapa Niko malah ingin mengajak Jaka ke rumah.
Ya.. sebaga rival latihannya bersama mamanya tentunya. Niko sendiri yang
menerangkan panjang lebar ke Jaka tentang maksud tujuannya. Mendengar
penjelasan Niko ini, tentu saja Jaka semangat bukan main dan menyetujuinya.
Sudah lama dia tertarik pada mamanya Niko. Walaupun Anisa bukan gadis abg tapi
sungguh menggoda dan nafsuin seperti artis milf Jav yang sering dia tonton.
Akhirnya setelah pulang sekolah Niko mengajak Jaka ke rumahnya. “Ma..
Niko pulang mah.. Niko ajak teman nih..” kata Niko masuk ke rumah yang tidak
terkunci dan mempersilahkan Jaka duduk di sofa tamu. “Mah,
ni Jaka.. yang dulu juga pernah main kesini” kata Niko pada Anisa. Tidak lama
kemudian Anisa muncul yang sepertinya habis menidurkan bayinya di kamar. Dia
mengenakan daster rumahan biasa, meskipun begitu dia tetap saja terlihat
cantik. “Oh.. Jaka” Anisa tersenyum manis sambil menerima
salaman tangan teman anaknya itu. Jaka mencium punggung tangan Anisa. Mata Jaka
tentu saja sudah mulai kelayapan kesana kemari menerawang ke tubuh wanita ini.
Anisa sebenarnya sadar mata anak itu kelayapan melihat tubuhnya, tapi entah
kenapa dia merasa horni diperhatikan seperti itu. Sepertinya sifat
eksibisionisnya muncul kembali. Sifat nakalnya yang pertama dia alami saat dia
masih gadis dahulu yang sampai sekarang masih tetap ada. Ya.. dia memang senang
kalau dirinya menjadi pusat perhatian kaum Adam. Tidak terkecuali oleh
teman-teman anaknya sendiri. “Kamu udah dengar kan dari Niko?”
“Hehe.. udah tante, tapi beneran nih boleh ikutan?” “Hihi.. iya, boleh kok.
Kamu mau kan bantu Niko?” “Hehe.. oke tante, Jaka senang malah bisa bantu kaya
gini” Anisa tersenyum manis mendengar ucapan Jaka tersebut. “Ya
udah, kalian mau sekarang?” tanya Anisa dengan senyum di bibirnya. “Ntar
yang menang tante kasih uang jajan deh..” tambahnya lagi. Niko dan Jaka
akhirnya setuju untuk saat itu juga memulai latihan ketahanannya. Niko cukup
malu-malu juga untuk telanjang di depan Jaka. Tapi Jaka malah terlihat tidak
sabaran dan langsung saja membuka celananya. Cukup terkejut Anisa melihat
kelamin Jaka yang ternyata cukup besar, beda sekali dengan milik anaknya Niko.
Anisa berusaha menyembunyikan keterkejutannya tersebut, walaupun matanya tetap
menatap takjub anak seusia Jaka memiliki penis sebesar itu. “Umur
kamu berapa sih Jaka?” tanya Anisa ke Jaka. “17 tahun tante” “Ohh..
pantesan” sebenarnya Anisa cukup heran juga Jaka masih smp dengan usia segitu,
tapi Anisa tidak ingin terlalu mempedulikannya dan membahas hal tersebut. “Pantesan
kenapa ya tante?” tanya Jaka karena sedikit bingung. “Ahh.. nggak, mau
tau aja.. hihi” “Yuk mulai” ajak Anisa. Dia kemudian
bersimpuh di tengah-tengah Niko dan Jaka yang telah bertelanjang bulat dan
sudah ngaceng dari tadi. Niko sendiri sebenarnya masih merasa tidak nyaman
dengan adanya Jaka yang ikut. Tapi sudah terlambat, dia sendiri yang mengajak
Jaka kemari. Dada Niko berdebar karena akan melakukan hal ini lagi, bahkan kini
temannya ikut serta. Tangan Anisa mulai mengocok kedua penis remaja tanggung
ini di sisi kiri dan kanannya. Yang mana salah satunya milik anaknya
sendiri. “Ahh… ma..” lenguh Niko penuh
kenikmatan. “Enak sayang? Kamu sendiri gimana jaka? Enak kocokan tante?”
tanya Anisa dengan wajah nakal pada dua remaja itu. “Iya
tante, sedaap.. hehe, akhirnya kesampaian juga bisa dikocokin tante” “hmm??
Maksud kamu?” “hehe.. iya, sejak liat tante pertama kali Jaka jadi suka sama
tante. Jaka jadi ngayalin tante tiap coli.”
“Ha? jadi kamu sering
ngayalin tante? Dasar kamu kecil-kecil udah gini..” kata Anisa sambil tetap
mengocok penis mereka. Setelah beberapa saat, terlihat
ekspresi dari Niko yang sepertinya sudah tidak tahan untuk keluar. “Ma…
gak tahan.. agghh…” “Croot.. crroot” tumpahlah sperma Niko di hadapan
ibu dan temannya itu. Spermanya berlumuran tumpah di tangan ibunya. “Oughhh..
mah.. enak..” lenguh Niko kenikmatan. “Yess.. gue menang, iya kan tante? Jaka
yang menang kan?” “Iya-iya kamu yang menang. Hmm.. kamu mau tante
lanjutin sampe keluar gak?” “hehe.. mau dong tante” “Ya udah..” tangan Anisa
kembali mengocok penis Jaka. Tidak butuh waktu lama karena Jaka memang sudah
horni dari tadi. Tangan Anisa pun kini berlumuran sperma Jaka. “Udah
kan? kalian bersih-bersih dulu sana gih” “Iya ma..” “Iya tante..” jawab
Niko dan Jaka bersamaan. Mereka akhirnya bersih-bersih tidak lama setelah itu.
Niko dan Jaka kemudian menghabiskan waktunya dengan nonton tv sedangkan Anisa
ke dapur mempersiapkan makan malam. Selang beberapa lama terdengar suara
tangisan bayi, tidak lain adalah tangisan Windy, adiknya Niko. Anisa yang
mendengar suara tangisan anaknyapun segera menghentikan aktifitasnya di dapur.
Anisa kembali dari kamar sambil menenteng bayinya yang masih kecil, lalu duduk
di kursi yang cukup jauh dari Niko dan Jaka. “Oi,
Nik.. liat tuh.. jadi ngiler gue pengen nyusu ke nyokap lo” kata-kata yang
sebenarnya sangat kurang ajar. Mengomentari ibunya seperti itu. Tapi entah
kenapa Niko juga merasakan hal yang sama dengan Jaka. Nalurinya tidak dapat
dibohongi kalau dia juga ngaceng liat payudara ibunya sendiri yang sedang
menyusui adeknya. “Gini deh, gue punya ide” kata Jaka.
“Tante, mulai lagi yuk ronde selanjutnya. Kami udah tegang lagi nih..” pinta
Jaka ke Anisa. “Bentar yah sayang, tante lagi nyusuin Windy. Ntar dia gak
kenyang lagi” “Tante.. hadiah untuk yang menang ronde selanjutnya tambahin dong
tante.. masa cuma uang jajan” “Hmm.. terus?” “Gimana kalau..
ngggg… itu tante” kata Jaka sambil menunjuk ke arah payudara Anisa yang masih
menyusui bayi kecilnya. “Hihihi.. dasar kamu. Maksudnya nyusu?
Porno yah kalian.. hihi” Anisa malah merespon permintaan mesum Jaka sambil
tertawa-tawa. “Oke deh, tante turutin. Niko, kamu
harus menang yah kali ini, jangan biarkan teman kamu yang malah dapat susu
mama, kan kamu yang anaknya mama. Hihi..” “Iya
ma.. Niko usahain” Anisa melepaskan Windy dari sisinya.
Tampak Windy sudah tenang, mungkin karena sudah kenyang menyusu. Anisa lalu
meletakkan Windy ke kursi di sebelahnya. “Mau sekarang?” tanya Anisa
dengan tatapan nakal tanpa menutup payudaranya dengan baju terlebih dahulu,
membiarkan payudara sebelah kanannya menjadi santapan mereka. Membuat kedua
remaja itu hanya mengangguk-angguk mupeng karenanya. Niko dan Jaka mendekati
Anisa, meloloskan celananya hingga mereka sekali lagi mengacungkan penis mereka
ke Anisa. Tangan Anisa mulai mengocok kedua penis itu lagi. Saat penis mereka
dikocok Anisa, mata mereka tidak henti-hentinya menatap ke payudara yang
terpampang bebas itu, membuat si punya penis makin kelojotan. “Ayo
Niko.. semangat sayang, jangan kalah lagi” kata Anisa menyemangati anaknya.
“Oughh.. iya ma..” jawab Niko. Tapi apa daya, ketahanan Niko masih belum dapat
menandingi Jaka. Diapun akhirnya keluar duluan dan kalah lagi dari Jaka. “Yes,
gue menang.. hehe” sorak Jaka penuh kemenangan dengan diiringi tawa mesum.
“Tuh kan.. kamunya kalah lagi” kata Anisa dengan wajah yang dicemberutkan ke
Niko. “Kamu mau ambil hadiahnya sekarang jaka?” tanya Anisa dengan tatapan
nakal ke Jaka. “Boleh tante.. ” “Huu.. udah gak sabar yah kamunya, ya
udah sini duduk dekat Tante” kata Anisa sambil menggeser posisi duduknya
memberi tempat untuk Jaka untuk duduk di sebelahnya. Jakapun akhirnya duduk di
sebelah Anisa dan mulai mengarahkan mulut hitamnya ke pucuk payudara Anisa yang
siap menyambut mulutnya. Walau agak grogi, tapi akhirnya mulut Jaka menempel ke
pucuk payudara kanan Anisa. Terasa cairan hangat mulai masuk ke mulutnya saat
dia coba mengenyot putting payudara tersebut. Melihat
temannya yang asik menyusu ke ibu kandungnya membuat perasaan Niko tidak karuan
saat itu. Cemburu, sakit hati, horni, semua campur aduk. Bagaimanapun itu
adalah ibu kandungnya dan kini payudara ibunya sedang dinikmati temannya yang
cabul itu. Sambil menyusu ke Anisa, mata Jaka sesekali menatap ke Niko sambil
cengengesan seperti sedang memberitahunya betapa nikmatnya menyusu ke ibunya. “Jaka,
jangan godain Niko seperti itu dong, kasihan anak tante” kata Anisa yang tahu
apa yang sedang dipikirkan Jaka. “Hehe.. gak kok tante..” jawab Jaka
enteng. “Ma…” kata Niko lirih. “Ya sayang?” “Niko mau juga dong…” “Yee..
ini kan hadiah untuk yang menang. Jadinya khusus untuk Jaka dong.. kalau kamu
juga mau, ronde selanjutnya kamu harus menang yah sayang..” jawab Anisa. Sekali
lagi tampak Jaka cengengesan melirik ke Niko, membuat hati Niko makin pedih. “Tante,
yang satu lagi buka juga dong..” pinta Jaka. “Lah, untuk apa? Emang kamu
mau nyusu yang sebelah juga??” “Iya.. boleh yah tante..” “Hmm.. iya-iya, dasar
kamunya” Anisa akhirnya menyetujui permintaan mesum Jaka. Dia lalu membuka sisi
bajunya sebelah kiri sehingga kini kedua payudaranya terpampang bebas. “Tanggung
tuh tante, buka aja semua bajunya..” pinta Jaka lagi. “Dasar nakal.
Niko, gak papa kan mama telanjang dada? Temanmu nakal nih..” Anisa malah
meminta persetujuan pada anaknya yang sedari tadi melongo mupeng ke arah mereka
berdua. “Eh.. i-iya ma, gak papa” jawab Niko. Rasa pedih di hatinya
entah kenapa kalah dengan rasa horni dan penasaran melihat tubuh telanjang dada
ibunya. Mendengar jawaban anaknya Anisa cuma tersenyum, dia kemudian mulai
meloloskan daster bagian atasnya sehingga kini bagian atas tubuhnya tidak
tertutup kain sedikitpun. Memamerkan tubuh bagian atasnya dengan buah dada
sekal yang penuh cairan susu. “Udah nih, puas kan kamu Jaka?”
“Hehe.. tante emang baik” “Dasar” kata Anisa sambil mencubit
pipi Jaka. Remaja itu kemudian melanjutkan acara nyusunya lagi. Kali ini
payudara kiri Anisa yang dijilat dan dihisapnya, sambil payudara kanannya
menjadi sasaran remasan tangan nakal Jaka. Memang tidak ada persetujuan kalau
yang menang boleh melakukan hal mesum seperti meremas payudara Anisa. Tapi
Anisa tidak menganggapnya masalah.
“Tante, kocokin lagi
dong.. kan tadi belum keluar. Pasti enak nih nanti rasanya ngecrot sambil
nyusu.. hehe” pinta Jaka mesum.
“Hmm.. iya-iya. Porno
kamunya. Kamu baring deh sini.” setuju Anisa menyuruh Jaka berbaring di atas
sofa dengan kepala Jaka berada di atas paha Anisa yang diberi bantal sofa,
sehingga mulut Jaka kini tepat di depan payudara Anisa. Tangan Anisa kini
meraih penis Jaka dan mulai mengocoknya lagi. Sungguh beruntung Jaka ini,
merasakan kenikmatan menyusu dari payudara yang putih sekal sambil penisnya
dikocok oleh wanita secantik dan seseksi Anisa. Sambil membiarkan Jaka menyedot
susu dari buah dadanya, dia mengocok batang penis teman anaknya tersebut.
Anaknya sendiri masih melongo menatap nanar aksi temannya yang semakin mesum ke
ibu kandungnya. Jaka masih saja melirik cengengesan ke arah Niko. Kini
ibunyapun juga ikut-ikutan melirik tersenyum ke Niko yang cemburu dari tadi,
yang membuat hati Niko makin tidak karuan. Tapi
suara rewelan Windy menganggu suasana mesum ini. Tentu saja Jaka yang merasa
sangat terganggu karena aksinya belum selesai. “Jaka,
bentar yah.. tante urus Windy dulu” kata Anisa melepaskan kocokan tangannya
dari penis Jaka. “Duh tanggung nih tante, bentar lagi..” tolak Jaka
tidak tahu diri. “Bentar kok sayang.. yah?” kata Anisa lagi ke Jaka, tapi Jaka
sepertinya belum mau melepaskan kulumannya dari buah dadanya. Anisa akhirnya
menuruti kemauan Jaka dan kembali mengocok penis Jaka. “Bentar yah Windy
sayang.. Om jaka masih belum puas nih.. hihi” kata Anisa ke bayinya. Sungguh
gila, Anisa lebih memilih memuaskan Jaka dulu dari pada mengurus bayinya yang
sedang menangis ini. “Belum Jaka? Kasihan tuh Windy..”
tanya Anisa. “Belum tante, duh si Windynya berisik amat siih tante.
Suruh diam dong..” kata Jaka yang betul-betul tidak tahu diri. “Kamunya
kan yang gak mau ngalah. Hmmhh.. dasar. Niko, tolong kamu timang-timang adek
kamu dulu dong” suruh Anisa ke anaknya. Niko dengan perasaan yang tidak karuan
menuruti saja perintah ibunya ini. Dia ambil Windy yang masih menangis dan
menimang-nimangnya. Niko menggendong adeknya itu mutar-mutar rumah.
Meninggalkan ibu dan temannya yang masih saja asik dengan aktifitas mesum
mereka. Cukup lama untuk membuat Windy untuk tertidur lagi. Setelah Windy
tertidur, barulah Niko kembali ke tempat tadi. “Ma,
udah tidur nih.. bawa ke kamar aja yah Windynya?” tanya Niko berbisik sambil
melihat ibunya yang masih saja menyusui Jaka. “Ngghh,
iya sayang, bawa ke kamar aja” jawab Anisa. Dengan berat hati Niko membawa
Windy ke kamar, sudah tidak dapat apa-apa malah harus urusin Windy, gerutunya. Saat
Niko kembali dia melihat mereka sudah berganti posisi. Kali ini Anisa berada di
bawah tindihan Jaka yang masih sibuk mengenyot buah ibunya ini. Penis Jaka pun
masih tetap dikocok oleh Anisa dengan posisi seperti itu. Tampak daster yang
dikenakan Anisa makin acak-acakan karena perbuatan Jaka ini. Temannya
benar-benar melakukan hal mesum ke ibunya. Anisa sendiri mulai melenguh karena
permainan lidah dan tangan Jaka di buah dadanya. Melihat anaknya sudah kembali
Anisa berusaha untuk mendorong tubuh Jaka. “Jaka..
udah dong.. lama amat sih” kata Anisa. Jaka tidak memperdulikan omongan Anisa
dan masih saja meneruskan menghisap payudara tersebut walau dia juga tahu bahwa
Niko sudah kembali. “Udah dong Jaka sayang..” katanya lagi. Sebenarnya
Niko cukup heran, padahal dia cukup lama menimang-nimang Windy tapi Jaka belum
juga ngecrot. Apa Jaka sudah ngecrot waktu dia menimang-nimang Windy tadi?
Pikirnya. Dugaannya sepertinya benar karena dia melihat ada bercak putih
di bawah sofa itu. Sepertinya jaka yang belum puas meminta jatah lagi walau
sudah ngecrot, pikirnya lagi. “Sayang, sorry yah. Ini Jaka masih
belum puas aja” kata Anisa pada Niko. Memang tidak ada batasan waktu sampai
kapan hadiah nyusu itu diberikan sehingga Jaka masih saja meneruskan aksinya.
Jaka sebenarnya sudah kenyang meminum susu dari payudara Anisa, sekarang dia
lebih tepatnya menjilati dan memainkan payudara Anisa dengan mulut dan
lidahnya. Niko yang memang jadi pihak yang kalah terpaksa hanya menuruti apa
yang telah dijanjikan. Melihat anaknya yang mupeng dari tadi
Anisa tidak tega juga. Dia dorong dengan paksa tubuh Jaka dari dirinya. “Udah
dulu Jaka, kasian Niko tuh.. kita mulai ronde selanjutnya yah.. kayaknya kalian
udah tegang lagi tuh..”kata Anisa mencoba memberi Niko kesempatan sekali
lagi. “Kalau gitu boleh dong Niko nyusu kalau Niko menang?” tanya
Niko semangat. “Iya.. boleh..” jawab Anisa sambil tersenyum manis. “Terus kalau
Jaka yang menang gimana tante?” tanya Jaka yang masih belum puas juga. “Hmm..
kamu maunya apa?” kata Anisa balik nanya.
“gimana kalau Jaka boleh
ngentotin tante.. hehe” jawab Jaka kurang ajar. Niko sendiri terkejut bukan
main mendengar permintaan temannya ini, betul-betul kurang ajar. Ingin sekali
rasanya dia melayangkan tinju ke mulut Jaka. Tapi dia melihat ibunya malah
tertawa mendengar permintaan Jaka ini.
“Hihi.. kamu ini, enak
aja. Ini punyanya papanya Niko” kata Anisa sambil mencubit perut Jaka. “Gitu
yah tante.. duh, pengen banget padahal genjotin memek tante.. hehe” “Hush..
kamu ini ngomongnya kurang ajar banget, ada Niko tuh..” kata Anisa sambil
melirik ke anaknya. “Gimana Niko? Gak boleh kan?” tanya
Anisa ke Niko. “Nggg…” “Boleh kan Nik? Gue hajar lo kalau gak boleh!!”
kata Jaka main serobot. “Eh eh, enak aja main hajar anak
tante. Gak boleh pokoknya, pake mulut tante aja yah.. gak apa kan? jejalin deh
suka-suka kamu ke mulut tante kalau kamu menang.” tawar Anisa dengan senyum
nakal. Memberi Jaka harapan kalau dia boleh melampiaskan nafsunya menggunakan
mulutnya. “Ya udah tante.. oke deh.. hehe”
setuju Jaka. Niko yang mendengar tawaran dari mulut ibunya makin membuat
hatinya tidak karuan. Kalau dia kalah berarti dia kalah satu putaran lagi dari
Jaka, yang juga berarti Jaka akan semakin berbuat tidak senonoh terhadap
ibunya, tubuhnya jadi panas dingin dibuatnya. Dia ingin sekali menang dan
mencoba mendapatkan kenikmatan itu. Tapi dia juga penasaran melihat apa yang
akan dilakukan Jaka ke ibunya kalau dia kalah. Entah kenapa hatinya jadi
bimbang begini. “Tante, lepasin aja dasternya,
nanggung tuh” pinta Jaka. “Apaan nanggung-nanggung.. dasar kamu,
iya deh tante lepasin” setuju Anisa. Diapun membuka dasternya yang sedari tadi
memang sudah terpasang tidak karuan karena bagian atasnya sudah terbuka. Kini
Anisa hampir benar-benar telanjang di depan kedua remaja tersebut, dia saat ini
mengenakan celana dalam berenda yang menjadi satu-satunya pakaian yang masih
menempel di tubuhnya. Niko yang meskipun sudah pernah melihat tubuh telanjang
ibunya tetap saja sekarang membuat dadanya berdecak kagum serta langsung
membangkitkan nafsunya. “Niko.. semangat yah.. masa sih kalah
terus” kata Anisa. “Gak bakal menang dia tante..hehe” serobot Jaka. “Ayo
dong Niko, kalau kamu kalah lagi nanti mama dimesumin lagi nih sama teman kamu
ini, kamu gak mau kan?” kata Anisa menyemangati anaknya. Ronde
selanjutnyapun dimulai, Niko ternyata memang kalah pengalaman dari Jaka. Dengan
berat hati dan kecewa dia harus merelakan kalau dia lagi-lagi harus kalah dari
Jaka. Dia sungguh kecewa tidak bisa menyelamatkan ibunya dari perlakuan mesum
Jaka. “Haha.. gue bilang juga apa? Gue yang bakal menang. Yes”
sorak Jaka. Anisa tersenyum mendengarnya. “Iya-iya
kamu menang.. menang terus nih kamunya, kasihan anak tante gak dapat dari tadi”
kata Anisa sambil melirik ke Niko yang sedang terduduk kecewa. Jakapun
mendorong tubuh Anisa ke sofa dan menghimpitnya lagi. Dia sepertinya ingin
melanjutkan aksinya tadi yang belum selesai. “Duh..
aww.. Jaka, pelan-pelan dong..” kata Anisa. Tanpa menjawab Jaka meneruskan
perbuatannya ini, dia mulai menciumi bagian tubuh Anisa yang lain, termasuk
wajah dan mulut Anisa. Niko lagi-lagi hanya bisa memandang temannya berbuat
mesum ke ibunya. lidah Jaka dan Anisa kini saling membelit, saling berbagi liur
satu sama lain. Jaka lalu menjulurkan lidahnya, Anisa yang tahu berbuat apa
langsung mengulum lidah Jaka tersebut, sungguh erotis sekali. Jaka juga
melakukan hal yang sama dengan mengulum lidah Anisa yang dijulurkan, mereka
lakukan hal tersebut bergantian beberapa kali. “Tante
lihat tuh, anak tante ngiri tuh..” kata Jaka. Anisa melirik ke arah anaknya
yang memang lagi mupeng berat melihat aksi mereka ini. Sebuah pemandangan yang
malah membuat hati anaknya panas dingin tidak karuan. “Coba
buka mulut tante..” suruh Jaka. Anisa mengikuti kemauan remaja ini dan membuka
mulutnya lebar-lebar. Jaka kini dengan kurang ajarnya meludah ke dalam mulut
Anisa, di depan mata anaknya sendiri yang dari tadi hanya memperhatikan mereka.
Lagi-lagi Jaka cengengesan sambil melirik ke Niko setelah melakukan hal bejat
tersebut, bahkan ibunya juga melirik sambil tersenyum ke arah Niko setelah
menelan liur Jaka. Bagi Anisa sendiri ini juga merupakan
sensasi yang baru pertama dia rasakan. Bergumul dengan pria yang seumuran anak
laki-lakinya, bahkan di depan anak laki-lakinya itu sendiri. Menelan liur
seperti inipun tidak pernah dia lakukan dengan suaminya, tapi kini dia malah
melakukan hal menjijikkan ini dengan teman anaknya. Niko yang melihat itu
begitu terbakar hatinya, tapi dia juga terangsang melihat aksi mereka.
Membuatnya tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa. “Lagi
ya tante..” kini Jaka tampak komat-kamit mengumpulkan liur sebanyak mungkin dan
akhirnya menumpahkan kembali liurnya ke dalam mulut Anisa. Kini bahkan lebih
banyak dari sebelumnya. Tampak lelehan liur Jaka keluar dari mulut Anisa karena
tidak mampu menelan semuanya. “Udah ah kamunya, ada-ada aja”
“Hehe.. lanjut yah tante, hadiah utamanya belum nih, pengen rasain mulut tante”
“Hmmhhh.. iya-iya, tapi jangan disini yah.. di kamar tante aja yuk.. malu nih
di depan Niko” “hehe.. oke deh..” setuju Jaka. Mereka kemudian bangkit dan
menuju kamar Anisa. “Tapi sebentar aja yah, gak lama lagi suami tante pulang
nih, bisa dihajar kamu kalau nampak sama om, hihi..” “oke
tante.. hehe” jawab Jaka. “Ma.. terus aku gimana nih?” tanya Niko dengan
wajah kecewa. Dia sebenarnya masih ingin di antara mereka, walau hanya untuk
sekedar melihat saja. “Maaf yah sayang, Kan Jaka yang
menang. Kamu kalah sih.. kamu tolongin lihat situasi aja yah sayang, siapa tahu
papa kamu pulang, gak papa kan?” Niko hanya mengangguk lesu menyetujui perintah
mamanya ini. Sebelum mereka masuk ke kamar, lagi-lagi Jaka mengeluarkan
cengengesan menjijikkannya ke arah Niko. Kini
Niko tinggal sendiri di luar kamar, entah apa yang sedang mereka lakukan Niko
benar-benar tidak mengetahuinya, sama sekali tidak terdengar suara dari luar
kamar tempat Niko berdiri ini. Tubuh Niko jadi panas dingin membayangkan apa
yang terjadi pada mamanya di dalam sana. Niko penasaran apa yang terjadi,
selang beberapa lama dia putuskan untuk berusaha mencuri dengar apa yang sedang
terjadi di dalam. "Enak sayang?" terdengar
suara mamanya samar-samar. "Enak tante.." "Enak banget yah??
hihi" ".... Duh, aw.. Jaka, pelan-pelan sayang.. geli..
hahaha.." terdengar tawa renyah mamanya yang sepertinya sedang kegelian.
"Oughh.. Anisa.." "Ngghh.. sayang, udah... sshhh.. kamu ini,
ntar Windynya bangun" "Nggmmhh.." "Oughh.." Beberapa
kali terdengar suara lenguhan ibunya dan Jaka, entah apa yang mereka lakukan.
Niko betul-betul tidak tenang di luar sini. Hatinya begitu tidak karuan
mendengar dan membayangkan apa yang sedang terjadi di dalam. Suara Windypun
terdengar dari sana, sepertinya Windy terbangun karena ulah Anisa dan Jaka di
dalam sana. "Tuh kan.. anak tante bangun,
kamu sih.." "Windy, kamu mau ikutan nyusu kaya om Jaka?,
sini-sini.." kata mamanya. Deg, Niko terkejut mendengarnya. Dia semakin
panas dingin karena membayangkan mamanya menyusui mereka sekaligus. Yang satu
memang bayinya sendiri, tapi orang yang satu lagi? Niko
putuskan untuk tidak meneruskan menguping. Hatinya sudah begitu panas mendengar
dan membayangkan itu semua. Lebih setengah jam lamanya Niko hanya duduk di sofa
terdekat dari kamar orangtuanya ini hingga akhirnya pintupun terbuka dan mereka
keluar dari kamar. Tampak Anisa sudah kembali mengenakan pakaian lengkap, tapi
rambut dan wajahnya terlihat acak-acakan, membuat Niko betul-betul penasaran
apa saja yang telah mereka lakukan.
“Lama amat sih ma?” tanya Niko dengan wajah kesal setelah
mereka keluar. “Habis.. temanmu ini sih..” jawab Anisa sambil tersenyum
ke Jaka. “Udah yah Jaka, pulang dulu yah.. bentar lagi Om pulang” katanya lagi.
“Iya deh tante, makasih banyak ya.. hehe” Jakapun akhirnya pulang tidak lama
kemudian. Jaka bahkan tidak pamit dengan Niko, Jaka hanya berpamitan dengan
Anisa sambil mencium tangannya. “Ma..” kata Niko lirih memanggil
mamanya. “hmm? Apa sayang?” “Niko juga mau dong..” “ Hihihi.. kamu mau
juga?” “Iya mah..” “Kalau gitu besok kamu harus menang yah..” “Yah.. mama kok
gitu sih, sekarang dong ma.. cuma nyusu aja juga boleh kok ma” “Gimana
sih kamu ini, itu kan hadiah kalau kamu bisa menang. Ya udah sekali saja, ntar
malam kamu tungguin mama yah, jangan tidur dulu” kata Anisa memberi harapan
pada Niko sambil mengedipkan matanya.
“Kok gak sekarang aja sih
ma?” “Udah mau malam nih, ntar papa kamu keburu pulang. Ntar
malam aja yah..” katanya lagi sambil mengelus kepala Niko. Akhirnya Niko setuju
saja dari pada tidak sama sekali. Hati Niko senang bukan main mendengar
perkataan ibunya, dia tidak sabar menunggu malam tiba ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
“Lama amat sih ma?” “Nungguin papa kamu tidur
dulu” “Mau sekarang sayang?” tanya Anisa dengan senyum manisnya. “I-iya mah…” jawab Niko grogi. Anisa
tersenyum sesaat kemudian mulai membuka beberapa kancing bajunya dan
mengeluarkan buah dadanya. Sebenarnya Niko ingin melihat mamanya setengah
telanjang seperti tadi siang waktu dengan Jaka, tapi dia tidak berani
mengatakannya. “Ayo, katanya mau
nyusu..” tawar Anisa tersenyum manis ke anaknya itu. “Eh, i-iya ma” Niko mendekatkan mulutnya dan
mulai mengulum pucuk payudara Anisa. Air susu yang selama ini dia idam-idamkan
akhirnya dapat dia rasakan. Air susu itu pun mulai masuk dengan nikmatnya ke
dalam mulut Niko dan membasahi kerongkongannya.
“Dasar kamu, udah gede masih nyusu” kata Anisa sambil mengusap kepala
anaknya. “Enak sayang?” tanyanya. Niko
hanya mengangguk tanpa melepaskan mulutnya dari sana. Lebih dari satu jam
mamanya di sana menemani Niko. Memberi kedua payudaranya bergantian untuk
dilahap anaknya yang sudah remaja ini hingga Niko puas. Niko sendiri sebenarnya
berharap lebih dari hanya meminum asi mamanya. Tapi seperti janjinya, Niko
hanya menyusu pada Anisa walaupun Anisa sedikit memberinya hiburan dengan
memperbolehkan Niko memainkan payudaranya dengan sapuan lidah ataupun remasan
tangan. Anisa sendiri tahu kalau anaknya sudah ngaceng dari tadi, tapi dia
tidak ingin ini semua sampai melampaui batas.
“Ma, tadi siang mama ngapain aja sih di dalam dengan Jaka? Lama amat”
tanya Niko saat acara minum susu tersebut selesai. “Kamu mau tahu sayang?” “Iya mah, penasaran” “Ya,
seperti yang mama bilang ke Jaka kalau dia menang, mama kasih mulut mama” “hmm..
mama jilatin penisnya Jaka?” “Iya, juga mama masukkan ke mulut mama semuanya”
Niko yang mendengarnya begitu iri dengan Jaka. “Terus, apa lagi ma?” “Tapi dasar dia nakal,
dianya pengen lihat mama telanjang sayang” Niko terkejut mendengarnya. Kurang
ajar sekali si Jaka, geramnya. “Terus
mama kasih?” “Dia maksa terus sih yang, akhirnya mama lepasin juga celana dalam
mama. Jadinya kami sama-sama telanjang deh”
“Itu aja kan mah? Dia gak macam-macam lagi kan?” “Dikit sih, habis itu
dia mainin vagina mama pake jarinya, gak tahu deh dia belajar itu dari mana,
pintar banget dianya. Ya.. lama-lama mama gak tahan juga digitukan terus
sayang, jadi mama nikmatin aja” kata Anisa menerangkan. “ooh.. terus ma?” tanya Niko karena dia
penasaran, walaupun dia sebenarnya ada rasa sakit hati pada Jaka berbuat bejat
pada mamanya. “iya, habis itu si Jaka
minta gesek-gesikin penisnya ke vagina mama. Tapi mama tolak, takut dia hilang
kontrol” kata Anisa. Niko cukup lega mendengar jawaban mamanya. “Tapi dianya maksa terus sih, jadinya mama
kasih juga. Dari pada dia ngentotin mama, iya kan sayang?” sambungnya lagi. “Tapi
gak sampai masuk kan ma?” “Gak kok, cuma gesek-gesekin aja kok. Tapi sesekali
kepalanya nyelip masuk juga sih.. hihi” jawab Anisa tertawa seakan itu hal yang
lucu. "Terus kamu mau tau nggak Jaka muncratnya dimana?" kata Anisa
lagi. "Dimana emangnya ma?" tanya Niko penasaran harap-harap cemas. "Di
mulut mama, banyak amat" kata Anisa sambil tertawa. Kepala Niko makin
berat mendengarnya. “Coba tadi kamu yang
menang, pasti kamu yang dapat. Ya udah deh, mama balik dulu yah? Udah puas
kan?” “Yah mama..” rengek Niko karena masih merasa belum puas ditemani mamanya.
“Udah ya, udah lewat jam 12 ini, besok kamu sekolah kan?” “Iya deh ma” jawab
Niko lesu. Akhirnya Anisa meninggalkan kamar Niko. Esoknya, Niko tidak melihat Jaka di sekolah.
Apa dia sakit? Tapi kemarin dia masih sehat-sehat saja, bahkan melakukan hal
mesum ke mama. Atau jangan-jangan Jaka bolos dan pergi ke rumahnya? Pikir Niko.
Dia betul-betul tidak tenang di sekolah saat itu memikirkan kalau dugaannya itu
benar. Saat pulang sekolah, Niko buru-buru pulang untuk mengetahui keadaan
ibunya. Dia tidak menemukan Jaka di rumah, tapi dia tidak menanyakan pada
mamanya apa Jaka tadi kesini atau tidak.
Sorenya mereka melakukan latihan itu lagi saat Jaka datang ke rumah.
Tapi berapa kalipun mencoba, Niko tidak pernah menang dari Jaka. Sehingga Jaka
teruslah yang mendapatkan hadiah mesum dari Anisa. Esoknya, lagi-lagi Jaka tidak kelihatan di
sekolah, dia mulai yakin kalau Jaka memang bolos dan pergi ke rumahnya. Dia
putuskan untuk cabut dari sekolah diam-diam saat jam istirahat untuk pulang ke
rumah. Yang ditakutinya sepertinya benar terjadi. Terlihat sepatu yang dia
ketahui milik Jaka berada di depan pintu rumahnya saat Niko pulang ke rumah.
Hati Niko jadi tidak karuan, dia penasaran apa yang sedang mereka lakukan di
dalam, tapi dia putuskan untuk mengintip dari kaca samping rumah. Alangkah
terkejutnya dia melihat mamanya dan Jaka sedang berciuman dengan mesranya. Sial
si jaka! anjing! umpatnya dalam hati. Niko berusaha tenang mengawasi dan
menguping pembicaraan mereka. “Tante
emang yang paling cantik deh.. hehe” “Huu.. gombal kamu, umur tante udah 33
gini” “Benar deh, tetap cantik kok” goda
Jaka lagi, membuat Anisa jadi malu karenanya. “Tante.. Jaka mau lihat tante
telanjang lagi dong.. udah gak tahan nih”
“Hihihi, gak tahan ngapain sih kamu? Belum puas tadi tante isap? Udah
muncrat kan tadi di mulut tante? hihi” goda Anisa sambil tertawa. Tapi Anisa
akhirnya bangkit juga dari duduknya dan melepaskan daster yang dia kenakan. “Celana dalamnya iya juga dong tante..
cepetan” suruh Jaka tidak sabaran. “Iya-iya.. dasar kamu..” kini Anisa juga
melepaskan celana dalamnya sehingga dia telanjang bulat tanpa ditutupi selembar
benangpun. “Tante, ngentot yuk..” ajak
Jaka kurang ajar. Niko yang mendengarnya dari luar sini betul-betul geram
dibuatnya. “Hush.. ngomong apaan sih
kamunya, kan udah tante bilang kalau ini punyanya papa Niko. Gak boleh ya
sayang..” tolak Anisa. “Yah.. pengen
banget nih tante. Kan gak ada siapa-siapa tante, boleh ya? Bentar aja” “Duh,
gimana yah sayang, tante sejujurnya penasaran juga sih.. hihi” kata Anisa
binal. Dia sebenarnya juga penasaran bagaimana rasanya bersetubuh dengan remaja
sebesar ini, terlebih penis Jaka juga cukup besar untuk seusianya. “Lah, tuh kan.. nunggu apa lagi? Yuk tante..”
“Tapi tante gak enak nih sama Niko dan suami tante” “Bentar aja kok tante.. “
rayu Jaka lagi mencoba meluluhkan Anisa.
“Ya udah deh, bentar aja yah.. dasar kamunya mesum. Mama teman sendiri
dimesumin” setuju Anisa akhirnya. Anisa mengajak Jaka ke arah sofa di ruang
tamu yang lebih panjang. Dari tempat Niko berdiri sekarang dia tidak dapat
melihat mereka lagi. Tapi tidak lama kemudian terdengar suara desahan-desahan
dari mereka. Niko tidak tahan lagi, dia putuskan untuk masuk ke rumah
mengganggu mereka. “Tok-tok” Niko
menggedor pintu rumahnya. “Ma..” teriak Niko dari depan pintu. “Iya sayang, sebentar..” teriak mamanya dari
dalam. Tidak lama mamanya membuka pintu, dia telah mengenakan dasternya
kembali, tapi tidak menggunakan dalaman apa-apa lagi. “Loh kok udah pulang sayang?” tanya Anisa “Lagi
ngapain sih ma? Mandi? kok basah gini?” kata Niko balik nanya pura-pura tidak
tahu melihat mamanya basah oleh keringat.
“Ngg, tuh karena teman kamu.. Bukannya sekolah malah main kesini.
Jadinya mama keringatan-keringatan lagi deh” jawab Anisa terus terang sambil
malu-malu seperti gadis remaja. Niko
segera masuk ke rumah untuk melihat keadaan, dia melihat Jaka yang sedang
bertelanjang bulat duduk di sana. Tubuh Jaka juga bermandikan keringat seperti
Anisa. Jaka bahkan cuek seakan tidak peduli anak Anisa sudah pulang walau dia
baru saja mencumbui Anisa. “Kalian habis
ngapain?” tanya Niko. “Gue habis ngentotin nyokap lo.. hahaha.. nganggu aja lo”
jawab Jaka kurang ajar. “Jaka, apaan sih” kata Anisa dengan wajah sebal. “Tapi
benar kan tante? Hehe” “Sorry yah sayang, habisnya teman kamu tuh.. nakal amat
ke mama” hati Niko benar-benar merasa tidak karuan, mendengar itu dari mulut
mamanya. “Tapi kok sampai gituan segala
sih ma? Bukannya kitanya cuma latihan saja?” tanya Niko kesal ke mamanya. “Tante,
lanjut di kamar yuk, masih tanggung nih” potong Jaka sebelum mamanya sempat
menjawab. “Hmm.. Niko, gak apa kan kalo
mama lanjutin lagi?” tanya Anisa meminta persetujuan Niko lagi, Anisa sendiri
masih merasa tanggung dan kesal juga diganggu Niko. “tapi kan mah…” sebenarnya
Niko ingin sekali menolak permintaan gila Anisa. Tapi saat itu Niko melihat
Jaka mengepalkan tinjunya ke arahnya hingga membuat nyalinya ciut. “i-iya deh ma, gak papa” jawab Niko lesu.
Anisa tersenyum kecil mendengar persetujuan anaknya. “Tante, suruh aja Niko
ikut ke dalam. Biar dia lihat gimana mamanya aku entotin, hehe” kata Jaka
kurang ajar. “Jaka! Kok ngomongnya gitu
sih. Lagian malu tahu dilihatin Niko” “Ya, gak apa lah tante, Niko pasti mau
banget tuh lihat, iya kan Niko? hehe” cengengesnya ke Niko. “Ya udah, kamu mau ikut masuk ke dalam
sayang?” tanya Anisa sambil tersenyum manis ke Niko. Niko hanya mengangguk
menyetujuinya. Mereka bertiga pun masuk ke dalam kamar yang mana ternyata di
sana ada Windy yang sedang tertidur. “Sini
tante..” ajak Jaka. Jaka pun langsung mengulum bibir Anisa yang masih berdiri
dan melepaskan daster yang dikenakannya sehingga kini Anisa jadi bugil lagi.
Jaka menciumi bibir Anisa dengan buasnya sambil sesekali melirik ke Niko. “Jilatin lagi tante” kata Jaka melepaskan
ciumannya. Anisa yang paham maksud Jaka langsung bersimpuh di depan remaja itu
dan mulai menjilati penis tersebut. Saat menjilati penis Jaka, mata Anisa
bahkan melirik Niko. Dia juga seperti berusaha tersenyum ke anaknya yang sedang
melihat mamanya menjilati penis temannya itu, entah apa maksud senyuman mamanya
itu Niko juga tidak mengerti. Jaka kini dengan kurang ajarnya membenamkan
seluruh batang penisnya ke dalam mulut Anisa, dia lalu menggoyangkan pinggulnya
seperti menyetubuhi mulut Anisa. “Cpak..
cpak..cpak.” suara peraduan penis jaka dengan mulut Anisa. Saat melakukan itu, Jaka sengaja menunjukkan
ekspresi kenikmatan ke arah Niko, yang tentu saja makin membuat hati Niko
sakit, tapi entah kenapa Niko juga ngaceng melihat tingkah mereka berdua. “Ngghm.. ngghmmm” suara Anisa mengerang
karena mulutnya dijejali penis Jaka hingga mentok ke kerongkongannya. Jaka yang
mengetahui hal tersebut malah menahan kepala Anisa, membuat Anisa menepuk-nepuk
paha Jaka supaya dia mau berhenti. Jaka masih saja membenamkan penisnya hingga
akhirnya Anisa terlihat muntah, mengeluarkan sedikit cairan dari lambungnya
karena kerongkongannya sakit dijejali penis Jaka hingga mentok. “Hosshhh..hmmffhh, kamu kasar amat sih Jak?”
kata Anisa agak kesal sesak nafas sambil mengelap dagunya yang basah oleh liur
dan muntahannya kemudian menengok ke arah Niko yang berdiri di sana. Niko yang
menyaksikan ini makin pedih saja hatinya, melihat mamanya diperlakukan tidak
senonoh dan brutal oleh temannya sendiri.
“Hehe.. lagi yah tante” ajak Jaka lagi. Tanpa memberi kesempatan Anisa
menjawab, Jaka kembali menjejalkan penisnya ke dalam mulut Anisa lagi,
mengaduk-aduk mulut Anisa dengan penis Jaka sebrutal tadi hingga Anisapun
lagi-lagi muntah dibuatnya. Jaka melakukan hal tersebut beberapa kali lagi pada
Anisa, di depan Niko. Puas melakukan hal tersebut, Jaka kemudian mendorong
Anisa ke ranjang dan mencumbuinya lagi. “Tante..
masukin yah?” tanya Jaka yang sudah tidak sabar. “Tapi kan.. “ kata Anisa
sambil melirik ke Niko. Dia begitu malu melakukannya di depan anaknya berbuat
seperti ini walaupun dia sudah tidak tahan untuk dimasuki penis Jaka. “Udah.. biar aja tante, gak papa kan Niko gue
entotin nyokap lho?” tanya Jaka dengan senyum licik. Niko tidak menjawab
pertanyaan Jaka, dia tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan sendiri. Dia
sangat marah, cemburu dan sakit hati melihat adegan ini semua, tapi dia juga
sangat terangsang juga karenanya. Mamanya, telah diambil... oleh temannya
sendiri. Melihat Niko tidak menjawab,
Jaka hanya cengengesan sendiri. Jaka tau apa yang dipikirkan Niko, karena dia
memang sengaja memperlihatkan ini pada Niko. “Sayang? Kok diam? Boleh gak nih?” tanya
Anisa ikut-ikutan. Anisa sendiri sebenarnya sudah tidak tahan untuk ditusuk
Jaka. Entah apa yang ada dipikiran Anisa, dia mengkhianati suaminya, bermain
dengan teman anaknya sendiri dan di depan anaknya yang polos yang hanya bisa
melihat saja. “Bo-boleh mah..” jawab
Niko akhirnya dengan suara pelan. Kalau dia jawab tidak boleh bisa saja dia
akan dihajar habis-habisan oleh Jaka diluar sana. “Boleh apa sayang?” tanya Anisa lagi,
sepertinya dia malah sengaja menggoda anaknya ini. Niko sendiri merasa tidak
enak lidahnya untuk menyebutnya secara vulgar begitu. “Boleh ng-ngetotin mama” kata Niko lagi.
Sebuah senyuman terpancar dari bibir Anisa, yang tidak diketahui apa maksudnya
oleh Niko. Jaka yang mendengar tanya jawab ibu dan anak itu juga ikutan
terseyum dan mulai mengarahkan kemaluannya ke liang vagina Anisa. Dia mulai
mengaduk kelamin Anisa dengan penisnya di depan Niko, bahkan didepan si kecil
Windy yang ternyata sudah terbangun dari tidurnya. Kalau Windy bisa berpikir
tentu saja dia juga akan marah melihat mamanya ditindih bukan oleh papanya.
Tapi Windy yang masih kecil hanya bisa melihat saja mamanya yang sedang
telanjang lagi disetubuhi oleh pria ini, bahkan dia sempat tertawa sendiri
melihat mamanya yang tampak keenakan begitu. Gila memang, Anisa disetubuhi di
depan anak-anaknya. “Nngh.. Sayang..”
panggil Anisa ke Niko. “Ya mah?” “Jangan oughh.. kasih tau papa ya? Ngghmmhh..”
“I-iya mah” jawab Niko. “Windy cayang..
kamu juga jangan kasih tau papa ya? Hihi” kata Anisa mengajak si kecil Windy
bicara sambil tertawa. Tentu saja Windy tidak akan bisa memberitahu papanya apa
yang sedang dilakukan ibunya ini. Tapi Anisa malah melakukan hal iseng bertanya
seperti itu ke bayinya dan menganggapnya lucu. Si Windy yang tidak mengerti
malah tertawa saja ke arah mamanya yang sedang disetubuhi. Betul-betul suasana
yang gila. Niko yang menyaksikan hal ini
tanpa sadar membuat penisnya berdiri dari balik celana. Dia ingin sekali
rasanya menggantikan posisi Jaka disana, meskipun wanita itu adalah ibunya
sendiri. Jaka yang mengetahui apa yang sedang Niko pikirkan malah berbisik ke
Anisa. “Gak ah.. gila kamu..” jawab
Anisa setelah dibisiki Jaka. “Gak apa lah tante.. kasihan tuh Niko nya.. hehe” “Nggak..
ada-ada aja kamunya” “Ada apa ma?” tanya Niko penasaran. “hmm.. Jaka ajak kamu
ikutan tuh, tapi gak mama bolehin lah” jawab Anisa. “Yah.. tante.. Niko udah penasaran banget tuh
pastinya, hehe.. tapi ya udah deh kalau gak boleh. Jaka bisa puas sendiri..
hehe” kata Jaka sambil tersenyum remeh ke Niko dan kembali menggoyangkan
pinggulnya. Mereka kini berganti posisi, Anisa menungging dan Jaka
menyetubuhinya dari belakang. “Nggh..
oughh.. terus sayang.. yang kencang…” racau Anisa. “ougghh.. rasain ini tante
nakal, lonte binal” celoteh Jaka kurang ajar. Mereka saling melenguh dan
meracau kenikmatan sambil berkata kotor. Bahkan kata-kata yang ditujukan Jaka
pada Anisa menjurus melecehkan. Anisa yang mendengar hal tersebut malah makin
bangkit birahinya, sedangkan Niko makin sakit saja hatinya mendengar mamanya
dilecehkan begitu. “Nggmmh.. terus
sayang, entotin tante sesukamu.. ngmmhh.. entotin tante di depan anak-anak
tante.. ougghh” racau Anisa menggila. “Iya..
oughh, anak-anak tante harus tahu kalau mamanya binal dan nakal” balas Jaka. “Nggghh..
Iya sayang, tante memang nakal.. terus sayang.. entotin mamanya Windy dan Niko
ini pake kontol kamu yang gedeee.. ougghh.. nggghhh” Mereka terus saja meracau
gila-gilaan. Anisa yang paling gila karena dia melakukan ini di depan
anak-anaknya, bahkan meladeni omongan vulgar Jaka. Entah apa yang akan terjadi
pada diri anak-anak Anisa ini esok, terlebih bagi si kecil Windy. Untuk melihat
mama dan papanya bersetubuh saja mungkin ini sudah tidak baik, tapi ini malah
dia diperlihatkan adegan mamanya yang sedang selingkuh, melihat mamanya
disetubuhi di hadapannya serta diperdengarkan kata-kata kotor yang vulgar oleh
mamanya sendiri. Anisa sendiri malah seperti tidak ambil pusing karenanya. Niko yang memang dari tadi sudah tidak tahan
hanya bisa mengelus penisnya dari balik celananya. Dari tadi bahkan dia belum
sempat mengganti pakaian seragamnya karena terlebih dahulu disuguhi pemandangan
seperti ini. Jaka yang melihat tingkah Niko lagi-lagi mulai memancing suasana
hati Niko. Sambil masih menggenjot Anisa dari belakang, dia menciumi bibir
Anisa dan meremas buah dada Anisa hingga tampak air susunya menetes-netes. Air
susu yang seharusnya menjadi makanan bagi anaknya Windy kini terbuang percuma
karena perlakuan Jaka. “Ngghh… Duh..
Jaka, pelan-pelan dong.. sakit” erang Anisa karena remasan tangan Jaka yang
kasar di buah dadanya. Jaka seperti tidak mendengar perkataan Anisa dan masih
saja meneruskan aksinya, membuat ranjangnya mulai basah karena ceceran susu
Anisa. Niko yang dari tadi hanya menonton sudah melepaskan celana beserta
celana dalamnya. Dia beronani menyaksikan adegan didepannya ini. Mamanya yang
sedang disetubuhi oleh temannya sendiri. Meskipun hanya onani, tapi tetap saja
dia kalah dengan Jaka yang masih bertahan menyetubuhi Anisa. Dia klimaks dengan
hanya melihat adegan tersebut. Jaka yang melihat Niko sudah keluar malah
tertawa melecehkan. Anisa juga hanya tersenyum melihat anaknya yang sudah
muncrat. “Lihat tuh anak tante, lemah
amat..” ejek Jaka. “Hihi.. sayang? kamu udah keluar yah?” tanya Anisa yang juga
terdengar seperti nada melecehkan bagi Niko. Membuat Niko malu bukan main
karenanya. “Tante.. nanti Jaka keluarin
di dalam yah??” “Kamu mau keluarin di dalam? Itu tempat Niko lahir loh.. mau
kamu siramin pake peju kamu yah? Nakal kamu..”
“Iya.. boleh yah tante.. pasti enak nih..” “Iya deh.. Niko, gak apa kan kalau Jaka
keluar di dalam? Di tempat kamu lahir dulu?” tanya Anisa pada anaknya itu. Niko
yang mendengar pertanyaan mamanya ini malah membuat darahnya berdesir,
perkataan mamanya begitu provokatif dan mengaduk hatinya. “Gimana Niko? Boleh nggak Jaka numpahin
benihnya ke rahim mama kamu ini?” tanya Anisa lagi. “I-iya mah..” jawab Niko pelan, dia tidak
tahu kenapa bisa jadi seperti ini. Anisa tersenyum mendengar jawaban anaknya,
begitu pula Jaka. Sungguh perasaan Niko campur aduk dibuatnya. “Kamu harus belajar dari Jaka nih sayang..
dianya kuat” kata Anisa dengan meninggikan intonasi kata kuat. Jaka hanya
cengengesan ke Niko mendengar perkataan Anisa. Setelah cukup lama Jaka
menggenjot Anisa, akhirnya Jaka tidak bisa lagi menahan laju spermanya untuk
menumpahkan spermanya membuahi rahim Anisa. “Ougghh.. terima peju Jaka tante.. ughh..” “nngghh…
iya sayang.. keluarin yang banyak, penuhi rahim tante dengan peju kamu” “Oughhh..
Anisaaaa” “Iya sayang.. tante juga
sampaaaaaiiiii” erang mereka kenikmatan saat peju Jaka muncrat dengan banyaknya
memenuhi rahim subur Anisa. Entah apa jadinya kalau Anisa sampai hamil oleh
Jaka, teman anaknya sendiri. Mereka akhirnya terbaring kelelahan di ranjang,
sejajar dengan Windy yang juga terbaring di kasur yang sama. “Windy cayang.. om Jaka kuat amat loh.. kamu
kalau sudah besar boleh tuh ikutan cobain..hihi” kata Anisa iseng dengan nafas
nggos-ngosan mengajak Windy bicara. Betul-betul gila omongan Anisa, mengajak
bicara anaknya seperti itu. Menawarkan anaknya untuk boleh disetubuhi pria ini
kelak kalau sudah besar. Jaka yang mendengar omongan Anisa sampai cengengesan
dibuatnya. “Tante, boleh gak Jaka main
kesini tiap hari?” “Hmm.. boleh aja kok,
tapi kamu sekolah dulu, baru kesini.. ntar gak lulus lagi kamunya gara-gara
tante” “Hehe.. gak apa kok tante, biarin
gak lulus asal bisa terus bersama tante” “Huu.. gombal kamunya, ada-ada aja. Udah sana
kamu pulang, bentar lagi Om pulang” “Okey deh sayang..” setuju Jaka sambil
mencium kening Anisa. Setelah beberapa saat beristirahat Jakapun pulang dari
rumah Niko, Anisa mengantarnya hingga ke depan rumah dengan masih bertelanjang
bulat sambil mengendong bayinya. Anisa bahkan mengangkat tangan Windy lalu
melambai-lambaikannya seperti mengatakan bye-bye ke arah Jaka. "Ayo
cayang.. bilang dadah ke Om Jaka.. dadaaah... hihihi" kata Anisa ke
bayinya sambil tertawa-tawa. Jaka hanya tersenyum melihat tingkah Anisa ini,
sedangkan Niko bertambah sakit hatinya. Dia akhirnya benar-benar telah
menghilang dari pandangan Niko dan Anisa, tapi sebenarnya mimpi buruk baru saja
dimulai. *** Esok hari, lagi-lagi Jaka tidak terlihat di
sekolah. Niko yang menyadari bahwa Jaka pasti berada di rumahnya seakan tidak
dapat berbuat apa-apa. Nyalinya begitu kecil untuk mengatakan apa yang
sebenarnya dia rasakan, rasa sakit melihat mamanya diambil orang lain,
mengkhianati papanya dengan cara begitu. Dia menyesal karena membawa Jaka ke
rumah, Niko merasa dia sendirilah yang menyebabkan hal ini terjadi. Seharusnya
dia tidak menyetujui ide mamanya untuk membawa teman segala. Hatinya sangat
sakit, pedih tak terkira. Seharusnya aku melawan, tapi kenapa hanya diam
begini, sial, batinnya. Niko melihat
perbuatan bejat Jaka lagi pada mamanya saat dia pulang ke rumah. Ya.. Jaka
memang sengaja tidak sekolah tadi dan melakukan hal ini lagi. Esok hari dan
seterusnya selalu begini, sekarang sudah seminggu Jaka tidak sekolah dan malah
datang ke rumah Niko. Melakukan hal mesum terhadap ibu kandung Niko disaat papa
dan anaknya tidak di rumah. Pagi itu
lagi-lagi Jaka datang ke rumah Niko. Kebetulan sejak dua hari lalu suaminya
sedang ada keperluan bisnis di luar kota selama seminggu. “Dasar kamu Jaka, udah seminggu kan kamu gak
masuk sekolah?” tanya Anisa saat membukakan pintu untuk Jaka. “Hehe.. biarin tante” “Dasar kamu.. dikasih
tahu malah bandel” kata Anisa gemas mencubit pipi Jaka. “Tante, Jaka bawa teman
nih..” “Hah? Rese ah kamunya gak
bilang-bilang.. kan tantenya bisa siap-siap dulu.. hihi” kata Anisa karena saat
itu Anisa hanya mengenakan kemeja putih dan celana dalam saja. Ternyata di
belakang Jaka ada tiga orang temannya yang lain. Dada Anisa entah kenapa jadi
berdebar seperti ini. Dia penasaran apakah akan terjadi gangbang pada dirinya
hari ini. Sebuah fantasi liar yang dia miliki dari dulu. “Ya udah.. ajak teman-temanmu masuk deh..” Saat masuk ke rumah, mereka mencium tangan
Anisa layaknya anak yang baik, membuat Anisa jadi tersenyum. Mereka semua
ternyata sudah sma, sepertinya itu teman-teman Jaka yang memang seumuran
dengannya. Tampak penampilan mereka acak-acakan, dengan seragam yang lusuh
dengan beberapa coretan. Jelas dari penampilan mereka kalau mereka adalah murid
yang suka bolos sekolah, merokok, bahkan tawuran. “Anggap rumah sendiri yah.. Kalian mau minum
apa?” tanya Anisa menawarkan. “Susu kalau ada tante..” kata salah satu dari
mereka dengan lancangnya. Dia lalu tertawa diikuti teman-temannya. “Ye.. kalau itu nanti dong.. kalian pasti
kebagian kok semuanya” “Stoknya gak terbatas ya tante? hehe” goda salah satu
dari mereka. “Iya.. gak abis-abis pokoknya… hihi” jawab Anisa mengikuti
pembiacaraan porno mereka. “Jadi kalian mau minum apa nih? Tante bikinin es teh
aja ya?” kata Anisa lalu menuju ke dapur. Setelah membuatkan es teh untuk
mereka berempat, Anisa ikut duduk dan mengobrol dengan mereka. “Nih minumnya..” “Makasih tante” kata mereka
hampir bersamaan. “Nama kalian siapa aja sih? Satu sekolah semua?” “Iya tante,
saya Rido tante..” “Bimo tante..” “Saya Amir tante..” kata mereka bergantian
memperkenalkan diri. “Tante, katanya
Jaka sering kesini yah? Ngapain aja tuh tante?” tanya Amir. “hmm? Dasar kalian
pura-pura gak tahu.. mana mau kalian datang kesini kalau gak diberi tau Jaka..
dasar” mereka tertawa mendengar kata-kata Anisa. “Terus kami boleh juga gak tante?” “Boleh
ngapain? Ayo udah mesum aja..” goda Anisa. “Itu tante… ngentotin tante” kata
Rido vulgar. “Hushh.. gak sopan amat, datang-datang minta gituan, tante bilang
suami tante ntar hihi..” kata Anisa sambil tertawa. “Jadi gak boleh yah tante?” “Hmm.. boleh
nggak yah..” goda Anisa lagi main tarik ulur. “Boleh dong tante.. kalau gak
boleh ntar kita paksa lho.. hehe” kata Rido. “Huu.. enak aja maksa-maksa. Boleh
deh.. dari pada tantenya kalian perkosa.. hihi” “Hehe.. gitu dong tante.. kan
enak.. hehehe” Jaka dari tadi hanya
diam saja memperhatikan teman-temannya menggoda Anisa. Dia hanya
tersenyum-senyum saja melihat bagaimana teman-temannya menggoda wanita bersuami
ini. “Terus mau sekarang?” pancing
Anisa. “Hehe.. boleh..” langsung mereka
menyerbu Anisa, mereka berlomba-lomba melepaskan pakaian yang mereka kenakan.
Salah satu fantasi liar Anisa sepertinya akan terwujud hari ini, melakukan
gangbang dengan mereka. Mereka mulai
menjamah tubuh Anisa bersamaan, menciumi dan menggerayangi Anisa. Kemeja yang
digunakan Anisa sudah terbuka bagian depannya tapi masih dibiarkan tergantung
dibadan Anisa, sehingga memberi kesan seksi. Mulut mereka berganitan mencicipi
nikmatnya asi dari buah dada Anisa yang sekal. Mereka seperti ingin menyedot
habis seluruh isi buah dada tersebut dan tidak menyisakannya untuk bayi kecil
Anisa. “Duh.. geli, dasar kalian,
beraninya keroyokan” “Hehe.. tapi tante suka kan kalau kita keroyok gini?” “Huh,
dasar mesum..” kata Anisa sambil tertawa. “Aww.. pelan-pelan sayang..” kata
Anisa ke Rido karena menggigit putingnya cukup keras. “Tante gak larang kalau
mau gigit, tapi pelan-pelan dong.. jangan keras-keras amat” “Ini satu, jarinya nakal amat nyolek-nyolek
memek tante..” kata Anisa pura-pura kesal ke Amir. Mereka hanya tertawa dan
terus saja melakukan aksi mesumnya sambil bergantian menetek. Vagina Anisa
bergantian dikobel oleh tangan-tangan nakal mereka, tangan mereka bergantian
merasakan seluk beluk liang Vagina wanita bersuami ini. “Udah ah, kalian nakal. Sini tante jilatin
dulu kontol kalian..” tawar Anisa nakal. Mereka berempat kemudian berdiri
mengelilingi Anisa yang bersimpuh di bawah mereka. Anisa mulai menjilati penis
mereka satu persatu sambil mengocok penis lainnya. Lagi asik-asiknya menikmati
penis para remaja tersebut, Anisa dikejutkan oleh suara tangisan Windy. “Duh.. anak tante bangun tuh.. bentar yah,
sepertinya dia lapar” kata Anisa beranjak dari hadapan mereka dan menjemput
bayinya di kamar. Anisapun kembali dengan menenteng bayinya tidak lama
kemudian. "Kamu nakal yah sayang
ngangguin mama jilatin kontol mereka, kasian tuh om-om itu udah mupeng banget
sama mama.. hihi" kata Anisa iseng mengajak bicara bayinya saat kembali
duduk di antara para remaja itu. "Kamu
lapar yah sayang? ayo cepetan mimik, kalo ga mama kasih om-om itu loh
susunya.." kata Anisa sambil menyodorkan buah dadanya ke Windy sambil
melirik tersenyum manis ke arah para remaja yang tentunya makin mupeng melihat
tingkah Anisa itu. Si kecil Windy yang memang sedang lapar tentu saja langsung
mengulum buah dada Anisa. Kalaupun ia mengerti apa yang dikatakan mamanya tentu
saja dia juga tidak akan mau mereka mengambil air susu mamanya. “Mau lanjutin gak?” tawar Anisa sambil masih
menyusui Windy. “Gak apa tante?” tanya mereka heran. “Iya.. gak papa kok” Sungguh gila, sekarang
Anisa malah mengulum penis mereka bergantian yang mana Windy masih digendong
dan menyusu padanya. Tangan Anisa menggendong bayinya, sehingga kini tidak bisa
lagi mengocok penis mereka. Sungguh liar dan binal sekali pemandangan tersebut.
Mereka bergantian menyuapi dan membenamkan penis mereka bergantian ke mulut
Anisa, yang mererima penis mereka sambil tertawa-tawa sedangkan Anisa sendiri
masih menyusui bayinya, atau dapat dikatakan keduanya sama-sama sedang menyusu,
si kecil Windy menyusu ke ibunya sedangkan ibunya menyusu ke penis-penis remaja
itu. Pemandangan itu membuat para remaja tersebut terkagum dan terheran-heran
melihat betapa binal dan nakalnya Anisa. Apalagi kemeja yang masih menggantung
ditubuhnya serta celana dalam yang masih tersisa menambah kesan seksi padanya.
Anisa sendiri merasakan sensasi luar biasa. Sempat juga terlintas sebuah
pikiran nakal Anisa kalau tiba-tiba suaminya pulang dan menemukan dirinya
sedang berbuat mesum dengan para remaja berandal ini, tapi semakin dia pikirkan
entah kenapa dia semakin terangsang dibuatnya.
Tapi tiba-tiba Anisa dikagetkan oleh kehadiran Niko yang tiba-tiba
datang dan menghantamkan tinjunya ke salah satu dari mereka hingga orang itu
tersungkur. Tidak terima temannya dipukul, mereka langsung mengejar dan
menghajar Niko hingga Niko pun tersungkur. Melihat anaknya dihajar membuat
Anisa berteriak histeris minta berhenti.
“Berhentiii… tolong berhenti.. ya Tuhan.. please stooooppppp!” teriak
Anisa mencoba menghentikan mereka. Mereka pun akhirnya mau berhenti. Tampak
disana Niko meraung kesakitan dihajar beramai-ramai. Tentu saja naluri keibuan
Anisa muncul untuk menolong anaknya tersebut. Dia letakkan bayinya dan pergi ke
tempat Niko tergeletak kesakitan. “Sayang..
kamu gak apa-apa?” tanya Anisa cemas. Tapi Niko tampak menepis tangan Anisa,
kemudian bangkit dan jalan tertatih menuju ke kamarnya. Hati Niko menahan sakit
yang lebih dari pada yang dirasakan tubuhnya ini. “Sayang?” panggil Anisa lirih. Niko terus
saja berjalan ke kamarnya dan menghilang di balik pintu. Para remaja tersebut
malah tertawa cengengesan saja melihat hal itu. Anisa sendiri ingin ke kamar
Niko untuk memastikan keadaan anaknya, namun dicegah oleh para berandal
tersebut. Mereka menarik lagi Anisa ke sofa dan mulai menjamah Anisa lagi.
Anisa juga merasa tidak nyaman dihatinya, entah kenapa semua ini bisa terjadi
dan berakhir seperti ini. Dia berusaha tetap tersenyum pada para remaja mesum
ini walaupun pikirannya berkecamuk. Tetap saja melayani nafsu mereka padahal
anaknya sedang merintih di sana. Suara erangan dan rintihan pun terdengar se
isi rumah itu. Termasuk Niko yang mengurung diri di kamar. Niko dengan
pandangan kosong menatap ke lantai kamarnya, suara-suara erangan mamanya
terdengar jelas dari sini. Parahnya, mereka bahkan menginap di sana malam itu,
menggangbang Anisa dengan liarnya sepanjang malam, menggenjot lubang vagina dan
anus Anisa dalam waktu bersamaan, menyiram tubuh Anisa dengan sperma mereka,
baik di dalam maupun di sekujur tubuhnya. Niko hanya menghabiskan waktunya
mengurung diri di kamar malam itu, telinganya dicekoki suara-suara yang membuat
hatinya semakin dan semakin sakit. Esoknya,
hari minggu. Saat keluar kamar Niko melihat mamanya masih saja dicabuli
orang-orang itu. Mereka bahkan tertawa cengengesan ke arah Niko, sedangkan
mamanya ingin menyapa Niko tapi sayang mulut Anisa saat itu sedang tersumpal
penis. Hari itu, hampir sepanjang hari juga Niko melihat dan mendengar hal-hal
mesum yang dilakukan terhadap mamanya tersebut, meskipun lebih banyak dia
habiskan waktunya mengurung diri di kamar. Baru menjelang malam mereka pulang
dari sana setelah hampir dua hari menginap.
Anisa merasa tidak nyaman di hatinya, dia putuskan untuk menemui Niko
setelah dia membersihkan diri dan meniduri bayinya. Dia ketuk pintu kamar Niko,
tapi tidak ada yang menjawab. Anisapun lalu membuka pintu kamar yang tidak
terkunci itu. Dia lihat anaknya sedang menonton tv di kamarnya, dengan
pandangan hampa. “Sayang.. maaf yah
sampai kayak ini. Kamu marah yah sama mama?” tanya Anisa, tapi terlihat Niko
hanya diam saja. Ya.. melihat hal gila seperti itu setiap hari perlahan membuat
mental Niko hancur, dia sekarang jadi sering menyendiri, bermenung dan hilang
selera makan. “Sayang? Kok diam?” “Dasar pelacur..” jawab Niko dingin. Alangkah
terkejutnya Anisa mendengar perkataan anaknya, dadanya serasa dihantam, air
matanya ingin menetes. Anisa sadar dia telah melakukan hal yang betul-betul
gila, sesuatu yang telah menyakitkan hati anaknya. “Sayang..” kata Anisa lirih. “dasar.. PELAACUUUUR!” teriak Niko pada
Anisa. “Plaaakk” sebuah tamparan keras
hinggap di pipi Niko, meninggalkan jejak merah disana. Air mata Niko menetes,
dia kini menangis. Anisa yang merasa bersalah memeluk anaknya tersebut,
membiarkan Niko menangis dalam pelukannya. Anaknya menangis tersedu-sedu di
sisinya. Tapi entah bagaimana mulanya, kini tangan Niko mengusap dan memeluk
tubuh Anisa dengan penuh nafsu. Mulutnya menciumi bibir Anisa bertubi-tubi
seperti seorang kekasih yang lama tak jumpa.
“Sayang.. kamu kenapa?” tanpa menghiraukan pertanyaan mamanya Niko terus
saja menjamah tubuh Anisa. Niko dorong tubuh Anisa sehingga kini Anisa
terlentang di ranjang. Sekilas, Anisa melihat ke mata anaknya, tatapan matanya
kini sudah berubah, tidak seperti Niko yang dia kenal sebelumnya. Pandangan
mata dingin yang dipenuhi nafsu. Niko melanjutkan menindih tubuh ibunya
tersebut, menjamah dan menciumi wajah Anisa penuh nafsu. Sekarang, dengan
tergesa-gesa Niko melepaskan celananya, serta melepaskan celana dalam yang
digunakan Anisa dari balik roknya. Dengan kesetanan dia hujamkan penisnya ke
vagina ibunya tersebut. “Sayang..” kata
Anisa lirih. Anisa merasa hatinya teriris, tidak menyangka perbuatannya ini
telah merubah kepribadian anaknya. Dia sungguh menyesal, tapi sekarang sudah
terlambat, biarlah yang akan terjadi terjadilah. Dia akhirnya mengikuti
permainan Niko, sambil Niko menyetubuhinya dengan brutal, Anisa melayani ciuman
anaknya. Niko menyetubuhi ibunya dengan brutalnya, entah kenapa sekarang dia
menjadi lebih tahan untuk tidak segera ejakulasi. Sepertinya pelatihan dari
Anisa berhasil, meski memerlukan pengorbanan yang besar akhirnya, sebuah
pengorbanan yang tidak mereka sangka ini bisa terjadi. “Sayang.. terus.. entotin mama.. puasin nafsu
kamu ke mama yang selama ini kamu pendam.. iya.. terus sayang.. maafin mama
baru bisa memberinya sekarang.. oughh.. puaskan nafsumu anakku.. puaskan..”
rintih Anisa. “Oughh…” “Ngmmhh..
sayang..” Suara erangan mereka terdengar memenuhi kamar Niko. Saling bersahutan
hingga akhirnya Niko menumpahkan spermanya ke dalam rahim Anisa, ke tempat dia
lahir dulu. “Sayang.. kamu puas?” tanya
Anisa lirih ke Niko. “Iya mah.. maafin Niko” kata Niko yang sepertinya telah
sadar apa yang telah dia lakukan. “Gak papa sayang.. biarlah yang sudah terjadi
begitu adanya. Mulai sekarang mama milik kamu. Kamu gak usah segan dan malu
lagi minta ke mama” mereka kini saling berpelukan. Malam itu mereka melanjutkan
satu ronde lagi sebelum tidur bersama. Kini dan seterusnya, Anisa telah
merelakan tubuhnya untuk dinikmati Niko, anaknya. *** Esoknya
, Jaka masih saja datang ke rumah itu. Tapi kini dia hanya datang sendiri.
Meski begitu ternyata Anisa tidak disetubuhi Jaka seorang, ya.. sekarang Niko
ikut bersamanya, menyetubuhi ibunya, Anisa. Mereka melakukan threesome antara
Anisa, Jaka, dan Niko. “Oughh… Sayang..
terus anak-anakku.. setubuhi aku..” racau Anisa menggila. Kedua lubangnya
dimasuki penis mereka. Jaka menggenjot lubang vaginanya sedangkan anaknya, Niko
menggenjot lubang anusnya. “Mah.. enak..
mau keluar..” erang Niko. “Saya juga tante.. udah gak tahan” erang Jaka. “Keluarin di mulut mama aja sayang..” pinta
Anisa. Mereka mencabut penis mereka dan berdiri di depan Anisa yang kini
bersimpuh dan membuka mulut lebar-lebar di bawah mereka. “Croot.. crooot” penis mereka memuntahkan
lahar putih yang berlomba-lomba memasuki mulut Anisa. Tampak begitu banyak
lelehan sperma di mulut Anisa, mulutnya tidak kuasa menampung semuanya hingga
beberapa tercecer ke dagunya dan menetes di pahanya. Sebelum menelan sperma
mereka, Anisa memanjakan mata remaja tersebut dengan memainkan sperma mereka di
mulutnya. Mengenyam-ngenyamnya seperti makan nasi, berkumur-kumur dengan sperma
tersebut hingga akhirnya dia menelan seluruh sperma tersebut masuk ke dalam
lambungnya. “Gimana? Puas?” tanya Anisa
sambil tersenyum manis ke mereka. “Iya
tante.. puas banget hehe..” “Iya mah.. makasih yah ma..” “Hihi.. kan mama udah nih minum ‘susu kental’
dari kalian, sekarang giliran kalian deh kalau mau juga minum susu mama, mau
nggak nih?” tanya Anisa menggoda. “Mauuu..”
sorak mereka serempak menyerbu buah dada Anisa. Mereka menyusu ke kedua
payudara Anisa. Jaka sebelah kanan, dan Niko sebelah kiri. “Hihi.. sabar dong kaliannya.. sisain untuk
Windy juga..” tapi mereka terlalu sibuk mengulum dan meminum susu dari payudara
Anisa hingga tidak mendengar apa yang dikatakannya. Anisa hanya tersenyum saja
sambil mengusap rambut keduanya. Sesekali dia tertawa kecil kegelian karena
permainan lidah dan gigi mereka. Sejak
saat itu mereka terus melakukan hal tabu tersebut, bahkan saat papanya ada di
rumah. Saat itu Niko mengajak Jaka untuk menginap di rumah. Tentu saja papanya
tidak curiga sama sekali karena merupakan hal yang biasa. Tapi malamnya saat
papanya sudah tertidur, barulah Anisa dikerjai, di belakang suaminya, oleh
anaknya dan teman anaknya. Niko juga mulai ikut-ikutan membolos walau tidak
sesering Jaka, Niko berpura-pura ke sekolah dan berpamitan pada kedua
orangtuanya seperti biasanya. “Ma..
Pa.. Niko berangkat dulu” Kata Niko pamit mencium tangan ke dua orang tuanya. “Maaf
papa gak bisa antar hari ini juga..” kata papanya karena dia juga akan
berangkat kerja. “hati-hati sayang..” kata Anisa. Saat mencium tangan ibunya,
Niko sempat berbisik pelan ke Anisa. “Mah.. tungguin yah.. bentar lagi Niko
pulang” bisik Niko. “Dasar kamu, sekolah tuh yang benar, pake cabut segala.. ya
udah, tapi cepetan yah.. hihi” bisik Anisa juga. Niko juga ikutan tertawa kecil. “Daaaah.. pa… ma…” Niko meninggalkan rumah,
tapi yang tanpa sepengetahuan papanya, setelah papanya berangkat kerja, Niko
malah kembali ke rumah. Menghabiskan harinya bermesraan dengan ibunya, Anisa.
Mulai dari sekarang, apa yang akan terjadi hanya mereka yang tahu dan tetap
akan menjadi rahasia mereka.. ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| “Ma.. Papa pergi dulu
yah.. hati-hati di rumah” “Iya.. Papa
yang hati-hati di jalan, mama kan ada Niko yang jagain. Awas ya kalau Papa
macam-macam singgah kemana-mana, tak hajar nanti.. hihi” Bisa-bisanya Anisa
berkata demikian, padahal dia yang selalu macam-macam selama ini saat suaminya
tidak ada. Untuk beberapa hari
ini, Panji suami Anisa harus ke kampung halamannya mengunjungi mamanya yang
tiba-tiba jatuh sakit. Dari kabar yang mereka dapatkan mamanya terserang demam
tinggi. Tapi Panji sendiri tidak tenang dan ingin memastikan keadaan mamanya
langsung. Awalnya Anisa sendiri ingin menemani suaminya, tapi suaminya
menolaknya karena kasihan Windy yang
masih kecil yang harus ikut perjalanan jauh. Yang tidak disadari oleh Panji
bahwa itu adalah keputusan yang salah.
“Hahaha.. gak bakal lah ma, kan udah punya istri begini cantiknya” kata
Panji menggoda istrinya. Anisa sendiri tersenyum mendengarnya, sebuah senyuman
yang memiliki arti lain bagi Anisa. Maaf yah suamiku, istri yang kamu bilang
cantik ini yang malah bermain dibelakangmu, ada orang lain yang menikmati
kecantikan istrimu ini, anakmu dan temannya, batin Anisa. “ Niko, Papa minta tolong jagain mama
sama adik kamu ya..” “Sip, Beres pa..
serahin ke Niko” Jadilah kini
Anisa ditinggal bersama anak-anaknya selama seminggu. Tapi Panji tidak tahu,
apa yang sebenarnya istrinya lakukan di rumah saat dia tidak ada.
Perselingkuhan bejat istrinya. Ya.. seperti biasa, tidak hanya Niko yang
menikmati Anisa, tapi juga Jaka. Dia lagi-lagi menginap di rumah Niko. Berlagak
bagaikan raja menikmati fasilitas rumah itu termasuk menikmati tubuh Anisa
untuk beberapa hari kedepan. “Kamu
lapar Jaka? Udah makan belum?” tanya Anisa menawarkan makan ke Jaka saat baru
tiba bagaikan seorang ibu yang menawarkan anaknya makan. “Belum tante, kebetulan.. duh enak benar
punya mama kayak tante.. udah cantik, baik, bisa dientotin lagi. Bolehkan Jaka
anggap tante mama Jaka? Hehe..” “Hihi..
iya.. anggap aja mama kamu sendiri, tapi masa mama sendiri dientotin?” tanya
Anisa ke Jaka, tapi matanya melirik ke Niko yang berada tak jauh dari sana yang
memang anaknya sendiri yang telah menyetubuhi dirinya. Niko yang dipandangi
seperti itu jadi salah tingkah sendiri.
“Niko, kamu mau makan lagi?” “Gak
ma, kalau minum susu sih boleh ma.. hehe”
“Hu.. dasar. Kita tungguin Jaka makan dulu, abis itu kita mandi sore
bareng yah..” *** “Oughh.. enak tante.. ngghh…” “Iya sayang.. entotin tante sesuka hatimu,
kamu gimana Niko? Ngghh.. enak?” “Enak
ma..” Mereka bertiga kini
berbasah-basahan di dalam kamar mandi dibawah guyuran air shower. Tampak tubuh
indah wanita dewasa Anisa dijepit dalam tubuh ceking pria remaja Jaka dan Niko.
Posisi Anisa menghadap ke atas, dengan Niko berada dibawah menggenjot anus
mamanya sedangkan Jaka menghimpitnya dari atas menusuk vagina Anisa.
Butiran-butiran air pada kulit serta rambut basah Anisa membuat kedua remaja
tersebut makin bernafsu menyetubuhinya. Sosok wanita sempurna yang kini sedang
disetubuhi oleh anaknya sendiri dan temannya, yang dengan senang hati dan tanpa
paksaan memberikan kenikmatan pada kedua remaja tersebut. “Enak sayang?” “Oughh.. enak tante.. Jaka bakal kasih tau
suami tante.. kalau tante binal” racau Jaka disela-sela genjotannya. “Hihi.. berani kamu emang? Nggmmhh..
emang.. gimana kamu kasih tahunya?” kata Anisa balik menggoda. Jaka kemudian
menghentikan genjotannya. “Om,
om.. Jaka kemarin ngentotin tante Anisa loh waktu om pergi.. enak banget empotan
memeknya, Jaka sampai ngecrot berkali-kali om ke memek tante” kata Jaka
berpura-pura layaknya sedang berbicara pada suami Anisa. “Apa kamu bilang?” kata Jaka lagi
menirukan bicara Panji yang sedang kaget.
“Iya.. Om, enak banget.. kita ngentotin tante terus menerus om.. Niko
juga ikutan kok ngentotin mamanya.. pokoknya memek tante Anisa penuh peju kita
tuh om. Terus kita juga genjotin pantatnya Om, sempit banget. Om pasti gak
pernah kan rasain bool tante? kasian deh Om keduluan kita..” sambungnya lagi. Gilanya,
Anisa malah tertawa cekikikan mendengar omongan Jaka ini yang seperti
melecehkan suaminya itu. Dia malah menganggap omongan bejat Jaka tersebut hal
yang lucu. Niko sendiri hanya tersenyum kecut mendengar omongan Jaka ini yang
seakan melecehkan kedua orang tuanya.
“Hahaha.. kamu ini.. paling beraninya cuma disini aja.. hihihi” kata
Anisa. “Berani kok tante.. tante mau
kasih apa kalau Jaka berani ngomong kaya gitu ke Om?” Anisa dengan gemasnya
mencubit pinggang Jaka karena perkataannya yang sepertinya memang nekat ngomong
ke suaminya tersebut. “Ighh..
kamu ini.. hihi” “Emang ngentotin
istrinya Om kaya apa?” kata Anisa yang kini malah ikut-ikutan menirukan gaya
bicara suaminya. Jaka yang mendengar Anisa ikut-ikutan makin membuat dirinya
senang dan bersemangat. “Kaya
gini Om..” sambil mengatakan itu, Jaka kembali menggenjot vagina Anisa. “Hihi.. kaya apa sih itu? Gak kerasa..
yang benar dong.. Niko tunjukin juga dong gimana kamu ngentotin mama kamu..
hihi..” kata Anisa memancing. Mendengar hal itu, Jaka mempercepat adukan
penisnya di dalam vagina Anisa, begitu pula halnya Niko yang menggenjot anus
mamanya. “Benar sayang kamu
dientotin mereka?” kata Anisa lagi masih pura-pura jadi suaminya. “Benar pah.. keroyokan, kaya gini.. brutal
dan kasar amat.. hihi” jawab Anisa sendiri. Kedua remaja yang mendengar hal itu
kini makin menjadi-jadi menggenjot lubang depan dan belakang Anisa. “Kaya gitu pa.. lihat kan pa? ngghh..
kasar banget kan pa? masa sih mereka ngentotin istri Papa sekasar itu, kurang
ajar banget kan pah? ngmmhh..” kata Anisa makin larut dalam permainan pura-pura
dilihat suaminya itu. Tubuh
Anisa sampai terlempar-lempar kuat karena hentakan penis Jaka dan Niko yang
makin menjadi-jadi, tapi Anisa malah tertawa cekikikan diselingi desahan karena
apa yang baru saja mereka guraukan barusan. Menganggap itu adalah sebuah
gurauan yang lucu. Sebuah gurauan yang entah apa jadinya kalau menjadi
kenyataan. Entah apa jadinya kalau Jaka benar-benar mengatakan hal itu pada
suaminya. Dan entah apa jadinya kalau suaminya melihat istri yang dicintainya
sedang disetubuhi dengan liarnya oleh anaknya sendiri dan teman anaknya. Tapi
satu hal yang pasti, Anisa semakin bergairah karena membayangkan itu semua. Tangannya memeluk erat Jaka yang
sedang menindihnya, kukunya seperti menancap di punggung Jaka. Vaginanya
semakin berdenyut karena membayangkan suaminya sedang melihat dirinya seperti
sekarang ini, yang disetubuhi dengan buasnya oleh anaknya sendiri dan temannya.
Membuat Jaka tidak kuat lagi menahan kenikmatan jepitan vagina Anisa pada
penisnya. Begitupun Niko, ia merasa jepitan Anus mamanya semakin sempit saja
menelan penisnya. “Agghh…
tante.. enak bangeeett.. gak kuat tante.. gak kuaaat” teriak Jaka melolong
kenikmatan. “Sama ma.. Niko juga gak
kuat.. aaaahhh…” “Kita barengan
sayang.. Ayo Keluarin.. tumpahin semuanya ke dalam tubuh mama.. penuhi rahim
dan anus mama dengan bibit-bibit kalian.. puas-puasin sayang.. lepaskan.. ayo
lepaskan peju kalian.. nggmmh.. mama sampaiaaai… aaaahhhh” erang Anisa
menjambak rambut Jaka. “Crooott..
crooot” dengan hampir bersamaan mereka melepaskan sperma-sperma mereka masuk
bertubi-tubi dengan banyaknya dan tanpa hambatan memenuhi rahim dan anus Anisa.
Membuat bagian bawah tubuh Anisa makin penuh karenanya. Mereka merasakan
kenikmatan yang luar biasa, sungguh beruntung sekali mereka, terlebih Jaka yang
bukan siapa-siapa dapat menikmati tubuh wanita secantik Anisa ini. “Hosh.. hosh.. puas? Enak kalian?”
tanya Anisa berusaha tersenyum disela-sela kenikmatan yang baru saja diraihnya.
Mereka berbaring sejajar kelelahan di atas lantai kamar mandi yang dingin dan
basah. “Enak tante.. duh.. peju
Jaka terkuras semua hehe.. rawat anak Jaka yah tante..” “Ihh.. kamu ini, jangan ngomong yang
nggak-nggak deh, ntar tante beneran hamil anak kamu gimana ayo? Mau bilang apa
ke om? hihi” kata Anisa malah tertawa renyah. “Masa mau bilang gini, Pa.. aku
hamil. Tau gak siapa yang hamilin? Niko dan temannya, Pa.. gak mungkin kan?
hihi” lanjut Anisa bercanda. Kedua remaja yang mendengar candaan Anisa itu
malah mupeng jadinya. “Kalau
gitu biar Jaka aja yang kasih tau kalau tante hamil anak Jaka.. hehe” kata Jaka
iseng. “hmm? Emang kamu gimana cara
ngomongnya.. coba kasih tau tante..” kata Anisa sambil menghadapkan tubuhnya ke
Jaka. “Om, om.. Jaka udah bikin
hamil istri om lho.. gak apa kan om kalau ntar Jaka tambahin anak lagi untuk
tante anisa? Tapi om yang nanggung biaya hidup anak-anak Jaka yah? hehe” kata
Jaka kurang ajar seenak pantatnya ngomong yang malah membuat Anisa tertawa geli
mendengarnya. “Dasar, gila
kamu.. anaknya itu anak kamu masa suami tante yang nanggung” kata Anisa
mencubit hidung Jaka. “Kalau kamu
sayang, gimana kamu ngomong ke Papa kamu?” tanya Anisa berbalik menghadap ke
Niko yang karena Anisa juga tertarik ingin tahu bagaimana omongan anaknya itu. “Nggmm.. gimana ya ma.. gak tau ma..
bisa dihajar Niko kalau ngomong gitu ke Papa” jawab Niko polos, membuat Jaka
tertawa terbahak-bahak dan mamanya tertawa cekikikan. “Kan cuma seandainya aja sayang, jangan
dianggap serius gitu dong.. hihi.. kamu pasti punya fantasi juga kan? bebasin
aja sayang ngomongnya.. coba.. mama mau dengar” kata Anisa lagi. Dengan masih
ragu-ragu Nikopun mencoba mencurahkan isi pikiran mesumnya.
“Pa..
mama hamil anaknya Niko pa.. Niko udah ngentotin mama sampai hamil, Niko
siramin rahim tempat Niko lahir dulu pakai peju Niko sendiri sampai mama hamil,
gak apa kan pa?” kata Niko mencoba. Anisa tersenyum mendengar perkataan anaknya
itu. “Tuh kan kamu bisa.. hihi..
untung cuma mama yang dengar, coba kalau papa kamu. Nakal ya kamu hamilin mama
kandung sendiri.. hihi” kata Anisa yang membuat Niko jadi malu-malu sendiri. “Pengen coba?” tanya Anisa ke Niko. “Eh, c..coba apa ma?” “Hamilin mama kamu?” tanya Anisa dengan
wajah menggoda semanis mungkin ke Niko yang membuat Niko jadi salah tingkah. “Eh.. aaa.. i.. itu..” “Hahaha.. Niko.. Niko.. grogian amat, mama
kan cuma becanda.. hihi” “Ya udah
kalau Niko gak mau tante, biar Jaka aja yang hamilin tante.. Jaka mau kok..”
serobot Jaka. “Huu.. kamu maunya..
kalau kamu mah gak heran tante, kambing juga mau kamu hamilin.. hihihi..”
Mereka pun tertawa terbahak-bahak bersama. Mereka lalu mendekatkan mulut mereka
ke buah dada Anisa. Mengulum dan menikmati air susu Anisa dengan nikmatnya
secara bersamaan. “Hihi.. dasar
kalian gak ada puas-puasnya” “Gak
bakal puas tante.. Jaka kenyot lagi ya tante?” “Iya.. iya.. mau kenyot, sedot,
jilat, gigit, pokoknya suka suka kalian deh..” mendengar itu Jaka dengan
semangatnya memainkan mulutnya di payudara kanan Anisa sesuka hatinya. “Ayo Niko kamu juga jangan mau kalah,
puas-puasin sayang, ntar dihabisin Jaka lho semuanya” Mereka berdua kemudian menghabiskan
waktu sejenak melepaskan rasa haus mereka karena pertempuran barusan. Memainkan
buah dada Anisa seenak hati mereka tanpa batasan apapun. Jemari mereka juga
asik bergeriliya di vagina Anisa yang masih becek. “Ma.. Ntar susu mama habis nih.. ntar
untuk Windy gak ada, gak apa ma?” tanya Niko polos. “Hihi.. gak bakal habis kok.. kalau kalian
mau habisin juga gak apa. Windynya kan bisa mama kasih susu bubuk. Daripada
kaliannya yang mama kasih susu bubuk? Gak mau kan? hihi” “Fuaahh..” suara erangan Jaka
melepaskan kulumannya dari puting Anisa tiba-tiba, sepertinya dia ingin bicara.
Tampak susu Anisa masih berlumuran di sekitaran bibirnya. “Ya gak mau dong tante dikasih susu
bubuk, untuk Windy aja” kata Jaka seenak jidatnya yang tidak tahu diri menyuruh
Windy saja yang minum susu bubuk. Padahal seharusnya memang windy lah yang
satu-satunya yang pantas mendapatkan ASI dari Anisa, bukan Jaka ataupun Niko
ini. Tapi mendengar permintaan Jaka yang tidak tahu diri itu Anisa malah tertawa,
membuat dadanya berguncang-guncang karenanya. “Haha.. iya-iya, kamu ini.. ya udah,
untuk kalian deh semuanya, habisin deh kalau kalian emang mau habisin,
suka-suka kalian.. huh dasar” Sungguh
gila memang omongan Anisa, mendahulukan nafsu kedua remaja ini daripada bayinya
yang seharusnya jadi prioritas. Memang Windy sudah boleh diberi makanan
pendamping asi untuk umurnya sekarang ini, tapi tetap saja sangat ganjil sekali
malah mendahulukan mereka. Tapi memang sensasi itulah yang membuat Anisa makin bergairah.
Untung saja air susu Anisa tidak benar-benar habis oleh mereka. Setelah puas menyusu mereka akhirnya
keluar dari kamar mandi, Anisa sendiri yang mengeringkan tubuh mereka berdua.
Mereka lalu beraktifitas seperti biasanya. Anisa kembali menjadi jadi ibu
rumahan yang mengurus rumah, baik menyapu, memasak dan mengasuh bayinya. Niko
dan Jaka juga mengisi waktu mereka sendiri, baik menonton tv ataupun bermain
video game. Tapi mata mereka tetap tidak bisa lepas melihat sosok Anisa yang
berkeliaran di rumah dengan pakaian santai yang menggoda birahi kelaki-lakian
Niko dan Jaka. Anisa hanya mengenakan kaos lengan pendek dengan rok kembang
selutut yang mudah tertiup angin. Anisa yang sadar jadi pusat perhatian mereka
berusaha cuek dan tetap beraktifitas seperti biasa. Malam harinya setelah makan malam,
lagi-lagi Anisa menjadi tempat pelampiasan nafsu bejat Jaka dan Niko. “Tante..” panggil Jaka ke Anisa setelah
menghentikan goyangannya. Saat itu Jaka sedang menggenjot Anisa dalam posisi
doggy sedangkan Anisa menjilati penis anaknya yang berada di hadapannya. “hmm? Apa?” jawab Anisa setelah
melepaskan kulumannya dari penis Niko. “Gak mau telpon om, tante?” “hmm? Emang kenapa sih?” “Hehe.. Jaka pengen lihat nih tante
teleponan sama om sambil tantenya Jaka entotin.. Omnya sadar gak yah tante?
Hehe” “Haa? gak mau ah, kurang
kerjaan kamu..” “Yah.. boleh yah
tante. Gimana Niko? lo juga penasaran kan melihat nyokap lo kita entotin sambil
teleponan dengan bokap lo?” “hmm..
I-iya.. penasaran juga sih.. hehe” kata Niko sambil garuk-garuk kepala walaupun
tidak gatal sama sekali. “Tuh
tante.. Nikonya juga penasaran tuh. Tante pasti juga mau kan? ngaku aja deh..
hehe” Anisa tersenyum mendengar permintaan Jaka ini, ya.. dia memang penasaran
bagaimana rasanya teleponan dengan suaminya ketika bersetubuh dengan pria lain,
terlebih Niko juga menyetujuinya. Apa anaknya juga mempunyai fantasi melihat
mamanya disetubuhi orang sewaktu dia menelpon Papanya? Bisa aja kamu Niko,
pikirnya. “Sini Niko ponsel
nyokap lo..” Suruh Jaka ke Niko untuk mengambil ponsel Anisa yang berada tak
jauh dari Niko yang langsung dituruti oleh anaknya itu. “Eh eh, tante kan belum bilang iya..” kata
Anisa tapi tidak berusaha mencegah ponselnya beralih ke tangan Jaka. Dengan
posisi masih seperti itu dan penis yang masih tertancap di vagina Anisa, Jaka
mencari nomor suaminya Anisa yang dengan mudahnya dapat ditemukan. “tut.. tut..” Nada sambung mulai
terdengar. Entah kenapa Anisa jadi berdebar begini. Dia bakal melakukan hal
gila yang baru pertama dia lakukan. Memikirkan dia akan disetubuhi pria lain
selagi dia menelpon suaminya malah membuat birahinya semakin tinggi. Tidak
butuh waktu lama suaminya sudah mengangkat panggilan tersebut. “Halo sayang?” sapa suami Anisa di
ujung telpon. Anisa masih diam sambil pura-pura menatap kesal ke Jaka. “Ayo tante.. jawab dong..hehe” bisik Jaka
sambil menyerahkan ponsel itu ke Anisa. Dengan wajah dicemberutkan Anisa
akhirnya mengambil ponsel tersebut. “halo”
jawab Anisa. “Gak ada apa-apa kok
pa.. Cuma kangen aja..” “Iya..
baiiiiiikk kok” dengan tiba-tiba Jaka menghentakkan pinggulnya membuat Anisa
menjerit tertahan saat bicara. Anisa menatap kesal ke Jaka lalu mencubit pelan
pahanya. Tapi Jakanya hanya cengengesan saja. “Gak ada apa-apa kok pah.. Gimana kabar
mama pa? ngghh.. udah baikan?” Tanya Anisa mengalihkan perhatian. “Oohh.. sukur deh” “Papa mau bicara sama Niko?” tanya Anisa
ke suaminya sambil melirik ke Niko. “Niko,
nih Papa kamu mau ngomong..” kata Anisa menyerahkan ponsel itu ke Niko. “Halo pa” “Halo Niko, gimana keadaan rumah?
Kamu jaga mama dan adik kamu dengan baik kan?” tanya Papanya dari seberang
telpon. Niko sedikit tertegun mendengar pertanyaan menjaga mamanya dengan baik
tersebut. Ya.. itu karena mamanya kini sedang disetubuhi orang lain, terlebih
mamanya juga sedang menyepong penisnya.
“I..iya Pa, baik kok.. lagian di sini Niko juga ajak Jaka kok buat
jagain mama” jawab Niko. Papanya yang mendengar jawaban Niko tentu saja tidak
mempunyai pikiran yang aneh-aneh. Tapi sayang Papanya tidak mengetahui maksud
sebenarnya dari jawaban anaknya itu. “Ohh..
bagus deh” “Jaka, tuh suami
tante di telpon, berani emang kamu bilang?” kata Anisa menantang bermain api.
Entah apa yang ada dipikiran Anisa menantang Jaka seperti itu. Anisa sepertinya
jadi bergairah dengan kenekatannya ini.
“Berani kok, Om.. tantenya lagi Jaka entot nih..” kata Jaka pelan, yang
tentunya tidak akan terdengar dari ponsel yang sedang dipakai Niko. “Hihi.. beraninya jauh-jauh.. pelan lagi”
kata Anisa makin menantang. “Om..
istrinya Jaka entot nih..” kata Jaka lebih keras, untung saja masih belum
terdengar oleh Panji. Niko yang sedang ngobrol dengan Papanya juga jadi panas
dingin dibuatnya. Sebenarnya
Anisa tidak ingin juga kalau suaminya betul-betul mengetahui keadaan dirinya
seperti sekarang ini, entah apa jadinya. Tapi dia sangat menikmati sensasi ini,
dia ingin lebih nekat lagi, ingin lebih hampir ketahuan lagi. “Niko, coba hidupin speaker
ponselnya..” suruh Anisa ke anaknya. Niko sendiri juga bingung dengan kenekatan
mamanya. Apa mamanya tidak takut ketahuan apa? pikirnya, tapi dia lihat mamanya
malah tertawa tertahan sambil menempelkan telunjuk ke mulut ke arah mereka
berdua sebagai isyarat agar tidak berisik. Nikopun menuruti permintaan mamanya
untuk menyalakan speaker ponsel. Jadilah kini suara Papanya dapat terdengar
oleh mereka bertiga, termasuk juga suara mereka bertiga yang akan dapat
terdengar oleh suami Anisa. Bagi anisa, ini hampir memenuhi fantasinya.
Bersetubuh dengan pria lain sambil mendengar suara suaminya yang tidak tahu
apa-apa itu dari seberang telepon. Keadaan ini semakin membuatnya bergairah,
vaginanya semakin becek. Sensasinya begitu nikmat dirasakan olehnya, dia ingin
lebih lagi. Anisa mencoba sedikit memperkuat suara desahannya, begitu pula Jaka
yang sedang menyetubuhinya dari belakang juga ikut-ikutan memperkuat
desahannya. Suara paha Jaka yang menampar-nampar pantat Anisa juga makin keras
terdengar. Sedangkan Niko masih asik melayani obrolan Papanya sambil penisnya
masih dikocok dan dijilati Anisa.
“Niko suara apa ya itu? Kok berisik amat?” tanya Panji heran dari
seberang telpon. “Eh.. anu pa itu..
a.. anu..” Niko sendiri tidak tahu tidak tahu harus menjawab apa. Anisa yang
melihat anaknya panik memberi kode pada Niko untuk mendekatkan ponsel itu
padanya. “Ngh.. Iya pa?” kata
Anisa mengambil alih pembicaraan dari Niko. Tapi tetap dia masih dalam keadaan
menyerahkan tubuh indahnya disetubuhi Jaka dan tangannya tetap mengocok penis
Niko. “Suara berisik apan tuh ma?
Terus kok mama ngos-ngosan gitu?” tanya Panji lagi. “Nggh.. gak kok pah.. ini mama sedang
dien..” sebenarnya dia penasaran apa jadinya kalau dia meneruskan kata-katanya
mengatakan kalau sedang dientot Jaka. Tapi dia tidak mungkin mengatakannya. “Lagi apa mah?” tanya suaminya makin heran
dan penasaran. “Ah.. gak kok.. mama
ada disana pa? aku mau ngomong dong..” kata Anisa mengalihkan pembicaraan ingin
bicara dengan mertuanya. Panji yang masih bingung akhirnya harus merelakan rasa
penasarannya dulu. Dia serahkan juga ponsel ke ibunya yang memang ada di
dekatnya sekarang. “Halo” sapa
mertua Anisa. “Assalamualaikum ma,
Udah baikan ma?” tanya Anisa sopan. Kini posisi Jaka digantikan oleh Niko.
Mereka mengobrol ringan selama beberapa saat dengan kondisi Anisa masih
disetubuhi Niko. Tentu dengan Anisa tetap sesekali menahan desahan dan dengan
nafas beratnya mengobrol dengan mertuanya, untung saja mertuanya tidak terlalu
memikirkan hal tersebut. Entah apa yang akan terjadi jika mertuanya melihat
menantunya melakukan perbuatan gila dengan cucu dan teman cucunya seperti
sekarang ini. Sosok menantu yang ia ketahui sopan dan saleh pada suaminya
ternyata kini sedang mengkhianati kepercayaan suaminya dan sedang asik berzinah
ria. Sungguh bertolak belakang dengan yang diketahui mertuanya selama ini. Mereka akhirnya menyudahi acara
teleponan itu. Anisa sendiri juga harus tetap waspada agar suaminya tidak
terlalu curiga. Dia pikir cukup demikian untuk hari ini. Ya.. mungkin suatu
saat dia bisa menunjukkan pada suaminya sesuatu yang lebih, dia penasaran kapan
hari itu akan datang dan bagaimana reaksi suaminya pada hari itu. Dia ingin
melihat wajah suaminya pada saat itu tiba. Disana, saat ini suaminya masih
bingung sendiri, dia menjadi sedikit curiga apa yang sedang istrinya lakukan
disana. Mesti dia tidak berani berandai-andai berfikir buruk terlalu jauh
tentang apa yang sebenarnya istrinya lakukan disana. Tapi memang itulah
kenyataan yang tidak diketahui olehnya. Istrnya memang sudah berbuat terlalu
jauh, bersetubuh dengan anaknya sendiri dan teman-teman anaknya. Hari-hari selanjutnya selama Panji
pergi, Anisa tetap menjadi pelampiasan kedua remaja tersebut. Beberapa kali
juga mereka teleponan seperti saat itu. Anisa teleponan dengan suaminya sambil
melayani penis Jaka dan Niko. Bahkan pernah tidak hanya mereka berdua. Tapi
bertambah beberapa pria teman Jaka yang menikmati tubuh Anisa. Menggrepe-grepe
tubuh indah Anisa yang seharusnya milik suaminya. Memainkan buah dada dan menyedot
susu Anisa yang seharusnya milik Windy secara bersamaan. Semuanya mereka
lakukan saat Anisa asik berbincang dengan suaminya di telepon. “Ma, kok suasana ramai amat ya? Lagi
dimana kamu?” tanya Panji curiga. “Lagi
nggmhh.. di rumah kok pa, ini Niko ajak teman-temannya main kesini, ramai
amat.. aah.. aw.. geli” “Geli?
Kenapa kamu sayang?” “Eh, gak
kok pa.. Windy nih lagi minum susu” jawab Anisa ngeles. Panji sedikit tidak
enak juga memikirkan Anisa sedang menyusui Windy di antara teman-teman Niko
yang sepertinya sangat ramai itu. Tapi sebenarnya yang terjadi lebih sadis dari
yang dipikirkan Panji. Anisa bukan sedang menyusui Windy, tapi sebenarnya
sedang menyusui dua orang remaja sekaligus, bahkan kedua orang itu
menggigit-gigit dan menarik-narik puting Anisa dengan gigi mereka membuat air
susu Anisa muncrat-muncrat. Pria-pria lainnya di sana bahkan tampak lebih tua
dari Jaka, ada juga yang tubuhnya begitu kurus yang tampak seperti seorang
pecandu. Mereka dengan leluasanya memainkan vagina serta menggelitik dan
menjilati bagian-bagian tubuh Anisa yang lain seperti wajah Anisa. Rangsangan
yang begitu banyak lah yang sebenarnya membuat Anisa kegelian, bukan karena
isapan Windy seperti yang Anisa katakan. “Terus kamu sendiri udah makan kan
ma?” tanya Panji. “….” “Ma?? Haloo? Masih disana mah?” “….. Eh.. iya pah.. masih kok, apa tadi
pa?” tanya Anisa lagi. “Udah makan
belum? Ngelamun kamu?” “Udah kok
pa.. gak ngelamun kok, cuma Windynya lagi aktif banget” ngeles Anisa.
Bisa-bisanya Anisa berbohong, padahal yang terjadi sebenarnya adalah Anisa
sedang menerima ciuman buas dari pria disana. Yang membuat obrolan Anisa harus
terhenti dengan suaminya karena ciuman yang tiba-tiba ini. Suara desahan Anisa juga terdengar
semakin sering saja ketika mereka mengobrol. Walau Anisa berusaha menahan dan
menutupinya, tapi tidak dapat dielakkan kalau itu memang suara desahan istrinya
yang sedang merintih kenikmatan. Apa yang sebenarnya terjadi? batin Panji.
Panji tidak ingin memikirkan hal buruk tentang istrinya. Tidak mungkin Anisa
mengkhianatinya. Istrinya yang dia kenal selama ini begitu santun dan sopan
terhadap dirinya. Sosok istri yang sempurna bagi dirinya dan anak-anaknya. Mana
mungkin.. ya.. mana mungkin, pikir Panji. “Ma.. udah dulu ya” kata Panji, dia
tidak ingin lebih berperasangka buruk pada istrinya itu kalau ini tetap
dilanjutkan, lebih baik dia hentikan obrolan yang membuatnya risau ini. “Kok udahan pa?” tanya Anisa yang
sepertinya masih penasaran bagaimana yang akan terjadi selanjutnya. Entah
kenapa Anisa jadi ingin memancing rasa penasaran suaminya itu lebih jauh. Dia
masih belum puas, dia masih ingin meneruskan ini hingga benar-benar sampai
hampir ketahuan. Sungguh gila memang, tapi itulah sensasi yang Anisa ingin
raih. “Papa ada urusan bentar..
udah yah ma.. bye.. muach” kata Panji yang memang ingin menyudahi. “Ya udah deh pa.. bye.. muach..” saat
mengatakan muach itu sebenarnya Anisa malah mencium bibir salah satu pria
disana. Sungguh menyakitkan hati bila Panji mengetahui ciuman itu bukan
ditujukan padanya. “Udah ah
kalian dari tadi keroyokan mulu.. Kamu juga Jaka, mulut kamu ember banget pake
ngajak teman kamu” kata Anisa setelah menutup telpon. Jakanya hanya cengengesan
saja. “Lebih hot tante kalau
keroyokan gini.. kapan lagi bisa nge-gangbang istri orang secantik tante..
hehe” kata salah satu dari mereka sambil tetap mengorek-ngorek vaginanya yang
namanya bahkan Anisa tidak ingat. Anisa hanya berusaha melawan dengan
mengapitkan kakinya sehingga tangan pria itu tampak terjepit di pahanya,
tangannya juga memegang tangan pria itu agar tidak lebih liar lagi bergeriliya
mengorek liang vaginanya. Tapi hal itu malah menjadi sebuah pemandangan yang
terlihat menggairahkan bagi mereka.
“Huh, Dasar kalian calon-calon preman mesum.. ya udah deh.. lakuin
sesuka kalian.. hmm.. kalau kalian mau tante juga bakal pinjamin tubuh tante
untuk nurutin semua fantasi mesum kalian.. asal gak gila-gila amat.. hihi” “Wah.. Benar yah tante? Hehe..” “Iya.. sayaaang..” kata Anisa tersenyum
pada mereka. Kemudian dilanjutkan lah kembali acara gangbang liar itu. Mereka
dengan seenaknya menyetubuhi bini orang secantik Anisa di rumahnya sendiri.
Menguras semua kenikmatan dari seorang ibu di depan anak-anaknya. Melampiaskan
fantasi-fantasi erotis mereka yang selama ini hanya ada di dalam benak mesum
mereka. Sedangkan di sana,
Panji merenung sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Dia risau apa yang
sebenarnya istrinya lakukan di sana. Tidak mungkin istriku membohongiku bukan?
Dia tidak pernah berbohong padaku selama yang aku tahu, kata Panji membatin.
Iya.. dia istriku yang setia, bodoh, kenapa aku sampai menganggapnya berbohong
padaku, mana mungkin dirinya bermain dibelakangku. Terjadi perang batin di hati
Panji, di antara harus mempercayai istrinya atau rasa curiga terhadap istrinya. Tapi dia pikir tidak ada salahnya
mencari kebenaran, itu lebih baik dari pada dia terus dihantui rasa curiga dan
tidak melakukan apa-apa sama sekali. Dia tidak ingin dibodohi istrinya meskipun
dia masih yakin dan percaya istrinya tidak akan mungkin melakukannya. Dia
putuskan pulang lebih cepat dari jadwal yang dia katakan sebelumnya pada
istrinya. Seharusnya Panji pulang dua hari lagi. Tapi dia putuskan untuk
kembali besok. Panji harap semua dugaan buruknya itu salah. ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| “Duh.. kalian sampai kapan sih di sini
terus? Katanya tadi udahan, Tante mau masak makan malam dulu ini.. udahan yah?”
kata Anisa yang masih asik mengeringkan rambutnya dengan handuk. “Bentar tante, beneran terakhir kok..” “Ampun deh Tante sama kalian.. ya udah..
dasar buas” kata Anisa sambil melepaskan celana dalamnya lagi, padahal dia baru
saja selesai mandi dan baru saja ingin mengenakan pakaiannya. Sontak mereka
bersorak kegirangan melihat aksi Anisa yang akhirnya mau membuka celana
dalamnya itu. “Hehe.. gitu
dong tante.. duh.. wanginya badan tante, jadi gak tahan nih pengen genjotin,
pasti enak.. hehe” kata salah satu mereka sambil menciumi harumnya rambut Anisa
yang masih basah dan dengan lancangnya mengocok batang kemaluannya sendiri di
depan Anisa, sungguh mesum. “Emangnya
kalian apa yang dari kemarin gak mandi, bau gitu badannya.. tambah dekil aja
tuh badan kalian.. hihi” “Biarin
dekil, yang penting kontol kita bisa puas ngaduk-ngaduk memek tante, hehe…” “Dasar kalian.. hmm.. kalau ntar tante
yang mandiin masih mau nolak?” tawar Anisa menggoda dengan senyum manis. “Wah.. iya deh kalau gitu tante..
hehe” “Dasar, kalau itu kalian cepat.
Tapi kan kalian berlima, ditambah Niko jadi berenam, ntar malah tante yang
jadinya dimandiin peju sama kalian, gak jadi deh..” kata Anisa pura-pura membatalkan
mencoba memancing reaksi mereka.
“Yaah.. enak aja gak jadi..” Salah satu dari mereka langsung merundukkan
badan Anisa dan menyetubuhi vagina Anisa dari belakang. “Nggmmhh.. kamu ini.. main tusuk.. ajah..”
kata Anisa pura-pura kesal ke remaja itu, tapi ia tetap menikmati perlakuannya.
Pria itu dengan wajah kenikmatan menggenjot vagina Anisa dari belakang dengan
posisi berdiri, tangannya juga bermain di buah dada Anisa meremas-remasnya
sesuka hatinya, yang tentu saja membuat air susu Anisa lagi-lagi terbuang
percuma. “Tante.. Windynya kok
gak marah ya mamanya kita entotin kasar gini? Hehe..” kata orang yang sedang
menggenjot Anisa ini karena menyadari ternyata Windy melihat ke arah mamanya
yang sedang disetubuhi itu. Mungkin Windy heran air susu mamanya yang jadi
makanannya selama ini malah dibuang-buang gitu. Tapi Anisa malah tertawa
karenanya dan tetap membiarkan tangan liar remaja tersebut tetap di dadanya. “Huu.. tau dari mana kalian, Windynya
marah tuh.. iya kan cayang? Masa mama.. kamu dientotin gini? Ayo Windy marahin
mereka.. ayo.. kalau perlu aduin mereka ke Papa.. hihi” lagi-lagi Windy yang
tidak mengerti apa yang dikatakan mamanya itu hanya bisa tertawa karena
menganggap mamanya sedang bercanda padanya. “Ihh.. Windy, kamu kok malah ketawa
sih..” kata Anisa pura-pura sebal, para remaja di sana malah ikut tertawa
karenanya. Pria ini melanjutkan lagi menyetubuhi istri orang itu dengan buasnya
di depan anak-anaknya itu, sedangkan yang lain setia antri menunggu sambil
menggerepe-gerepe badan Anisa. “Cepetan
lo kampret, gue udah gak sabar nih ngentotin ni cewek” kata pria disana kasar
yang sepertinya sudah tidak sabaran mengantri. “Berisik lo njing.. gue belum selesai nih
pejuin ni memek, pengen gue bikin hamil nih istri orang.. huahaha” balas orang
yang menyetubuhi Anisa tidak kalah kasarnya. Memang pergaulan teman-teman Jaka
ini sungguh kacau sekali, mereka memang sudah terbiasa berkata kasar begitu
dalam kesehariannya. Mereka lebih mirip preman dan berandalan meski status
mereka masih pelajar SMA, itu memang karena kebiasaan mereka yang doyan malakin
orang, cabut dan tawuran, ditunjang dengan wajah mereka yang sudah ancurnya
dari sana. “Hush.. kalian ini..
nggh.. omongannya kasar dan jorok amat, ntar anak-anak tante terpengaruh.. Niko
kamu jangan tiru mereka ya sayang?” kata Anisa tersenyum ke Niko yang dari tadi
hanya kebagian melihat saja. “Huahaha..
baru sadar gue ada dia di sini. Niko, makasih yah nyokap lo.. gue hamilin boleh
yah?” boleh dong.. huahaha” Niko hanya diam dengan sedikit nyengir mendengar
omongan pria itu. “Jangan diam aja lo
njing!! Jawab!! gue hamilin yah mama lo ini?” tanyanya lagi membentak hingga
membuat Niko tersentak kaget. “Hush..
Jangan kasar gitu ah kamu ke anak tante, tante gak suka.. Niko, ditanyain tuh..
jawab dong sayang..” “Ngg…
b..boleh” jawab Niko yang sebenarnya membolehkan hanya karena ketakutan, Anisa
hanya tersenyum kecil mendengar jawaban anaknya. “Hehe.. gitu dong.. gue bakal bikin mama
lo hamil huahaha” “Enak aja lo yang
hamilin, gue mestinya.. udah untung gue ajak lo semua kemari, kalau gak lo pada
cuma bisa ngentotin perek murahan” kata Jaka yang tidak mau kalah. “Hihi.. apa-apan sih kalian, berebutan
gitu pengen hamilin tante.. gak pengen sia-siain kesempatan yah kalian? Huuu…
berhadapan dulu ya sama Om.. hihi” tentu saja mereka tidak ingin menyia-nyiakan
kesempatan ini, kapan lagi bisa menyetubuhi istri orang secantik Anisa, apalagi
sampai memiliki anak dari Anisa. “Ayok..
mana sini suami tante kita hajar rame-rame.. huahaha” kata mereka yang
terdengar sangat menghina. “Ckckck..
beraninya keroyokan, emang dasar preman kampung kalian.. Udah ah.. lepasin
dulu, katanya mau mandi kan?” “Ntar
aja deh tante.. bisa diatur itu.. tapi ntar saya pejuin lagi yah memek tante?
Boleh kan Anisa sayang? Hehe..” katanya kurang hajar hanya memanggil nama. “Tuh kan.. kalian ini memang.. iya-iya,
pejuin deh rahim Anisa ini sesuka hati kalian, puas? Dasar.. Kalau Tante
beneran hamil dari kalian bisa repot ini, soalnya suami tante gak tahu mesti
menghajar siapa di antara kalian? Hihihi..” kata Anisa yang masih saja bercanda
tapi tetap nafsuin, membuat remaja yang sedang menggenjot Anisa makin nafsu dan
mempercepat adukan penisnya sehingga membuat Anisa merintih-rintih karenanya. “Ngmmhh.. awhh.. sakit.. duh..
pelan-pelan dong sayang..” “Oughh..
ahh.. gila, sedap bener nih memek..” racau pria itu. Mereka terus bersenggama
dengan hebatnya. Anisa sendiri malah masih tetap berusaha sesekali tersenyum ke
bayinya Windy yang masih saja asik memperhatikan dirinya itu, seakan
memperlihatkan mamanya yang sedang berselingkuh dan disetubuhi orang dengan
kasar ini adalah hal yang biasa.
Dengan masih disetubuhi dari belakang, Anisa lalu bertopang dengan kedua
tangannya pada tempat tidur di dekat Windy terlentang, sehingga kini Windy
berada persis disebelah mamanya yang sedang disetubuhi dengan kasarnya ini. “Kamu.. ngghh.. udah pintar ya cayang
ngghh.. gak ngangguin mama ngentot lagi.. Udah biasa ya kamu liatin mama
ginian? Ngghh.. Sayang banget kamu masih kecil, kalau gak kan bisa ikutan ngewe
bareng mereka.. hihi” kata Anisa sambil menggelitik-gelitik badan Windy.
Sungguh gila omongan Anisa bicara seperti itu ke anaknya ini. “Haha.. iya tuh, ntar kamu bisa
ngerasain ‘susu kental’ kita kaya mama kamu ini.. cepat gede makanya..” potong
pria disana ikut-ikutan. “Huu..
maunya kalian, mereka nakal yah cayang? Masa udah ngentotin mamanya, kamunya
nanti juga mau dientotin.. padahal kan masih belasan tahun lagi.. hihi” “Gak apa tante.. bakal kita tungguin kok…
mamanya aja cantik gini, pasti anaknya juga..” “Gombal kalian, gak janji ya.. haha” Pria yang tidak sabar kini ikutan naik ke
atas ranjang dan memposisikan penisnya dii depan mulut Anisa, lalu dengan
seenaknya memaju mundurkan penisnya ke mulut wanita cantik ini, sehingga Windy
kini melihat mamanya disetubuhi depan belakang dari jarak sedekat ini. “Plop” bunyi mulut Anisa yang
melepaskan penis itu. “Ntar kalau
kamu mau semprot di mulut tante bilang-bilang ya.. ntar peju kamu kena Windy,
bisa bau peju dia nanti.. hihi” Pria itu hanya tersenyum dan kembali
membenamkan penisnya lagi ke mulut Anisa. Anisa kembali disetubuhi depan
belakang dengan kasarnya di depan anaknya ini, bahkan saat mulutnya tersumpal
penis pun dia juga sering tersenyum melirik ke Windy dan menggelitik-gelitik
anaknya itu. “Tante.. mau
keluar.. arrggghh… Terima peju saya tante.. moga hamiil” racaunya. “Saya juga tante..” kata pria yang
menggenjot mulut Anisa. Anisa berusaha agar tetap menahan penis itu di dalam
mulutnya sambil melirik tersenyum pada pria di depannya ini. “Croot.. croott” Sperma pria itu pun
keluar dengan banyaknya di dalam mulut Anisa berbarengan dengan yang tumpah di
vaginanya. Akhirnya mereka melepaskan penis mereka dari sarang-sarangnya. “Anyir banget peju kamu, agak kuning
lagi.. makan apa sih kamu? ueekk.. mau lihat tante telan juga nih?” kata Anisa
setelah menumpahkan sperma itu ke tangannya.
“Iya dong tante, sayang kalo buang-buang” “Dasar kamu.. nih liat deh” Anisapun
memasukkan lagi sperma itu ke mulutnya, memperlihatkan sperma di mulutnya itu
dan akhirnya menelannya. “Ehem..
duh.. Eneg tante nelannya, peju kamu yang paling anyir yang pernah tante
telen.. jadi bau gini seruangan, iya kan Windy? Kamu juga kebau kan cayang?” “Udah? Puas kan kalian?” kata Anisa
sambil membersihkan sisa-sisa sperma disela bibirnya. “Kita belum tante.. “ kata pria lain yang
belum dapat bagian. “Huh.. gak
ada habisnya kaliannya.. hihi.. ya udah sini.. langsung sekali tiga aja”
tantang Anisa dengan telunjuknya. Merekapun langsung menyerbu Anisa,
batang-batang penis mereka yang sudah tegang dari tadi berusaha untuk masuk ke
masing-masing lubang Anisa, ketiga lubang Anisa kini kembali dipenuhi penis,
dan tetap mereka lakukan di samping Windy!! Suara desahan dan racauan vulgar
merekapun terdengar bersahutan. Ya.. Windy masih saja diperdengarkan kata-kata
vulgar, diperlihatkan adegan mesum mamanya, bahkan sampai diakrabkan dengan bau
peju. Entah apa yang terjadi pada anaknya ini besok. “Klentanggg!! Klentenggg!!” tiba-tiba
suara gaduh dari bawah mengagetkan dan menghentikan aktifitas mesum ria mereka
yang sedang asik-asiknya. …. ….
Sore hari itu, suaminya telah berada di depan rumahnya, ia memarkir
mobilnya cukup jauh dari rumahnya. Tentu saja istrinya tidak tahu kalau dia
sudah pulang sekarang. Dia ingin mengecek keadaan istrinya diam-diam. Dia ingin
menjawab keraguan di hatinya saat ini. Dengan perlahan seperti maling dia
masuki pekarangan rumahnya sendiri. Dia putuskan untuk mengecek isi rumah dari
jendela samping. Tidak ada yang aneh dilihatnya, keadaan di dalam malah tampak
begitu sepi seperti tidak ada orang. Apa mereka tidak ada di rumah? Pikirnya. Namun rupanya terdengar samar-samar
suara istrinya dari dalam, ternyata mereka ada di rumah, tapi apa yang sedang
dilakukan istriku? Batin Panji karena heran mendengar suara-suara rintihan
istrinya tersebut. Tapi untung saja Panji belum berpikir kalau itu adalah suara
rintihan istrinya yang sedang kenikmatan disetubuhi. “Klentangggg!! Klentenggg!!” tanpa
sengaja dia menendang tumpukan kaleng bekas minuman soda yang ada disana. “Sial, bikin kaget” batin Panji. Dia lalu memutuskan untuk memasuki
rumah melalui pintu depan dengan kunci duplikat yang dia miliki. Dia masih
melakukannya perlahan. Tetapi di dalam sini memang begitu sepi, apa mereka
sedang di kamar? Pikirnya lalu mulai menuju kamarnya di lantai atas. “Duaaagggh” tiba-tiba sebuah benda
tumpul menghantam kepalanya dengan keras dari belakang. Telinganya berdenging.
Perlahan Panji merasa semuanya menjadi gelap, seketika dia jatuh dalam
pingsannya. …. ….
Panji akhirnya tersadar beberapa jam kemudian. Sosok istrinya lah yang
pertama dia lihat. “Sayang.. udah
bangun?” terdengar suara istrinya. Saat dia mencoba bangkit kepalanya masih
terasa begitu sakit hingga dia mengurungkan niatnya untuk bangkit. “Awwhh..” “Masih sakit yah Pa? itu tadi teman Niko
yang pukul.. dia kira Papa maling. Papa sih masuk rumah kaya gitu..” “Kenapa sih Pa masuk diam-diam gitu?
Papa curiga ya mama macam-macam di belakang Papa?” Panji merasa malu sekaligus
merasa bersalah mendengar perkataan istrinya itu. Kenapa dia melakukan sampai
sejauh ini, tidak mungkin istrinya berselingkuh di belakangnya bukan? Kata hati
Panji. “Papa tidur aja dulu..
masih sakit kan?” tawar Anisa. Panji senang istrinya begitu perhatian pada
dirinya. Istrinya tidak tampak seperti mengkhianati dirnya. Maafkan Papa ma,
berperasangka buruk padamu, batin Panji dalam hati. Panjipun melanjutkan
istirahatnya dengan perasaan lega dan yakin kalau istrinya memang benar-benar
setia padanya. “Ma.. maaf yah..”
kata Panji pelan sebelum memejamkan matanya. Istrinya hanya tersenyum manis
mendengar perkataan maaf suaminya. Ya.. hanya tersenyum manis. Suaminya masih
belum mengetahuinya, dan tadi itu benar-benar hampir ketahuan. Bahkan gilanya
saat Panji pingsan tadi para remaja tersebut masih sempat-sempatnya menyetubuhi
Anisa, tentu saja karena mereka merasa tanggung. Terpaksa Anisa layani mereka
dulu diam-diam sampai mereka akhirnya mau juga pulang. ……
…... Tapi malam itu Panji
terbangun dari tidurnya, ia tidak menemukan istrinya disebelahnya. Dia lihat
jam telah menunjukkan pukul satu malam. Dia memutuskan untuk mengecek
keberadaan istrinya walau kepalanya masih terasa sedikit sakit, dia tidak
menemukan Anisa di kamar mandi dalam kamarnya. Dia lalu melanjutkan memeriksa
keluar kamar. Rasa curiga yang sempat hilang kini datang kembali. Tapi dia
berharap dia salah lagi kali ini. Dia lihat lampu kamar Niko masih menyala jam
segini, apa istrinya ada di sana? pikirnya. Dia putuskan menuju kamar anaknya
tersebut. Pintu kamar Niko tampak tidak tertutup sempurna, memberinya cukup ruang
untuk dapat mengintip ke dalam. Deggh!!! Apa yang dilihat oleh Panji betul-betul
tidak dapat dia percayai. Istrinya hanya mengenakan celana dalam bersimpuh di
depan anaknya. Tubuh putih indahnya hampir terpampang seluruhnya di depan
anaknya. Tampak Anisa sedang menggenggam penis anaknya itu, mengocoknya
perlahan dengan lembut sambil tersenyum ke arah Niko. Darah Panji berdesir
melihat Anisa melakukan hal tersebut ke anaknya. Anisa lalu menjepitkan penis Niko di
belahan payudara montoknya, membiarkan anaknya menggoyangkan pinggulnya di
sana. Tampak penis Niko gergesekan dengan nikmatnya hilang timbul di antara
jepitan buah dada Anisa. “Enak
sayang?” kata Anisa dengan mengerlingkan matanya ke Niko. “Enak mah.. oughh” “Hihi.. nih mama tambahin” Anisa kemudian
meremas buah dadanya sendiri, sehingga tampak cairan susunya merembes membasahi
penis anaknya dan dadanya sendiri. Memberikan mata anaknya sebuah pemandangan
yang begitu luar biasa. Apa-apaan
ini? Panji yang melihat hal tersebut betul-betul tidak percaya. Itukah yang
dilakukan istriku saat aku tidak di rumah? Geramnya. Ingin sekali dia melabrak
mereka, tapi tunggu, tidak hanya Niko seorang di sana, ternyata ada satu orang
lagi. Ya.. Jaka, teman anaknya itu juga berada di sana. Kini giliran Jaka yang
mendapatkan kenikmatan di-titjob oleh Anisa. Memberikan Jaka kenikmatan seperti
yang didapatkan Niko tadi. “Buruan
tante.. udah gak tahan..” pinta Jaka tidak sabaran. “Hihi.. gak sabar yah kamunya? bentar,
masih belum.. sini masukin penis kamu ke mulut tante” tanpa menunggu disuruh
dua kali Jaka segera membenamkan penisnya ke dalam mulut Anisa. Hati Panji
begitu sakit menyaksikan ini, melihat bocah itu dengan seenaknya menggenjot
mulut istrinya. Tampak bibir tipis istrinya mengapit batang hitam Jaka dengan
rapatnya. Goyangan pinggul Jaka semakin kencang memompa mulut Anisa, lalu
dengan menahan kepala Anisa dengan tangannya Jaka coba memasukkan seluruh
batangnya sampai mentok ke kerongkongan Anisa. Panji pikir istrinya bakal
kewalahan menerima batang penis itu, tapi dengan mulut penuh penis Anisa malah
tampak berusaha tersenyum melirik ke Jaka, lalu……. ….melirik ke arah
tempat Panji berdiri. Panji
terkejut bukan main, jantungnya berdegub kencang, darahnya berdesir. Istrinya
melihat ke arahnya. Apa Anisa tahu kalau sedang diintip olehku dari tadi?
Atau.. dia memang sengaja memperlihatkan ini padaku? Pikir Panji. Tubuh Panji
jadi panas dingin dan lemas karenanya. Pandangan Anisa kini kembali menuju ke
Jaka dan tersenyum pada remaja tersebut. Tapi sekali lagi, mata Anisa melihat
ke arah tempat Panji berdiri. Panji menjadi benar-benar yakin kalau istrinya
memang sengaja memperlihatkan ini padanya. “Enak sayang?” “Enak tante..” “Niko, kamu mau juga? Sini..” tawar Anisa
ke Niko. Kini mulut Anisa dijejali penis anaknya sendiri. Lagi, mata Anisa
melirik ke tempat Panji berdiri. Apa ini? apa yang sebenarnya terjadi disini?
Batin Panji tak mengerti. Kenapa Anisa sengaja menunjukkan ini padaku? Apa dia
sengaja membuatku cemburu dan marah? Tapi kenapa? Panji tidak tahu apa yang ada
di pikiran Anisa. Dia merasa seperti orang bodoh, ternyata prasangkanya selama
ini tidaklah salah. Padahal dia baru saja ingin melabrak mereka. Tapi kenapa?
Kenapa aku hanya diam saja sekarang menyaksikan semua ini? “Ma.. enak.. mau keluar..” erang
Niko. “Keluarin sayang.. tumpahin
semuanya ke mulut mama kamu ini..” “Maa..
Niko.. keluaaaar… argghh.. arghh..” “Croot…
crooot” Penis Niko menumpahkan sperma dengan banyaknya ke mulut ibu kandungnya
itu. Semua itu terlihat jelas oleh Panji di luar sini, bagaimana mulut istrinya
ditembaki sperma anak kandungnya itu dengan telak. Dan lagi, mata Anisa melirik
ke arah Panji berdiri dengan mulut masih berlumuran sperma Niko. “Lihat nih sayang.. mama telan peju
kamu.. Papa kamu gak pernah lo mama telan pejunya.. hihi” kata Anisa sambil
tersenyum ke Niko. Hati Panji
semakin sakit, kepalanya sekarang juga kembali terasa sakit, dia bangkit
beranjak dari sana karena tidak ingin melihat ini lebih jauh. Dia tidak percaya
apa yang baru saja dilihatnya. Istrinya yang dia kenal selama ini begitu saleh
dan santun melakukan perbuatan hina tersebut. Terlebih istrinya melakukan itu
dengan anaknya sendiri. Dia kembali ke kamarnya, ingin mencoba tidak
mempercayai apa yang dia lihat barusan, diapun tertidur tidak lama kemudian
berharap ini semua hanya mimpi. Esoknya, tampak istrinya berperilaku
biasa saja seperti tidak terjadi sesuatu tadi malam. Apa itu benar cuma hanya
mimpi? Tapi itu terlalu nyata, dan aku yakin itu bukan mimpi, pikirnya.
Istrinya mengobrol dan bercanda seperti biasa saat mereka sarapan, tidak
menunjukkan perubahan sama sekali. Kenapa? Apa maksudnya semua ini? Apa aku
punya salah padanya? Apa nafkah batinku tidak cukup? Rasanya tidak demikian,
dirinya sungguh tak mengerti. “Suka
Pa?” tanya Anisa pada Panji. “Ha?”
Panji bingung dengan maksud pertanyaan istrinya itu. Tapi Anisa hanya tersenyum
sambil beranjak menuju dapur meninggalkan suaminya dengan pertanyaan di
benaknya. Panji sebenarnya bisa saja bertanya apa yang sebenarnya dia lihat
tadi malam pada istrinya itu, tapi dia tidak ingin mengungkitnya. Atau aku
memang suka melihat istriku seperti itu? Pikirnya. Sisa hari itupun berlalu
seperti biasa. Malam berikutnya
Panji sengaja bangun pada jam yang sama dengan malam sebelumnya untuk
memastikan kalau yang dilihatnya tadi malam itu memang bukan hanya mimpi.
Tampak pintu kamar Niko juga tidak tertutup rapat kali ini. Dan benar saja, dia
melihat istrinya bersama mereka, bahkan kali ini sedang disetubuhi oleh anaknya
Niko, sedangkan Jaka berada di sebelahnya sedang dihisap penisnya. Pemandangan
yang membuat Panji tertegun dan tidak sanggup berkata-kata. Kakinya gemetar.
Dia yakin kalau ini memang bukan mimpi. Panji begitu geram, bagaimana mungkin
istrinya melakukan hal itu, bahkan dengan anak kandungnya sendiri. Tapi
ternyata dirinya terbawa nafsu melihat adegan tersebut, adegan panas
persetubuhan istrinya dengan kedua remaja itu, yang menikmati tubuh istrinya di
depan matanya sendiri. Tanpa sadar penisnya ereksi melihat adegan itu. Tidak..
ini tidak benar.. kenapa aku jadi begini meliihat mereka? batin Panji. “Terus sayang, entotin ibu kandung
kamu ini.. ayo kasih pemandangan yang bagus..” kata Anisa yang sepertinya tahu
kalau suaminya sudah berada di depan pintu. “Kamu juga Jaka sayang.. jejalin aja penis
kamu sesukamu ke mulut tante.. puas-puasin” sambungnya. Sambil masih disetubuhi mereka, Anisa
sesekali masih melirik ke tempat Panji berdiri. Panji yang melihat itu semua
betul-betul tidak mengerti apa yang dia rasakan saat ini, dia begitu geram
melihat kelakuan istrinya tapi dia juga terangsang karenanya. Ya.. ini sama
dengan kejadian dengan Niko dulu. Ketika Anisa menggoda Niko sedemikian rupa
yang membuat Niko marah dan kesal. Tapi kini Niko yang membantu mamanya membuat
perasaan Papanya campur aduk seperti itu. Sungguh takdir yang kejam bagi
keluarga mereka. “Hentikan..”
kata Panji pada mereka yang akhirnya tiba-tiba masuk. Akhirnya dia putuskan
untuk menghentikan kegilaan ini. Kehadiran Panji membuat mereka menghentikan
aktifitas mereka. Tapi sepertinya mereka tidak menunjukkan ekspresi
keterkejutan sama sekali. “Ma? Kamu apa-apaan hah?” tanya Panji merasa
sangat kecewa dan marah pada Anisa. Mencoba mengetahui alasan istrinya
melakukan ini semua. “Papa marah?
Papa gak suka ya?” kata Anisa balik tanya. Sebuah pertanyaan yang tidak
sepantasnya dia tanyakan pada suaminya saat ini. Anisa kemudian tersenyum lalu
melanjutkan bicaranya lagi. “Mama
cuma kasih mereka pelajaran tentang seks aja kok pa.. dari pada nanti mereka
gak tahu harus ngapain saat berhubungan, iya kan pa?” sebuah pernyataan yang
terkesan dibuat-buat oleh Anisa. “Mama
juga bantu mereka biar lebih tahan lama.. itu aja kok Pa..” jawab Anisa enteng. “Tapi apa harus sampai sejauh itu ma?” “Gak apa kan pa? mama juga gak
keberatan kok.. Papa keberatan?” Panji sangat geram dengan perkataan istrinya.
Dengan santainya istrinya mengatakan kalau itu hanya sebuah pelajaran. Tapi
Panji tidak tahu kenapa dia seperti terbius melihat ini semua. Kenapa
pemandangan tadi membangkitkan birahinya. Melihat istrinya sendiri bersetubuh
dengan putra dan teman anaknya itu. Anisa melirik ke suaminya lalu tersenyum. “Papa mau lanjut melihat?” “Tidak!! Hentikan ini semua.. kalian gila”
teriak Panji. Anisa hanya tersenyum lalu bangkit dari ranjang dan berdiri
menuju lemari pakaian. Dia pilih salah satu baju tidurnya untuk dia kenakan. “Ya sudah kalau Papa gak suka, mama
pakai lagi baju mama” kata Anisa mulai mengenakan pakaiannya menuruti perkataan
suaminya. Sekali lagi, entah apa yang membuat Panji jadi berubah pikiran. Dia
begitu sakit hatinya, tapi ia tidak memungkiri adanya sebuah perasaan aneh dan
bergejolak melihat istrinya disetubuhi orang lain. Istrinya yang dia kenal
selama ini begitu sopan, santun dan setia padanya, tapi kini.. inikah sisi lain
istriku? Dan kenapa.. aku ingin masih terus melihatnya. “T..tunggu ma” kata Panji, Anisa
melirik ke suaminya tersebut. “Ya
Pa?” “B..boleh” “hmm?? Boleh apa Pa?” “B..boleh lanjutkan kalau mama mau
lanjut” kata Panji. Dia tidak tahu apa yang membuatnya berkata demikian.
Memperbolehkan istrinya melanjutkan hal itu? Dia pikir dirinya sudah gila. “Papa yakin?” tanya Anisa memastikan,
Panji hanya mengangguk. Lagi, Anisa tersenyum ke Panji. Sebuah senyuman yang
tidak dapat dipahami artinya oleh dirinya.
“Makasih ya pa.. kalau Papa mau lihat dari dekat boleh kok.. Papa pasti
suka kan?” kata Anisa manja pada suaminya. “Hehe.. iya, om bakal suka kok” kata
Jaka ikut-ikutan. Panji memandang sinis pada bocah itu. Bocah sialan, ini pasti
gara-gara kamu, geram Panji. Jaka yang mengerti apa yang dipikirkan Panji malah
tersenyum licik dan tertawa cengengesan, membuat Panji ingin sekali menghantam
wajah buruknya itu. Panji juga mengalihkan pandangannya ke arah Niko, dia lihat
Niko hanya diam dan merunduk, sepertinya dia ada perasaan bersalah pada
Papanya. Panji merasa seperti orang bodoh sekarang, dia merasa bagaikan badut
yang jadi bahan tertawaan orang. Merasa diri sangat terhina karena perlakuan
ini. Sifat plin-plan hati Panji lah yang membuat hal ini terjadi. Sepertinya
sifat itulah yang diturunkan pada Niko.
“Sini pa.. liat yang dekat.. biar lebih asik..” kata Anisa menyadarkan
Panji dari lamunannya. Sebenarnya Panji ragu mampukah dia melihat ini semua.
Nuraninya tentu saja menolak itu semua, tapi birahinya berkata lain. “Hmm.. Bentar deh pa.. sepertinya
mama punya ide deh..” kata Anisa meninggalkan kamar itu. Tidak lama kemudian
Anisa kembali dengan menenteng handycam di tangannya. “Nih pa.. Papa cuma mau lihat aja kan?
lebih baik kalau Papa sekalian bantuin ngerekam” kata Anisa. Darah Panji
berdesir mendengar permintaan istrinya itu. Anisa minta perbuatannya itu
direkam oleh suaminya!! Bahkan bibirnya tersenyum saat meminta hal itu!! Panji
tidak tahu apa yang dipikirkan istrinya, ini terlalu dalam mengaduk-aduk
emosinya. “Kok ngelamun sih pa?
bingung? Hihihi.. gini loh pa.. Mama pikir ntar hasil rekaman ini bisa jadi
bahan ajaran untuk Niko dan teman-temannya tentang seks, boleh kan pa? kalau
gak mau dikasih gratis ntar kita jual aja ke mereka pah..” gila apa omongan
Anisa, menawarkan dirinya menjadi model video porno untuk disebar ke
teman-teman Niko dengan dalih sebuah pelajaran. Panji sendiri tidak tahu apakah
omongan istrinya ini serius atau tidak.
Seperti terhipnotis, Panji malah menerima handycam itu. Entah kenapa dia
menyetujui permintaan gila istrinya itu. Merekam orang terkasihnya disetubuhi
oleh orang lain dan anaknya sendiri. “Yuk
mulai tante.. udah gak tahan nih..” suruh Jaka tidak sabaran. “Iya..iya.. tuh, akhirnya kamu bisa
nunjukin ke om gimana kamu ngentotin tante, udah puas kan kamu? Dasar..” kata
Anisa mencubit pipi Jaka. “Pa,
mulai yah..” kata Anisa melirik ke Panji lalu tersenyum padanya. Jaka yang
memang belum dapat bagian dari tadi langsung mencumbu Anisa. Menyeret Anisa ke
atas ranjang dengan kasarnya. Panji yang melihat itu tercengang melihatnya.
Sungguh kurang ajar sekali bocah itu memperlakukan istrinya, tapi dia tidak
menyangka kalau istrinya malah tertawa cekikikan kegelian karena ulah Jaka ini,
yang menyeretnya kasar dan langsung menindih tubuh istrinya. Dan Panji juga
tidak menyangka kalau dia konak melihat itu. “Duh.. Jaka.. awh.. gak sabaran amat
main himpit aja.. kasar yah Pa Jakanya?” kata anisa melirik ke suaminya. Sambil bergumul dengan Jaka, mata Anisa
selalu berusaha memandang ke suaminya yang sedang merekam perbuatan mereka.
Anisa seperti ingin mengatakan ke suaminya bahwa inilah yang selama ini istri
cantiknya lakukan saat suaminya tidak ada di rumah ataupun saat suaminya
lengah. Mereka saling berpelukan di atas ranjang, saling berciuman dan mencumbu
satu sama lain. Jaka sangat asik memainkan lidahnya di dalam mulut Anisa,
begitu juga Anisa yang memasukkan lidahnya ke mulut Jaka. “Enak bibir tante, manis.. hehe” kata
Jaka. “Manis? Tapi jangan ditelan yah
bibir tante, cukup susu tante aja yang ditelan.. hihi” balas Anisa. Mereka terus bergumul di atas ranjang
dengan panasnya. Tubuh merekapun terlihat sudah mengkilap karena berkeringat.
Gilanya, Anisa kini bahkan menjilati secara perlahan keringat yang mengalir di
dagu Jaka, tentunya melakukan itu dengan melirik ke kamera, ke arah suaminya
yang sedang merekam aksi tersebut, sungguh erotis dan liar sekali. Tampak
tetesan keringat jaka berpindah ke lidah Anisa yang terjulur menjilati wajah
Jaka. Sebuah scene yang betul-betul panas terekam oleh lensa handycam itu. Jaka juga mengulum dan menjilati
seluruh permukaan buah dada Anisa, membuat air susu Anisa mengalir ke mulut
Jaka dengan nikmatnya, bahkan tampak air susu tersebut berleleran di sekitar
dada Anisa yang juga dijilati oleh Jaka. Jaka yang mulutnya penuh air susu
bahkan kini menyuapi Anisa dari mulut ke mulut, membuat beberapa tetes malah
tumpah berleleran di dagu Anisa, tapi Anisa malah tertawa cekikikan lalu
melirik ke kamera. Mereka kemudian saling membelit lidah dan berciuman sehingga
lagi-lagi mereka saling bertukar air liur. Air liur yang bukan milik suaminya
masuk ke mulut Anisa bahkan ditelan olehnya. Semua itu direkam oleh Panji
dengan jelas. Panji sendiri hanya berdiri dan tidak dapat menggerakkan tubuhnya
karena menyaksikan itu semua. Kebimbangan hatinya antara marah dan nafsu
mengacaukan perasaannya. Dia malah merekam semua ini. Sial.. kenapa aku
melakukan ini, batin Panji. “Masukin
yah tante..?” pinta Jaka. “Kamu mau
masukin?” sambil berkata demikian mata Anisa melirik ke arah Panji yang
memegang kamera seolah meminta persetujuan suaminya. Boleh kan pa bocah ini menyetubuhi istrimu?
Menikmati lubang yang seharusnya hanya milik kamu seorang ini? boleh kan pa..?
kata Anisa dalam hati. Melihat suaminya hanya diam, Anisa menganggap itu
sebagai sebuah persetujuan. “Masukin
sayang.. entotin aja sepuasnya, tapi.. senyum dulu dong ke kamera” kata Anisa.
Jaka menurutinya dan langsung tersenyum dengan jeleknya ke kamera, ke arah
Panji. Sebuah senyuman yang seakan menghina suami dari istri yang sedang dia setubuhi
ini. Panji yang menyaksikan ini sungguh geram hatinya. “Jleeb” penis Jaka tampak menyeruak
masuk ke dalam vagina Anisa, kemudian menggenjot vagina istrinya dalam posisi
istrinya ditindih tubuh Jaka. Panji terpana melihat istrinya disetubuhi remaja
ini dari jarak sedekat ini. “Oughh..
terus Jaka.. lebih kencang.. aaaahhh… iya.. terus… nggmmhh..” erang Anisa tanpa
rasa malu melenguh kenikmatan di depan suaminya. “Arghh.. Anisa..” “Ih.. kamu, gak sopan.. nghh.. sebut nama
aja ke tante.. ntar Om.. marah lho..” kata Anisa sambil melirik ke suaminya. Hawa dalam kamar itu sudah semakin
panas, badan Anisa dan Jaka kini betul-betul sudah bermandikan keringat. Kulit
putih mulus Anisa dan kulit hitam dekil Jaka itu tampak saling menempel akibat
keringat mereka yang bercampur itu. Mereka bersenggama sambil berguling-guling
di ranjang dengan terus berciuman, tapi Anisa tetap berusaha sesekali melirik
dengan senyum manisnya ke arah kamera disela-sela itu semua. Setelah sekian
lama menyetubuhi Anisa dalam posisi itu, kini Jaka memutar tubuh Anisa sehingga
kini Jaka yang berada dibawah. “Sayang..
sini, masukin juga kontol kamu ke pantat mama.. entotin pantat mama kamu ini”
suruh Anisa ke Niko yang hanya melihat dari tadi. Panji terkejut, apakah
istrinya akan dimasuki dua penis sekaligus. Dirinya bahkan juga tidak pernah
melakukan anal seks terhadap istrinya, tapi malah anaknya sendiri yang
melakukan itu kepada mamanya. “Ayo
sayang.. tunjukin dong ke Papa gimana kalian biasanya ngentotin mama.. jejalin
aja sekeras yang kalian mau seperti biasa, jangan ditahan-tahan tenaga kalian..
biar Papa bisa liat, iya kan pa?” tapi Panji tidak menjawab. Mereka mulai menggenjot tubuh Anisa
secara bersamaan, kedua lubang bawah Anisa dijejali penis-penis mereka. Dan apa
yang dilakukan Panji? Dia hanya bisa melihat sambil terus merekam itu semua.
Panji merasakan perasaan itu lagi, dia begitu terangsangnya melihat pemandangan
ini, sensasi melihat istrinya disetubuhi orang lain di depan matanya. Penisnya
menegang merespon pemandangan di depan matanya. Cukup lama mereka menyetubuhi Anisa di
depan suaminya, hingga akhirnya mereka tak kuasa menahan laju sperma mereka. “Ma.. mau keluar..” erang Niko. “Jaka juga tante..” “Cabut sayang.. keluarin di mulut mama
aja..” suruh Anisa. Mereka
kemudian mencabut penis mereka terburu-buru dan mengarahkan penis mereka ke
mulut Anisa yang bersimpuh di atas ranjang. Anisa mengocok penis mereka
bersamaan hingga akhirnya sperma mereka tumpah dengan banyaknya. “Aghhh.. maaaaa” “Tanteee..” “Croot.. crrott” Sperma mereka muntah
hampir bersamaan ke dalam mulut Anisa, beberapa mengenai bagian wajahnya yang
lain. Semuanya terekam dengan indahnya di depan lensa kamera bagaimana
sperma-sperma mereka masuk ke mulut istrinya tersebut. Sambil menerima semprotan
sperma yang bertubi-tubi itu mata Anisa melirik ke kamera, ke arah suaminya.
Kini Anisa bahkan menunjukkan mulutnya yang menampung lelehan sperma itu ke
kamera. Ekspresi Anisa terlihat sangat datar ketika melakukan itu, seperti
tidak ada perasaan bersalah dan malu sama sekali melakukan itu di depan
suaminya. Anisa lalu memainkan genangan sperma itu di dalam mulutnya,
berkumur-kumur dengan sperma itu. Memuntahkannya ke tangannya lalu dia masukkan
kembali ke mulutnya, hingga akhirnya ia telan seluruhnya lalu tersenyum dengan
manisnya ke arah kamera, betul-betul sebuah senyuman manis seperti wanita tak
berdosa, bisa-bisanya ia tersenyum manis begitu ke kamera yang dipegang
suaminya setelah menelan sperma yang bukan milik suaminya. “Enak yah tante? Kayanya tante
keenakan nih nelan peju di depan Om.. hehe” ejek Jaka. “Huh.. dasar kamu.. peju kamu tuh anyir
tau, beruntung banget tuh kamu pejunya tante telen, Om aja gak pernah.. iya kan
Pa?” kata Anisa sambil mengelap lelehan peju yang juga berceceran di wajahnya.
Sebuah ucapan yang tidak sepantasnya dimintai tanggapan pada suaminya. Aktifitas gila itu akhirnya selesai
juga. Panji tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Kini ia letakkan handycam
itu di atas meja lalu berjalan keluar dari kamar anaknya. “Pa.. maaf yah..” kata
Anisa lirih pada suaminya. Panji hanya diam dan menoleh sebentar lalu
meneruskan langkahnya. Istrinya hanya melihat saja suaminya keluar dari kamar.
Hati Panji hancur, sakit, dan kecewa. Tapi dia lebih kecewa lagi pada dirinya
sendiri yang tidak berbuat apa-apa yang malah ikut hanyut terbawa birahi
menyaksikan itu semua. Panji memutuskan untuk kembali ke kamarnya sekarang. Dia
tidak peduli apa yang akan mereka lakukan selanjutnya di sana. Dia begitu letih
dibuatnya, bukan fisiknya, tapi hati dan pikirannya. Dia tidak menyangka hal
ini bisa terjadi pada istrinya, pada keluarganya. Pikiran kacaunya mengantarnya
tertidur malam itu. Saat berusaha memejamkan mata, butiran air bening mengalir
dari matanya. ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| Esoknya lagi-lagi Anisa bersikap normal
seperti tidak terjadi apa-apa tadi malam. Anisa mengajak Panji mengobrol
seperti biasa, Panji berusaha menanggapi obrolan Anisa sebisanya walau
sebenarnya hatinya gundah. Hari-hari
selanjutnya juga demikian, istrinya bersikap seperti biasanya. Anisa memang
tidak pernah memperlihatkan perbuatan bejatnya itu padanya secara langsung saat
siang hari, tapi ia yakin kalau istrinya memang melakukan hal bejat di
belakangny a. Semua itu dilakukan
sembunyi-sembunyi, tapi terkesan terang-terangan. Panji tidak ingin lagi
terbangun malam hari untuk menyaksikan perbuatan istrinya. Dia juga tidak
peduli apakah saat dirinya berkerja atau tidur mereka melakukan perbuatan bejat
itu lagi. Dia tidak ingin menganggap kejadian itu benar adanya, dia tidak ingin
menerima kenyataan bahwa itu benar-benar terjadi meski itulah kenyataan
sebenarnya. Panji sendiri tidak tahu sifat diamnya itu apakah sebuah bentuk
pemaafan darinya atau rasa kecewanya terhadap istrinya, dia benar-benar
bingung. Jika itu sebuah pemaafan, rasanya mudah sekali dia memaafkan perbuatan
istrinya itu, karena itu berarti dia menerima dan menyetujui perbuatan
terlarang istrinya. Mungkinkah ia memang menyukai melihat istrinya begitu?
Panji benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya. “Pa.. lihat nih..” kata Anisa
menunjukkan lembaran uang seratus ribuan pada Panji saat pagi hari. Tentu saja
Panji bingung maksud Anisa itu. Anisa lalu tersenyum pada Panji. “Ini uang jual dvd dari adegan yang
kemarin Papa rekam itu loh..” kata Anisa menjelaskan. Apa? gila!! geram Panji.
Ternyata rekaman itu benar-benar dijual. Hati Panji semakin kacau, istrinya
sudah terkesan seperti pelacur dan bintang porno saja. Anisa kini malah
memberikan uang itu pada Panji sambil tersenyum, entah apa yang ada dipikiran
Anisa malah memberikan uang itu pada suaminya. Tapi Panji lebih bingung lagi
kenapa dirinya malah menerima uang itu.
“Ntar malam datang ya pa..” kata Anisa sambil beranjak dari sisi Panji.
Meninggalkan Panji yang tertunduk menggenggam lembaran uang di tangannya itu.
Istrinya memintanya untuk datang lagi nanti malam? Ini sungguh keterlaluan.
Panji sudah tak kuat lagi. Naruninya sudah memberontak. Dia tidak kuat untuk
terus di sini menyaksikan ini semua. Semua pasti gara-gara bocah itu, Ya..
Jaka, anak itu, pikir Panji. Tangannya meremas kuat lembaran uang di tangannya
itu. Malamnya, Panji sedikit ragu apakah ia harus
menerima ajakan istrinya itu lagi. Tapi entah apa yang membuat langkah kakinya
berangsur dari kamarnya hingga akhirnya dia telah berada di ruang tengah. Tampak
istrinya, Niko dan Jaka di sana. “Ayo Pa.. sini..” ajak Anisa menarik
tangan suaminya. “Apa lagi Ma yang
mau kau tunjukkan? Apa semua itu belum cukup hah?” tanya Panji kesal. Tampak
istrinya masih berpakaian lengkap, Jaka dan Niko juga telah ada di sana. Dia
betul-betul muak melihat wajah Jaka ini. Wajahnya memerah saking marahnya. Ini
semua pasti gara-gara kamu bocah brengsek! Sungut Panji dalam hati. “Kenapa Om? gak suka ya? Hehe..
Tantenya nih malah ketagihan.. iya gak tante?” kata Jaka cengengesan. “Hush.. ngomong apaan sih kamu, ntar
dihajar Om lho..” kata Anisa sambil melihat ke arah suaminya. “Yah, cemen itu mah tante main hajar anak
kecil, kita selesaikan aja di ranjang. Siapa yang paling bisa bikin tante
kelojotan.. hehe” Panji geram mendengar omongan kurang ajar anak ini. Dia pikir
istrinya itu apaan? “Berani gak
Om? Takut ya punya Om lebih kecil dari Jaka? Hehe..” kata Jaka melecehkan dan
sungguh menghina Panji di depan istrinya sendiri. “Mungkin sama tuh kecilnya kayak Niko”
kata Jaka yang juga meremehkan anak Anisa yang dari tadi hanya berdiri di sana. “Brengsek!!” Kata Panji mengejar Jaka dan
ingin menghajarnya, tapi langkahnya dihalangi istrinya. “Sabar Pa..” Anisa mencoba
menenangkan suaminya, lalu menggoyangkan telunjuk didepannya memberi isyarat
jangan. Panji kini menjadi kesal ke istrinya karena menghentikan langkahnya
ini, tapi akhirnya dia bisa sedikit meredakan emosinya. “Gimana Om? Berani tanding sama
Jaka?” ajak Jaka lagi dengan nada meremehkan. Sungguh tidak mungkin rasanya
menerima ajakan kekanak-kanakan bocah ini, lagian pertandingan macam apa pula
itu. Apakah memang ini alasan istrinya mengajaknya lagi malam ini? Sepertinya
begitu. Namun Panji akhirnya menerima ajakan Jaka bertarung dengannya. Memang
gila sepertinya, tapi ia tidak ingin diremehkan bocah tanggung seperti Jaka.
Lagian bisa apa bocah ini? “Tante..
kali ini juga pakai hadiah kan?” “Hmm?
Kamu mau pakai hadiah juga? Bukannya kamu cuma mau tanding sama suami tante?” “Iya.. biar lebih semangat tante..hehe.. “ “Dasar, emang kamu mau hadiah apa kalau
menang?” “Ngg.. gimana kalau
Jaka dibolehin menghamili tante? Betul-betul sampai tante hamil anaknya Jaka.
Jaka penasaran gimana anak Jaka kalau lahir dari rahim tante.. hehe” Anisa
terkejut mendengarnya, terlebih Panji. Sebuah permintaan yang begitu biadab,
bahkan meminta hal itu di depan suaminya sendiri. “Hihihi.. gila kamu. Kayanya kamu
emang penasaran banget yah mau bikin mama temanmu ini hamil? Tapi masa itu sih
hadiahnya sayang? Gak ada yang lain?” “Yah.. masa yang seperti kemarin-kemarin
lagi sih hadiahnya.. move on dong..” kata Jaka sembarangan. “Brengsek!! Jangan seenaknya kalau
ngomong!!” geram Panji memaki bocah itu.
“Pah.. tenang.. lagian Papa gak mungkin kalah kan Pa? jadi gak apa kan
Pa kalau taruhannya Jaka boleh menghamili istri Papa kalau dia menang? Mama
yakin Papa pasti menang kok..” kata Anisa menenangkan. Panji sebenarnya begitu
geram dengan permintaan Jaka ini. Mana mungkin ia menyetujui permintaan itu.
Dia masih belum gila untuk membiarkan hal itu terjadi pada istrinya. Tapi dia
merasa omongan istrinya ada benarnya, tidak mungkin ia kalah dari bocah ingusan
ini. Panji tidak ingin dia diremehkan remaja tanggung seperti Jaka ini. “Masih belum selesai tante..” potong
Jaka lagi. “Hmm? Apa lagi?” kata
Anisa heran. “Sampai tante
benar-benar hamil gak boleh ada yang nyetubuhin tante, termasuk suami tante.
Biar Jaka yakin kalau itu benar-benar anak Jaka.. hehe” Gila! Sungguh gila
permintaan Jaka ini. Pandangan
Anisa menuju ke suaminya, meminta tanggapan suaminya tersebut. “Terserah, dia gak bakal menang, dan kalau
aku menang aku mau kamu hentikan semua ini” jawabnya. Panji pikir dia harus
mengakhiri ini semua meskipun dengan cara seperti ini. Jaka sendiri hanya
tertawa cengengesan mendengar persetujuan Panji itu. “Iya pa.. tentu saja” jawab Anisa
tersenyum. Maka dimulailah
pertandingan yang sebenarnya tidak masuk akal itu. Peraturannya adalah siapa
yang keluar lebih lama dia yang menang. Mereka akan melakukannya bergantian
dengan Niko sebagai saksinya. Jaka yang maju duluan. “Sini tante.. Jaka tunjukin ke suami
tante kalau Jaka lebih hebat.. hehe” Anisa hanya tersenyum pada Jaka dan
menghampiri bocah tengik itu. Jakapun langsung menindih tubuh Anisa, mencium
dan menggerayangi tubuh perempuan itu seenak hatinya di depan suaminya. “Jaka masukin sekarang yah tante”
kata Jaka sambil melirik ke Panji. Sekali lagi, Panji menyaksikan istrinya
disetubuhi di depan matanya, tetapi ia tetap tidak kuasa menolak untuk
menikmati pemandangan ini, sepertinya ia sudah gila. “Ogghh.. enak tante” erang Jaka
kenikmatan sambil melirik melecehkan ke Panji, membuat Panji mengepal erat
tinjunya. Melihat Panji yang terpancing emosinya malah membuat Jaka
cengengesan. “Pa.. ngmmhh.. jangan..
marah yah.. Pokoknya ntar Papa harus menangin” kata Anisa menenangkan suaminya.
Cukup lama dalam posisi itu,
tidak terlihat tanda-tanda Jaka akan orgasme. Anisa tidak ingin suaminya kalah
dari Jaka, diapun meminta berganti posisi supaya berada di atas. Anisa ingin
dia yang memegang kendali, berusaha sebisa mungkin agar Jaka cepat keluar
dengan mempercepat tempo adukan penis Jaka dalam vaginanya. Sebuah pemandangan
yang begitu ganjil, seorang wanita dewasa dengan tubuh ideal sedang menunggangi
bocah ingusan yang kurus, hitam dan dekil, bergoyang dengan liar dan binalnya
layaknya pelacur profesional, yang gilanya dilakukan di depan suaminya sendiri,
dan di atas ranjang yang biasanya menjadi tempat percumbuan dia dan suaminya. “Ayo sayang... setubuhi tante,
entotin tante di depan suami tante sesuka hatimu… aargghh” erang Anisa yang
sebenarnya untuk membuat Jaka semakin horni dan segera orgasme. “Entotin tante sayang….. entotin mama
temannya kamu ini, jangan kasih ampunnnn… Bikin mama temanmu ini hamil sayang…
tunjukin ke suami tante bagaimana istrinya kamu setubuhi sampai hamil…
ngmmhhh…” Tapi ternyata Jaka
lebih tangguh dari yang Anisa perkirakan, malah sekarang dirinyalah yang merasa
akan segera orgasme. Goyangan liarnya ternyata malah menjadi bumerang baginya,
membuat dia merasakan kenikmatan yang luar biasa, terlebih sensasi karena
disaksikan langsung oleh suaminya. “Tante sampaaaaaaaaiiii…. Ngmmhhhh…
Pa…. Aaaaaaaaahhhhh” raung Anisa sejadi-jadinya sambil melentikkan badan. Panji
tidak pernah melihat istrinya orgasme sehebat itu sebelumnya, ironisnya hal itu
tidak di dapatkan dari dirinya, melainkan dari remaja buruk rupa yang tidak
jelas ini. Saat orgasme, Anisa bahkan melirik ke Panji dan memanggilnya, entah
apa maksudnya, yang jelas membuat perasaan Panji semakin tidak karuan saat itu. Anisa akhirnya rebah dalam pelukan
Jaka, tapi dia segera bangkit dan melanjutkan goyangannya lagi, dia tidak ingin
berlama-lama. Jakapun akhirnya keluar beberapa menit kemudian, tentu saja juga
menumpahkan spermanya di dalam istri orang itu. Lima belas menit, itulah waktu
Jaka. “Pa.. harus menang yah..
jangan sampai mama hamil anaknya Jaka..” Kata Anisa pada Panji saat gilirannya.
Tentu saja ia harus menang, pikir Panji. Niko merasa aneh juga melihat orang
tuanya bersetubuh secara langsung di depannya. Tapi ternyata semua itu masih
kalah panas dibandingkan menyaksikan mamanya bersetubuh dengan pria lain. Anisa
ternyata tidak merasakan sensasi seperti tadi bersetubuh dengan Jaka, bahkan
dia berpura-pura orgasme karena gengsi dan malu pada Jaka dan suaminya. Anisa
berusaha mengatur goyangannya agar suaminya tidak segera ejakulasi. Namun
ternyata Panji terlalu meremehkan Jaka, Panji ternyata hanya mampu 10 menit.
Mungkin karena tekanan yang terlalu besar pada dirinya. Ya.. Jakalah yang
ternyata memenangkan pertandingan gila ini. “Brengsek..!!” teriak Panji geram. “Kenapa Om? marah? Terima dong kekalahan
Om.. Jaka yang menang dan Om gak boleh nyentuh tante lagi.. hehe” Tidak! apa-apaan ini! Dia tidak terima
kalah dari bocah ini. Sebenarnya bukan karena masalah dia lebih cepat keluar
dari Jaka, tapi istrinya akan diambil oleh bocah ini. Bahkan mungkin sampai
dihamili olehnya. Ini masalah harga diri, masalah kehormatan. Kenapa aku
menyetujui permintaannya tadi? Sial. Walaupun ia terlanjur menyetujuinya dan
akhirnya memang kalah, tetap saja ia tidak bisa begitu saja membiarkan hal ini
akan terjadi. Pandangannya beralih ke Jaka, dia begitu murka melihat bocah ini. “Dasar brengsek!! Bajingan kamu!!”
kata Panji mencengkram leher Jaka. Tapi terlihat ekspresi Jaka malah memandang
remeh ke Panji. “Semua pasti
gara-gara kamu.. kau apakan istriku sampai ia jadi begini, bajingan??!” “Ckckck.. Apa benar-benar Jaka yang salah
Om? hehe..” “Apa maksudmu brengsek?!” “Apa Om tau Istri Om itu yang memang
nakal, dia itu binal Om” “Jangan
sembarangan kalau ngomong bajingan!” “Hehehe…
Jadi selama ini Om tidak tahu? Apa om kira istri Om itu sebaik yang Om kira?
Betul-betul kasihan Jaka melihat Om.. Apa om kira dia selama ini duduk manis
menunggu Om pulang?” Cengkraman
tangan Panji perlahan melunak karena mendengar yang dikatakan Jaka ini. “Apa Om kira ciuman tante Anisa waktu itu
untuk Om? Apa Om kira tubuh erotisnya hanya Om yang menikmati? Apa Om juga kira
hanya kita berdua yang sudah menikmati tubuh tante? Hmm? hehehe..” “Ke.. kenapa?” kata Panji lirih.
Tangan Panji kini benar-benar telah lepas dari Jaka. “Entah lah.. mungkin karena tante Anisa
memang… pelacur” Panji begitu
marahnya mendengar ucapan Jaka ini, tanpa sadar tangannya mengepal dan sudah
mengangkat tinjunya. “Stop
Pa..!!” teriak Anisa membuat Panji berhenti. “Gak ada gunanya main pukul begitu,
Itu tidak akan menyelesaikan masalah” kata Anisa. “Apa maksudmu ma?” “Yang dikatakan Jaka memang benar, dan
Papa sudah menyaksikannya bukan? Bahkan Papa sendiri yang merekamnya.
Sebenarnya Mama tidak ingin Papa mengetahui rahasia Mama ini, Mama juga
sebenarnya hanya ingin sedikit bersenang senang dan mencoba sesuatu yang baru,
tapi mama terlanjur menikmati sensasi ini. Mama juga ingin tahu, apa Papa
menikmati melihat ini semua? Papa suka kan melihat istri Papa disetubuhi orang
di depan mata sendiri? Papa suka kan Mama jadi pelacur orang lain?” “Tidak.. mana mungkin!!” “Lalu kenapa Papa hanya diam? Marahin kek,
tampar kek.. lakukan sesuatu untuk menyelamatkan istrimu!!” Panji terdiam mendengar ucapan
istrinya. Menyelamatkannya? Apa maksudnya? “Apa papa tahu bahwa walaupun mama
menikmati sensasi itu mama juga sedikit berharap kalau Papa melakukan sesuatu
untuk menghentikan mama? Apa papa tahu kenapa mama hanya tersenyum melihat Papa
tidak berbuat apa-apa? Mama merasa kecewa di balik itu!” Hati Panji remuk mendengar itu. Jadi
itukah arti senyuman istrinya? Senyuman yang dipancarkan istrinya karena
dirinya yang hanya bisa diam selama ini? Istrinya berharap pada dirinya untuk
menyelamatkannya dibalik itu, tapi.. kenapa dia malah menikmati istrinya
disetubuhi di depan matanya!! Istrinya disana disetubuhi pria lain dan dia hanya
diam!! Dia seharusnya melakukan sesuatu. Bukan hanya diam dan malah terhanyut
menikmati pemandangan itu. Ini salahnya, dia betul-betul merasa seperti sampah
karena tidak bisa menyelamatkan istri dan keluarganya. Dada Panji terasa sesak.
Langit bagaikan menghimpitnya saat itu.
“L..lalu bagaimana hubunganmu dengan anakmu sendiri itu?” Katanya
melihat ke arah Niko. “Itu memang
salah mama, mama terlalu menikmatinya. Tapi bukankah tadi sudah mama bilang
kalau mama hanya mencoba menikmati sensasi yang baru? dan sebenarnya tugas
Papalah yang menghentikan itu semua setelah mengetahuinya!! Bukan malah diam
dan menikmati itu juga!!” Hatinya
makin remuk mendengar kenyataan itu, Panji jatuh tersimpuh. Jadi itukah yang
sebenarnya diharapkan istrinya? Walaupun istrinya menikmati permainan nakalnya
tapi ternyata di lubuk hatinya ia juga ingin diselamatkan olehku? Dia berharap
aku untuk membawanya kembali dan menyadarkannya. Tapi.. aku malah membiarkannya
makin tenggelam, tidak berusaha menariknya keluar dan malah ikut menikmatinya?
Tuhan.. apa yang aku lakukan… kenapa jadi begini? Sial.. brengsek!! “M..maaf..” kata Panji lirih, hanya
itu yang bisa dia katakan setelah menyadari kesalahannya. Air matanya menetes
menyesali dan mengutuk perbuatannya sendiri. Anisa tersenyum pada Panji. “Terlambat Pa.. Seharusnya Papa
melakukannya saat pertama kali mengetahuinya. Sekarang sudah terlalu dalam
untuk mama kembali, mama sudah terlanjur menikmatinya. Sekarang mama malah
tidak bisa hidup jika tidak melakukan hal itu. Walaupun tadi mama sangat
berharap kalau Papa menang, tapi ternyata cara itu juga tidak membantu. Jadi
sekarang istrimu ini milik Jaka dan akan mengandung anaknya, begitu kan Pa
perjanjiannya?” Anisa hanya
melihat suaminya yang tertunduk dan menangis karena penyesalannya itu. “Sudah selesai Pa ngomongnya? Mama mau
lanjutkan bermain dengan Jaka dan Niko, apa Papa masih mau lihat?” Panji masih tertunduk sambil bersimpuh di
sana. Panji semakin tidak kuat menahan beban di hatinya. Ini sungguh
menyiksanya. “Ups.. sepertinya
tidak yah? Ya sudah.. sampai nanti Pa” kata Anisa beranjak dari sana berbalik
dari hadapan suaminya, hingga ia hilang dari pandangan Panji dibalik tembok. “Hehehe.. Sampai jumpa Om..” tambah Jaka. “Maaf pa..” kata Niko juga sambil berlalu
meninggalkan Papanya. Tinggallah
Panji seorang diri disana yang terus meraung menyesali perbuatannya. Sakit,
sakit dan sakit, itulah yang Panji rasakan saat ini. Dia tidak menyangka
kenyataannya malah menjadi seperti ini. Ternyata yang sebenarnya terjadi tidak
seperti yang dia pikirkan, ini di luar dugaannya, termasuk pertandingan aneh
itu yang sebenarnya ditujukan padanya agar bisa menyelamatkan istrinya, tapi
dia tetap tidak bisa. Sampai nanti? Seharusnya ucapan selamat tinggal yang
diucapkan istrinya karena ia tidak sanggup untuk melihat wajah istrinya lagi
setelah ini. Lebih baik ia yang pergi dari sini,membawa semua rasa sakitnya
itu. Panji putuskan untuk keluar
dari rumahnya sendiri saat itu juga. Biarlah ia bawa semua lukanya dari rumah
itu. Dia memutuskan untuk tidak akan pernah kembali lagi. Dia kehilangan
istrinya. Kehilangan orang-orang terkasihnya. Semua karena sifat keragu-raguan
dan plin-plannya itu. Panji
akhirnya memutuskan hidup sendiri di rumah barunya di luar kota, ia tidak tahu
dan tidak ingin tahu bagaimana keadaan istrinya lagi. Anisa dan Niko pun juga
demikian, mereka tidak tahu sama sekali kabar suami dan ayahnya itu. Berbeda dengan mereka semua, Jaka
memperoleh kesenangan dibalik penderitaan mereka tersebut. Dia kini betul-betul
sepuasnya menyetubuhi istri Panji tersebut, ya.. hingga betul-betul Anisa hamil
anaknya. Niko sendiri hanya diperbolehkan mendapat bagian selain menikmati
vagina yang hanya khusus untuk Jaka. Niko hanya boleh menyetubuhi ibunya lewat
belakang atau mulut ibunya saja, begitu juga dengan teman–teman Jaka yang masih
sesekali datang. Anisa kini
telah hamil lima bulan. Saat Anisa hamil, Niko dan Jaka masih juga menyetubuhinya.
Bahkan melakukan trisome dengan tubuh hamilnya dijepit tubuh Jaka dan Niko. “Puas kamu Jaka? Sekarang tante..
udah betul-betul hamil anak kamu..” kata Anisa terengah-engah karena permainan
mereka bertiga barusan. Jaka dan Niko sendiri sedang asik menyusu pada Anisa. “Benar tuh anaknya Jaka tante? Sebelum
hari itu kan tante juga pernah dikeroyok mereka, Niko juga ikut..” kata Jaka
disela-sela aksinya meminum susu.
“Ihh.. kan kamu yang paling banyak tumpahin di dalam.. anggap aja
anaknya kamu.. hihi” “Hehe.. iya deh,
makasih yah tante.. Jaka jadi penasaran gimana hasilnya anak Jaka” kata Jaka
mengusap-ngusap perut Anisa yang sudah membuncit itu. “Huu.. yang pasti anaknya bakal cakep
kaya mamanya dong.. hihi” tawa Anisa renyah.
“Jadi maksud tante, Jaka jelek gitu??” kata Jaka pura-pura kesal. “Hahaha… iya dong.. emang kamu ganteng
gitu??” Mereka pun tertawa dengan riangnya.
“Hehe.. biarin, yang penting bisa hamilin cewek cakep..” “Dasar..” kata Anisa sambil mencubit gemas
perut Jaka. “Niko.. berarti sekarang
gue ini bapak lo ya.. huaahahahaa..” kata Jaka ke Niko dengan tawanya yang
menyebalkan itu. Niko hanya berusaha tersenyum, di hatinya tentu saja dia tidak
terima temannya itu menggantikan posisi Papanya. “Dasar kamu.. jangan mau ya Niko
manggil dia Papa.. gak pantas.. hihi” kata Anisa sambil tertawa ke Niko. “Dari pada Papa lo yang pengecut yang kini
ntah kemana, mending gue aja yang lo panggil Papa.. huahahaha..” ejek Jaka
melecehkan, terdengar sangat menyakitkan bagi Niko karena Papanya dihina begitu. “Ihh.. kamu kok ungkit-ungkit lagi sih,
pokoknya gak pantas kamu dipanggil Papa sama anak-anak tante..” balas Anisa. “Pa..pa..” Mereka terkejut siapa yang ngomong
barusan, tapi ternyata itu Windy. Windy yang selama ini hanya bisa ngomong mama
akhirnya bisa ngomong papa. “Windy..?”
Anisa terkejut sekaligus senang akhirnya bayinya bisa ngomong papa, diapun
bangkit untuk menggendong Windy dari atas kereta bayinya. “Hehehe.. tuh Tante, Windy aja bilang
papa.. huahahaha..” “Coba lagi
sayang.. pa..pa.. coba” kata Anisa mendikte bayinya dan menghadapkannya ke
Jaka. “Papa..” balas Windy imut lalu
tertawa sendiri dengan lucunya. Sungguh tragis memang, kata papa yang pertama
terucap bukan ditujukan pada Papa kandungnya Panji, tapi malah ke remaja buruk
ini. “Kamu nakal yah sayang..
udah Mama bilang jangan panggil Om Jaka Papa.. ya udah deh.. nih sama Papa
kamu.. hihihi” kata Anisa cekikikan meletakkan Windy ke pelukan Jaka. “Duh.. tante, Jaka gak bisa gendong
bayi..” “Ye.. belajar dong..
kamu kan Papanya.. rasain, jagain tuh anak kamu.. iya kan Windy cayang.. coba
panggil lagi papanya” Dan lagi, Windy mengatakan kata papa berkali-kali dengan
lancarnya. “Hehe.. jangan papa papa
terus dong Windy.. coba bilang kontol, memek, peju.. ayo coba..” kata Jaka
mulai mengajarkan yang tidak-tidak ke Windy, tapi Anisa malah tertawa mendengar
hal tersebut. “Hihihi.. Jaka!
kamu ini.. masa ajarin ngomong gitu sih.. bikin rusak anak tante aja”
Bisa-bisanya Anisa ngomong gitu, padahal dia lah yang lebih sering
memperdengarkan omongan vulgar ke Windy, bahkan memperlihatkan mamanya
bersetubuh didepan anaknya. “Biarin
tante.. kan Jaka yang sekarang jadi Papanya..” “Dasar kamu.. Papa baru kamu cabul banget
tuh Windy.. Hihi” Untung saja
Windy tidak langsung bisa mengatakan hal-hal yang baru saja diajarkan Jaka.
Tapi usianya akan terus bertambah, bisa saja beberapa waktu ke depan Windy yang
semakin terbiasa mendengar hal-hal cabul mulai bisa mengucapkannya. Ntah
perkataan apa yang bisa diucapkan Windy setelah ini. Terlebih Anisa sampai saat
ini masih sering memperlihatkan mamanya sedang bersetubuh dan memperdengarkan
kata-kata vulgar ke Windy. “Kalau
gitu Jaka juga boleh dong manggil tante Mama atau sebut Anisa aja? Hehe” “Huh, dasar kamunya gak mau kalah..
iya-iya, suka-suka kamu deh” “Hehe..
Anisa, kita ngentot lagi yuk..” pinta Jaka cabul tanpa sungkan-sungkan lagi.
Niko sendiri merasa aneh mamanya dipanggil hanya dengan nama begitu oleh
temannya. “Hah? Belum puas apa kamu?” “Belum.. hehe..” “Huh dasar.. Niko.. kamu keluar dulu yah..
Mama sama Papa baru kamu mau lanjutin mesra-mesraan dulu, kayanya Papa baru
kamu ini belum puas juga pejuin rahim Mama kamu, padahal kan udah hamil gini.
Kamu tolong jaga Windy dulu yah..” kata Anisa mengambil Windy dari Jaka lalu
menyerahkannya ke Niko. “Kamu
main ama kakak kamu dulu yah cayang.. masa liat mama ngentot terus sih.. ntar
badan kamu bau peju lagi.. gak mau kan? hihi” kata Anisa ke bayinya. Mau tidak
mau Niko akhirnya keluar juga meninggalkan mereka berdua bermesraan di dalam
sana. Ya.. ibunya telah diambil Jaka seutuhnya. Entah apa yang akan terjadi
selanjutnya, walau perih tapi Niko tetap berusaha menikmatinya juga. “Ma..” panggil Niko ke mamanya
sebelum keluar menutup pintu. “Ya
sayang? Ada apa?” “Besok ini Niko
yang gantian hamilin Mama boleh yah Ma?” pinta Niko memelas. Anisa tersenyum
mendengar permintaan anaknya itu. Sepertinya anaknya juga penasaran bagaimana
rasanya menghamili ibu kandungnya sendiri, bagaimana rasanya membuat anak
sekaligus adiknya dari rahim ibunya kandungnya itu. “Iya.. boleh sayang.. boleh banget
malah..” jawab Anisa lembut sambil tersenyum manis pada anaknya itu. “Wah.. Makasih Ma..” Niko kegirangan
mendengar persetujuan mamanya. “Duh..
kayanya Mama bakal punya banyak anak deh habis ini.. hihihi” sambung Anisa
bercanda disertai gelak tawa mereka.
Komentar
- Cindy Adik Iparku Yang Nakal | Kisah Biru
- Kisah Dewasa Terbaru - Ibu Dosen Yang Cantik dan Seksi | Kisah Biru
- Keperawananku Direnggut Oleh teman Kakak ku Sendiri | Kisah Biru
- Cerita Sex terbaru - Mama Pacarku Yang Alim diam Diam Doyan berondong | Kisah Biru
- Cerita Seks bergambar - Serunya Dugem Dengan ABG Montok | Kisah Biru